Shenna membuka kenop pintu ruangan kerjanya, mendengar ada suara pintu terbuka empat manusia yang ada di dalam ruangan itu langsung menolehkan kepalanya. Sejak tadi mereka semua sudah menunggu kehadiran Shenna untuk bercerita.
"Gimana Shen?" tanya Rena saat melihat perempuan itu masuk.
Shenna memperlihatkan senyuman tipis di wajahnya, lalu kembali menutup pintu dan melangkah ke tempat duduknya.
Semua yang ada di ruangan itu mendekatkan diri ke arah Shenna, menunggu perempuan itu mulai cerita. Shenna menghela nafasnya kasar, "Gapapa kok kak" ujarnya pelan.
"Lo ga di pecat kan?" tanya Rena, was-was jikalau Shenna benar-benar di pecat.
Shenna menggelengkan kepalanya, "Engga kok kak" sahutnya lagi.
"Cerita dong Shen, lo diapain di sana" tanya salah satu karyawan yang sekarang sudah duduk di belakang Shenna.
Shenna menatap satu per satu manusia yang ada di sana, matanya terlihat sendu, namun senyuman tidak pernah luntur dari bibirnya.
"Mulai sekarang aku bukan bagian tim ini lagi" ujarnya pelan.
"Hah?!" teriak semua orang di sana, terkejut mendengar ucapan Shenna.
"Maksudnya gimana?" tanya Rena masih terlihat bingung. Jika Shenna tidak di pecat, lalu kenapa dia bukan bagian dari tim mereka lagi.
"Aku di pindahin" terdengar helaan nafas kasar dari Shenna setelah mengatakannya.
"Aku sekarang udah bukan bagian dari divisi ini lagi" ujarnya lebih jelas.
"Terus?" tanya Rena ingin Shenna menjelaskan lebih detail.
"Asisten pribadi boss. Aku jadi asisten pribadi boss" ujar Shenna membuat empat manusia yang sedang mendengar ceritanya tercengang.
"Kok bisa sih?" tanya Rena masih tidak paham dengan semua ini.
"Gatau deh kak" ujar Shenna yang hanya bisa pasrah.
*
Shenna melambaikan tangannya pada Rena yang sudah pulang, perempuan dengan kemeja putih itu melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Hari ini terasa sangat berat untuk seorang perempuan bernama Shenna Samantha. Ia hanya bisa menghela nafas kasar mengingat mulai besok kegiatannya akan berubah.
Shenna masuk ke dalam mobilnya, tangannya menyentuh layar untuk menghidupkan musik. Setidaknya musik tidak pernah membiarkan Shenna merasa kesepian, perempuan cantik itu menyetir mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Shenna mengambil ponselnya yang bergetar, panggilan masuk dari Tiara membuatnya langsung menerima telepon tersebut.
"Kenapa Ra?" tanya Shenna saat panggilan itu tersambung.
"Udah pulang kerja kan? gua lagi di tempat Kevin, ayo ke sini" ujar Tiara.
Awalnya Shenna ingin menghabiskan waktunya untuk merenung di apartemen sendirian, namun ia tidak bisa menolak ajakan Tiara, jadilah perempuan itu memutar balik mobilnya dam melaju ke kedai sang kekasih.
Dengan wajah yang terlihat sangat lusuh, Shenna memperhatikan sekitarnya. Perempuan yang memintanya untuk datang sedang sibuk memainkan ponsel di sudut pojok kedai.
"Shenna" panggilan seseorang membuat Shenna yang hendak menghampiri Tiara terhenti, kepalanya menoleh pada sumber suara, lalu sedetik kemudia dia menyunggingkan senyuman ketika melihat seorang laki-laki tampan mendekat ke arahnya.
"Baru pulang kerja ya?" tanya Kevin yang mendapat anggukan dari Shenna.
"Kenapa cemberut gitu mukanya?" tanya Kevin lagi, berharap perempuan yang berstatus sebagai kekasihnya menceritakan harinya saat ini.
"Vin, anterin ini dong satu lagi" teriak seseorang membuat Shenna yang tadinya hendak menjawab pertanyaan Kevin mengurungkan niatnya.
"Aku duduk dulu ya, nanti aku ceritain pas kamu udah selesai anterin pesanan pelanggan" ujar Shenna dengan senyuman.
Kevin lalu meninggalkan Shenna yang melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Tiara. "Lo ngapain si?" tanya Shenna yang duduk di depan Tiara, namun sepertinya perempuan itu tidak sadar akan kehadirannya.
"Shenna, lo ngagetin aja! kapan datengnya sih" pekik Tiara yang terkejut, hampir saja perempuan itu melempar ponselnya.
"Ya lo ngapain serius gitu liatin hp" sahut Shenna yang langsung meletakkan tasnya di atas meja.
Tiara tidak menyahuti pertanyaan Shenna, perempuan itu malah mengerutkan keningnya, memperhatikan wajah Shenna yang sedang cemberut.
"Muka lo kenapa cemberut begitu dah? lagi ada masalah?" tanya Tiara, tumben sekali perempuan itu memperlihatkan wajah seperti itu. Biasanya Shenna adalah anak yang ceria dan banyak bicara.
Kevin yang sudah menyelesaikan pekerjaannya datang ke meja dua perempuan itu, dengan satu cup ice taro latte kesukaan Shenna.
"Makasih" ujar Shenna saat laki-laki itu memberikan ice taro padanya.
Kevin duduk di sebelah kekasihnya, mendengarkan Shenna yang akhirnya menceritakan alasan kenapa wajahnya cemberut hari ini.
"Posisi aku di kantor di pindahin sama boss" ujarnya mengadu pada dua manusia di sana.
"Sekarang jadi asisten pribadi boss yang gila, rese, dan anjim banget" tambahnya lagi.
"Kok bisa sih?" tanya Tiara penasaran.
"Ya bisa aja, orang dia yang punya perusahaan" sahut Shenna yang juga tidak tahu alasan tepat mengapa ia tiba-tiba di pindahkan begitu saja.
"Gapapa sayang, yang penting kan sekarang masih bisa kerja" ujar laki-laki itu lembut, Shenna menyenderkan kepalanya pada bahu Kevin. Lalu satu tangan Kevin mengusap pelan punggung kekasihnya.
Tiara yang duduk di hadapan mereka merasa gemas, ingin memindahkan dua manusia yang sedang di mabuk asmara itu pindah planet saja.
"Bisa ga sih, lo berdua jangan mesra-mesraan di depan gua" ujar Tiara muak.
Mendengar itu membuat Shenna sengaja meneratkan tangannya pada pinggang Kevin sehingga mereka terlihat sedang berpelukan. "Biar lo tambah iri deh" ujarnya sambil tertawa.
Selanjutnya Tiara benar-benar seperti nyamuk yang sedang menemai dua orang itu berpacaran. Mengajak Shenna bertemu di kedai Kevin adalah kesalahan besar, karena pada akhirnya Tiara hanya bisa menyaksikan tingkah bucin mereka berdua.
"Gua bener-bener harus siapin mental besok" ujar Shenna pada Tiara.
"Emang boss lo segila apa sih sampe harus kaya gitu"
"Dia beneran gila Ra! seriusan!" ujar Shenna cepat.
"Yang gua denger dari anak-anak di kantor sih, katanya dia ga segan-segan buat pecat karyawannya. Dia juga bersikap seolah superior dan merasa paling benar!"
"Dan lo harus tahu, kalau gua ga tanda tangan surat perjanjian buat jadi asistennya gua bakal di depak dari perusahaan itu. Yang gilanya adalah dia udah cari pengganti buat kerjaan di posisi gua awalnya"
"Satu lagi, dalam surat perjanjian itu, kalau gua melanggar kontrak maka gua harus ganti rugi kompensasi yang jumlahnya ga ngotak!" ujar Shenna panjang, menjelaskan begitu banyak hal tentang bosnya yang menjengkelkan.
Tiara yang tadinya tidak percaya hanya bisa membulatkan mata, terkejut karena dari cerita Shenna sepertinya boss itu memang benar-benar sudah gila.
"Kamu kalau ada apa-apa jangan lupa buat cerita sama aku, jangan di pendem sendirian ya" ujar Kevin mengingatkan.
Hubungan Shenna dan Kevin hampir menginjak tiga tahun, dan sejak awal menjalin kasih keduanya sama sekali tidak berubah.
Sikap manis Kevin masih saja sama seperti dulu, dan senyuman manis Shenna tidak pernah berubah. Senyuman yang selalu menjadi favorit Kevin sejak kali pertama, tidak lupa laki-laki itu berharap agar hubungan mereka bertahan lama.
Tiara dan Shenna menghabiskan waktunya di kedai Kevin hingga pukul delapan malam, kedua perempuan itu memilih untuk pulang karena sudah malam.
"Aku pulang dulu ya" ujarnya pada Kevin yang mengantarnya hingga parkiran.
"Iya, hati-hati di jalan! jangan ngebut, nanti kalau udah sampe apartemen jangan lupa kabarin" ingatnya pada Shenna agar perempuan itu tidak lupa.
"Balik duluan ya Vin" ujar Tiara juga.
"Yoi, hati-hati Ra" sahutnya lalu melambaikan tangan saat kedua perempuan itu sudah pergi.
*
Shenna merebahkan dirinya di atas ranjang, satu tangannya mengambil ponsel yang berada di dalam tas. Saatnya mengabari Kevin bahwa dirinya sudah sampai di apartemen.
Shenna: "Aku udah sampe, sekarang mau mandi dulu badan aku lengket banget"
Saat pesan itu sudah terkirim, tidak perlu menunggu lama untuk mendapat balasan dari Kevin. Laki-laki itu langsung mengirim pesan jawaban pada Shenna agar tidak lama menunggu.
Kevin: "Habis itu langsung istirahat ya sayang, jangan tidur tengah malem. Besok kan harus punya tenaga extra buat kerja!"
Kevin: "Jangan lupa berdoa sebelum tidur"
Kevin: "Have a nice dream, sayang"
Kevin: "Ga usah di bales, langsung istirahat aja!"
Kevin: "One more, i love you so much:)"
Shenna membaca setiap pesan yang di kirim oleh Kevin dengan senyuman manisnya, tidak ada satupun orang yang membuatnya merasa seperti ini.
Hanya Kevin, satu-satunya manusia ciptaan Tuhan yang paling Shenna cintai setelah keluarganya.
Jika diminta satu kata untuk menggambarkan bagaimana Kevin untuk hidup Shenna, maka jawabannya adalah "segalanya"
Kevin adalah segalanya dalam hidup Shenna, laki-laki yang berhasil membuat Shenna jatuh cinta. Laki-laki pertama yang membuat Shenna meminta pada Tuhan agar hanya dia satu-satunya.
Berada di dekat Kevin membuat Shenna merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia, terima kasih pada semesta yang sudah mengirim Kevin sebagai kekasihnya.
Pagi ini Shenna sudah bersiap untuk berangkat kerja, ia bangun lebih pagi dari hari biasanya karena sekarang dia sudah pindah jabatan menjadi asisten bos. Desas-desus yang Shenna dengar membuatnya merasa ngeri, apalagi jika ia terlambat dan bos datang lebih cepat. Tamat sudah riwayat Shenna jika itu terjadi, karena dia sudah pasti akan di pecat hari itu juga. Shenna harus sudah berada di kantor sebelum bosnya datang, perempuan dengan setelah kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam itu mengambil tas kerjanya. Sebelum pergi Shenna kembali melihat penampilannya di depan cermin, tersenyum manis lalu berbisik pelan, "Sempurna" Shenna lalu keluar dari apartemennya, melangkah dengan santai dengan senyuman manis yang tak pernah pudar dari wajahnya. Tidak salah orang-orang memanggilnya sebagai anak yang ceria, dan sangat ramah. Ponsel yang ada dalam genggamannya bergetar pelan, membuat perempuan itu membuka pesan tersebut. Kevin: "Good morning sayang" Kevin: "Hari pertama j
"Shenna" panggil Rena melambaikan tangannya pada Shenna yang baru saja keluar dari ruangan bosnya. Shenna yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya, perempuan itu memberikan seulas senyuman ketika mengetahui siapa yang memanggilnya. "Makan siang?" tanya Rena saat Shenna melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang berdiri di samping tangga. Shenna memberikan anggukan pelan, lalu mengikuti Rena yang berjalan menuju kantin. Makanan yang ada di kantin ini gratis, para karyawan bebas mengambil sesuka hatinya. Shenna mengambil satu paket makan siang yang sudah di siapkan. Dua perempuan yang sudah memegang makan siangnya memilih tempat duduk paling pojok untuk menghabiskan makanannya. Tidak lama setelah mereka berdua mulai makan, teman-temannya yang lain mulai berdatangan. Mereka duduk di bangku yang sama dengan Shenna dan juga Rena, ada banyak cerita yang mereka bicarakan. Termasuk satu anak baru yang sekarang mengambil posisi Shenna dalam tim, Shenna kira awalnya p
Sepulang dari kantor, Shenna melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Perempuan dengan earphone yang terpasang di telinganya itu menghentikan mobilnya di parkiran mall. Seperti perintah bosnya ia harus mengganti pakaiannya jika ingin kembali bekerja di sana, dengan langkah kesal perempuan itu memasuki area mall yang ramai pengunjung. Shenna kembali ke tempat ia membeli baju kerja saat bersama Kevin waktu itu, "Pakaian kayak gimana yang katanya ga norak?" tanya Shenna pada dirinya sendiri. Sebagai referensi, Shenna melihat foto yang sempat ia ambil bersama rekan kerjanya beberapa hari lalu. Saat kembali melihat foto itu, Shenna merasa pakaiannya cukup sopan dan terlihat bagus. Apa karena hanya dirinya yang memakai celana panjang sendirian sedangkan rekannya yang lain menggunakan rok? Padahal katanya perusahaan membebaskan cara berpakaian karyawannya asalakan sopan. Kenapa tiba-tiba sekali pria itu mengubah aturan seenak jidatnya. Daripada berlama-lama di sini, Shenna men
Shenna merasa kurang percaya diri menggunakan rok untuk pergi bekerja, namun saat ia mengirim foto dirinya pada Kevin, laki-laki itu memuji penampilan Shenna, membuat dirinya mendapat kepercayaan bahwa ia cocok menggunakan pakaian itu. Shenna: "Send a picture" Shenna: "Jelek banget ya kalau aku pake rok gini?" Shenna: "Ga suka :(" Kevin: "Cantik" Shenna: "Seriusan?" Kevin: "Lima ribu rius" Kevin: "Percaya sama aku, kamu cocok banget pake rok itu" Shenna: "Hahaha, aku percaya sama omongan kamu" Kevin: "Apapun yang kamu pake selalu keliatan cantik kok, Shen" Kevin: "Jangan dengerin omongan orang lain" Kevin: "KAMU CANTIK BANGET!" Shenna: "kenapa capslock siii, jadi takueet dechh" Kevin: "Gaoaoao" Shenna: "Yaudah nanti kita chatan lagi ya, aku mau berangkat dulu" Kevin: "Iya, semangat kerjanya sayangku" * Sesampainya di kantor, Shenna disambut dengan tatapan oleh para karyawan yang lainnya. Melihat tatapan tidak biasa membuat perempuan dengan catolan jedai di ra
"Siapa yang suruh kamu ambil minuman ini?" tanya Arga menatap sebotol minuman yang Shenna bawa. "Tadi bapak bilang haus kan, jadi saya ambilin minum. Kalau dilihat dari tampangnya sih, orang-orang seumuran bapak ini masih suka sama yang namanya minuman kemasan kayak gini" sahut Shenna enteng. "Ini bukan hasil cap-cip-cup kamu kan?" ujar Arga mengintrogasi. "Ya bukan lah pak, ini diambil sesuai dengan riset yang saya lakukan" elaknya cepat. Mungkin jika Arga tahu bahwa Shenna hanya asal-asalan mengimbali minuman, pria itu akan kembali berulah mengomentari banyak hal. "Tapi saya ga suka minuman ini" ujarnya setelah mendengar penjelasan Shenna panjang lebar. "Kenapa? saya ngambilin minuman ini harus berdiri di depan kulkas lima menit loh pak, mohon hargai usaha saya dong" sahutnya meminta simpati. Memang pria tidak punya hati nurani, mana peduli Arga dengan kalimat yang Shenna lontarkan itu. Dia tetap bersikeras tidak menerima minuman yang Shenna bawa. "Saya mau minumannya d
Shenna yang hendak masuk ke ruangan bosnya terhenti ketika Indy memanggil namanya. "Kenapa mbak?" tanya Shenna menghampiri Indy. "Minta tolong ya Shen, mintain tanda tangan buat laporan ini" ujar Indy memberikan kertas-kertas itu pada Shenna. "Gua kebelet banget, tapi harus cepet-cepet minta tanda tangannya. Tolongin banget ya" ujar Indy lagi. "Iya mbak" sahut Shenna mengambil laporan itu. "Oh iya, satu lagi, tolong ingetin sama bos kalau siang ini bakal ada meeting ya" tambah Indy sebelum pergi. Shenna yang sudah paham langsung kembali masuk ke dalam ruangan bosnya, "Selamat pagi kak, ini ada laporan yanh harus bapak tanda tangani" ujar Shenna mendekatkan laporan itu pada Arga yang sedang terlihat serius di depan layar laptopnya. "Kenapa kamu?" tanya Arga. "Maksudnya?" sahut Shenna bingung. "Kenapa kamu yang bawa laporan ini? ini kan bukan tugas kamu" sahut Arga menghentikan kegiatan kerjanya. "Oh iya, kebetulan mbak Indy lagi ada panggilan alam jadi minta tolong sama
Kak Rena: "Shen, lo di mana?" Kak Rena: "Pak Arga nyariin lo tuh" Shenna yang masih di dalam toilet langsung mengusap air matanya dengan cepat, ia membasuh wajahnya di washtafel dan sesegara mungkin langsung pergi ketika membaca pesan masuk yang di kirim oleh Rena. "Duh, gimana nih" ujar Shenna pelan. "Yakin sih, ini bakal jadi hari terakhir gua di sini, gua pasti bakal dipecat secara tidak hormat" tambahnya lagi. Dengan langkah malas, perempuan itu berjalan dengan rambutnya yang basah karena kena cipratan air saat membasuh wajah tadi. Shenna mengetuk pelan pintu ruangan kerja bosnya, "Masuk" saat mendengar jawaban dari Arga, Shenna membuka pintu itu perlahan. Ia sudah siap menerima konsekuensi pada perbuatannya yang tidak sepenuhnya salah, mungkin setelah ini Shenna akan merengek pada orang tuanya agar membantu masalahnya yang cukup serius ini. "Darimana aja kamu?" tanya Arga datar. Pandangan pria itu tidak menoleh pada Shenna, melainkan menatap berkas yang ada di atas
Shenna berjalan memasuki area kampus yang cukup ramai, hari ini ia harus menyetor tugas kuliahnya yang sudah ia kerjakan. Sudah lima menit ia menginjakkan kaki di kampus, namun tanda-tanda kehadiran Tiara belum juga nampak. Kemana perempuan yang bilang bahwa dirinya sudah di jalan, mengapa dia belum juga datang. Shenna dan Kevin tidak berada di jurusan yang sama, kekasihnya yang tampan itu memilih manajemen bisnis sebagai jurusannya. Jika diingat-ingat, pertemuan mereka terbilang cukup unik. Saat itu Shenna sedang duduk di kantin sendirian, menunggu Tiara yang sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba saja Kevin datang dan duduk di depannya, dengan segelas lemon tea. "Numpang duduk boleh?" tanya Kevin saat itu. Shenna yang tidak bisa menolak akhirnya menganggukkan kepalanya, membiarkan laki-laki itu duduk di tempat yang sama dengannya, sembari menunggu Tiara yang sebentar lagi datang. Kehadiran Kevin awalnya cukup membuat Shenna tidak nyaman, karena laki-laki itu terus saja menatapny