"Shenna" panggil Rena melambaikan tangannya pada Shenna yang baru saja keluar dari ruangan bosnya.
Shenna yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya, perempuan itu memberikan seulas senyuman ketika mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Makan siang?" tanya Rena saat Shenna melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang berdiri di samping tangga.
Shenna memberikan anggukan pelan, lalu mengikuti Rena yang berjalan menuju kantin. Makanan yang ada di kantin ini gratis, para karyawan bebas mengambil sesuka hatinya.
Shenna mengambil satu paket makan siang yang sudah di siapkan. Dua perempuan yang sudah memegang makan siangnya memilih tempat duduk paling pojok untuk menghabiskan makanannya.
Tidak lama setelah mereka berdua mulai makan, teman-temannya yang lain mulai berdatangan. Mereka duduk di bangku yang sama dengan Shenna dan juga Rena, ada banyak cerita yang mereka bicarakan.
Termasuk satu anak baru yang sekarang mengambil posisi Shenna dalam tim, Shenna kira awalnya pernyataan Arga adalah sebuah gertakan belaka, namun ternyata pria itu benar-benar sudah menyiapkan anak baru untuk menggantikan Shenna.
"Namanya Caca" ujar Rena memberitahu.
Baru saja hendak menggibahi Caca, perempuan dengan rambut sebahu itu datang sambil celingak-celinguk mencari tempat duduk. Tangan kanannya memegang satu kotak makanan, dan tangan kirinya memegang sebotol minuman.
"Caca!" teriak Rena, perempuan itu memanggil Caca untuk bergabung bersama mereka.
Melihat Caca, Shenna jadi merasa melihat dirinya sendiri saat pertama kali menginjakkan kakinya di perusahaan ini. Rena benar-benar sangat membantu karyawan baru yang masih malu-malu.
"Duduk sini aja" ujarnya menunjuk bangku kosong yang ada di sebelah Shenna.
"Oh iya, kalian berdua belum kenal kan, kenalan dulu dong" suruh Rena.
Shenna memperhatikan perempuan cantik di sebelahnya, lalu mengulum senyuman sambil menjabat tangan Caca yang sudah terulur lebih dulu.
"Caca" ujar perempuan itu menyebut namanya.
"Shenna" balasnya.
*
Selesai makan siang, mereka berjalan beriringan keluar kantin sambil bercerita. Mereka masih memiliki waktu untuk keluar sebentar, rencanya ingin menikmati udara segar di taman. Rena menghentikan langkahnya lebih dulu, membuat teman-temannya terkejut dan ikut berhenti.
Dari sini mereka bisa melihat kehadiran Arga dengan jas hitamnya, pria bertubuh sexy itu melangkahkan kakinya dengan gagah.
Sebagai karyawan yang sopan, mereka menyapa kehadiran bosnya yang hendak melewati tempat itu.
"Selamat siang pak" ujar Rena memimpin.
Arga yang hendak melintas menghentikan langkahnya saat mengetahui ada Shenna di sana. Pria itu menatap semua karyawannya bergantian, lalu yang terakhir menatap ke arah Shenna yang terlihat paling berbeda.
Dari segi pakaian saja, Shenna sudah jauh dari yang lainnya. Hanya dia satu-satunya yang menggunakan celana panjang, sedangkan temannya yang lain memakai rok.
Sangat norak dan tidak menarik perhatian, "Kamu ke ruangan saya sekarang!" tunjuk Arga pada Shenna yang langsung membulatkan matanya.
"Tapi kan jam makan siangnya belum selesai pak" sahut Shenna.
"Terus?"
"Kamu ga mau nurutin perintah saya?" tanya Arga, semua teman-teman Shenna sedang memperhatikan mereka berdua sekarang.
Shenna hanya terdiam, jikalau menyahut sudah pasti ia akan langsung di tendang dari sini oleh manusia tidak punya belas kasihan itu.
"Dua menit dari sekarang!" ujarnya melewati Shenna.
Arga melanjutkan langkahnya dengan angkuh, semua karwayan yang mendengar itu merasa kasihan pada Shenna.
Rencanya untuk ke taman sudah pudar, "Gapapa Shen, besok-besok aja" ujar Rena saat melihat wajah Shenna yang sedih.
"Maaf ya kak" ujar Shenna merasa malu, karena dialah yang mengajak teman-temannya untuk pergi.
"Mending lo pergi sekarang deh, biar engga di marahin lagi" suruh Rena agar Shenna tidak terlambat.
*
Shenna berlari menuju lift, ruangan bosnya ada di lantai empat, ia buru-buru saat melihat sisa waktunya yang tinggal sedikit.
Shenna menekan tombol naik, kakinya sudah gemetar, jika terlambat sudah pasti ia akan mendapat omongan pedas lagi.
Ting
Lift terbuka saat ia sudah berada di lantai empat, dengan cepat perempuan itu menuju ruangan bosnya. Tangannya menyentuh kenop pintu dan segera masuk ke dalamnya.
Nafasnya naik turun, Shenna terkejut saat melihat Arga sudah menatapnya penuh selidik.
"Kamu terlambat" ketus Arga menatapnya tajam.
Shenna bingung, bukankah seharusnya dia sudah tiba tepat waktu. Arga memintanya datang saat pukul 13.17, pria itu memberikan waktu selama dua menit agar Shenna sudah berdiri di ruangannya.
Shenna tiba pukul 13.19, bukankah berarti Shenna tiba tepat waktu. "Tapi ini masih jam 13.19" jelasnya.
"13.19 lebih empat detik! harusnya kamu datang 13.19 aja" ujar Arga membuat Shenna hampir saja marah besar.
"Sangat tidak bisa menghargai waktu! kalau semua karyawan saya seperti kamu, bisa hancur perusahaan saya" ujar Arga dengan entengnya.
Kalimat itu tentu saja menusuk hati Shenna yang terdalam, hanya karena empat detik saja dia mendapatkan komentar buruk seperti itu.
"Maaf pak" ujarnya daripada menambah masalah.
"Kamu ga punya template lain apa? saya cape denger kata maaf terus dari kamu" kata Arga masih mendelik pada perempuan itu.
"Jadi saya harus gimana dong?" tanya Shenna.
"Mana saya tahu, kamu cari tahu sendiri dong" suruhnya terus menyahuti perempuan itu.
"...brengsek ni orang, kalau bukan bos udah gua jadiin soto dari kemarin" gerutunya dalam hati.
"Kamu ngatain saya?" tanya Arga.
"Eh-"
Bagaimana pria itu bisa tahu bahwa Shenna sedang menyumpah serapahinya di dalam hati. Apa mungkin ada setan yang membisikkan padanya, jangan-jangan perusahaan ini menggunakan jasa dukun dan bantuan para jin sehingga bisa sukses.
Shenna jadi membayangkan ada setan-setan yang berdiri di sebelah bosnya, lalu membisikkan apa saja isi pikiran Shenna.
"Perusahaan ini besar bukan karena bantuan setan, tapi karena Tuhan yang selalu membantu usaha hambanya" ujar Arga kembali membuat Shenna terkejut.
"Kalau saya perhatikan, kamu ini beda banget ya sama yang kemarin-kemarin" ujar Arga kembali mengingat awal pertemuan dua manusia itu.
"Maksudnya?" tanya Shenna belum paham.
"Ya, waktu itu kamu bahkan mukul saya perkara ponsel kamu yang retak karena ketoledoran kamu sendiri" ujarnya mengingatkan.
"Kenapa sekarang jadi ciut begini nyalinya?"
Shenna menundukkan kepalanya dalam-dalam, "sialan kenapa dia harus mengingat kejadian itu lagi" rutuknya dalam hati.
"Saya juga bisa dengar kamu bilang saya tua bangka" tambah Arga.
Shenna sudah tidak tahan lagi, sepertinya dia harus menghilang dari sini. Namun karena sadar tidak punya kekuatan menghilang, perempuan itu hanya bisa merutuki mulutnya yang bicara seenaknya waktu itu.
"Ah, ada perlu apa ya bapak minta saya datang ke sini?" tanya Shenna mengalihkan topik Arga agar tidak membahas masalah itu lagi.
"Ga ada" sahutnya enteng.
"Huh?"
"Kenapa? harus ada alasan yang jelas buat saya minta kamu datang ke sini?" tanya Arga.
"Bukan gitu pak, tapi-"
"Terserah saya mau minta kamu datang, atau suruh kamu pulang. Ini perusahaan saya, kamu hanya perlu mengikuti perintah saya" tegas Arga, Shenna yang sadar akan posisinya hanya menganggukan kepalanya pelan, tanda ia mengerti dengan apa yang Arga ucapkan.
Keduanya sempat terdiam sebentar, keadaan dalam ruangan besar ini sangat hening. Hingga Arga kembali mengutarakan kalimatnya yang menyakiti orang-orang.
"Saya ga suka selera kamu" ujar Arga tiba-tiba.
"Kamu bisa lihat cara teman-teman kamu berpakaian kan? contoh mereka sebagai referensi, mata saya sakit kalau lihat kamu norak seperti itu" celetuk Arga kali ini hingga menembus jantung.
"Ini cara berpakaian yang saya suka" sahutnya kali ini tidak terdengar lemah.
"Tapi saya ga suka" sahut Arga tak mau kalah.
"Kenapa bapak mengurusi cara saya berpakaian?" tanya Shenna ingin marah.
"Karena pakaian norak seperti itu membuat penglihatan saya jadi sakit" ujarnya tanpa merasa bersalah.
"Tapi bapak tidah berhak mengomentari pakaian saya seperti itu" tegas Shenna agar pria itu tidak seenaknya.
"Saya punya mata untuk melihat penampilan kamu, saya juga punya mulut untuk mengomentari kamu. Jadi kalau kamu tidak suka, pintu keluar ada di sana" tunjuknya pada pintu yang tertutup.
Shenna cukup sakit hati mendengar kalimat menyakitkan itu, pria di depannya benar-benar sudah gila.
"Mulai besok saya tidak mau melihat kamu berpakaian seperti itu lagi"
"Tapi pak"
Shenna melihat pakaiannya yang cukup bagus menurutnya, selera orang memang berbeda-beda kan, jadi apa salahnya Shenna menggunakan pakaian yang menurutnya nyaman.
Haruskan dia mengikuti perintah itu? atau dia tetap menggunakan pakaian sesuai dengan kenyamanannya.
Ini adalah kemeja dan celana yang ia beli saat bersama Kevin. Kevin bilang pakian ini sangat cocok untuk Shenna, apa jangan-jangan kekasihnya itu berbohong. Mana mungkin, Kevin selalu jujur memberikan pendapatnya pada Shenna.
Memang bosnya saja yang resek, daripada di pecat dan kembali menganggur, lebih baik Shenna mengikuti perintahnya saja.
"Baik pak" ujar Shenna pada akhirnya.
Arga menyunggingkan senyuman menyeringai di sudut bibirnya saat mendengar perkataan Shenna yang menuruti perintahnya.
terima kasih sudah membaca cerita ini :) jangan lupa berikan dukungannya dengan cara klik vote ya... Selamat menikmati bab selanjutnya!!
Sepulang dari kantor, Shenna melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Perempuan dengan earphone yang terpasang di telinganya itu menghentikan mobilnya di parkiran mall. Seperti perintah bosnya ia harus mengganti pakaiannya jika ingin kembali bekerja di sana, dengan langkah kesal perempuan itu memasuki area mall yang ramai pengunjung. Shenna kembali ke tempat ia membeli baju kerja saat bersama Kevin waktu itu, "Pakaian kayak gimana yang katanya ga norak?" tanya Shenna pada dirinya sendiri. Sebagai referensi, Shenna melihat foto yang sempat ia ambil bersama rekan kerjanya beberapa hari lalu. Saat kembali melihat foto itu, Shenna merasa pakaiannya cukup sopan dan terlihat bagus. Apa karena hanya dirinya yang memakai celana panjang sendirian sedangkan rekannya yang lain menggunakan rok? Padahal katanya perusahaan membebaskan cara berpakaian karyawannya asalakan sopan. Kenapa tiba-tiba sekali pria itu mengubah aturan seenak jidatnya. Daripada berlama-lama di sini, Shenna men
Shenna merasa kurang percaya diri menggunakan rok untuk pergi bekerja, namun saat ia mengirim foto dirinya pada Kevin, laki-laki itu memuji penampilan Shenna, membuat dirinya mendapat kepercayaan bahwa ia cocok menggunakan pakaian itu. Shenna: "Send a picture" Shenna: "Jelek banget ya kalau aku pake rok gini?" Shenna: "Ga suka :(" Kevin: "Cantik" Shenna: "Seriusan?" Kevin: "Lima ribu rius" Kevin: "Percaya sama aku, kamu cocok banget pake rok itu" Shenna: "Hahaha, aku percaya sama omongan kamu" Kevin: "Apapun yang kamu pake selalu keliatan cantik kok, Shen" Kevin: "Jangan dengerin omongan orang lain" Kevin: "KAMU CANTIK BANGET!" Shenna: "kenapa capslock siii, jadi takueet dechh" Kevin: "Gaoaoao" Shenna: "Yaudah nanti kita chatan lagi ya, aku mau berangkat dulu" Kevin: "Iya, semangat kerjanya sayangku" * Sesampainya di kantor, Shenna disambut dengan tatapan oleh para karyawan yang lainnya. Melihat tatapan tidak biasa membuat perempuan dengan catolan jedai di ra
"Siapa yang suruh kamu ambil minuman ini?" tanya Arga menatap sebotol minuman yang Shenna bawa. "Tadi bapak bilang haus kan, jadi saya ambilin minum. Kalau dilihat dari tampangnya sih, orang-orang seumuran bapak ini masih suka sama yang namanya minuman kemasan kayak gini" sahut Shenna enteng. "Ini bukan hasil cap-cip-cup kamu kan?" ujar Arga mengintrogasi. "Ya bukan lah pak, ini diambil sesuai dengan riset yang saya lakukan" elaknya cepat. Mungkin jika Arga tahu bahwa Shenna hanya asal-asalan mengimbali minuman, pria itu akan kembali berulah mengomentari banyak hal. "Tapi saya ga suka minuman ini" ujarnya setelah mendengar penjelasan Shenna panjang lebar. "Kenapa? saya ngambilin minuman ini harus berdiri di depan kulkas lima menit loh pak, mohon hargai usaha saya dong" sahutnya meminta simpati. Memang pria tidak punya hati nurani, mana peduli Arga dengan kalimat yang Shenna lontarkan itu. Dia tetap bersikeras tidak menerima minuman yang Shenna bawa. "Saya mau minumannya d
Shenna yang hendak masuk ke ruangan bosnya terhenti ketika Indy memanggil namanya. "Kenapa mbak?" tanya Shenna menghampiri Indy. "Minta tolong ya Shen, mintain tanda tangan buat laporan ini" ujar Indy memberikan kertas-kertas itu pada Shenna. "Gua kebelet banget, tapi harus cepet-cepet minta tanda tangannya. Tolongin banget ya" ujar Indy lagi. "Iya mbak" sahut Shenna mengambil laporan itu. "Oh iya, satu lagi, tolong ingetin sama bos kalau siang ini bakal ada meeting ya" tambah Indy sebelum pergi. Shenna yang sudah paham langsung kembali masuk ke dalam ruangan bosnya, "Selamat pagi kak, ini ada laporan yanh harus bapak tanda tangani" ujar Shenna mendekatkan laporan itu pada Arga yang sedang terlihat serius di depan layar laptopnya. "Kenapa kamu?" tanya Arga. "Maksudnya?" sahut Shenna bingung. "Kenapa kamu yang bawa laporan ini? ini kan bukan tugas kamu" sahut Arga menghentikan kegiatan kerjanya. "Oh iya, kebetulan mbak Indy lagi ada panggilan alam jadi minta tolong sama
Kak Rena: "Shen, lo di mana?" Kak Rena: "Pak Arga nyariin lo tuh" Shenna yang masih di dalam toilet langsung mengusap air matanya dengan cepat, ia membasuh wajahnya di washtafel dan sesegara mungkin langsung pergi ketika membaca pesan masuk yang di kirim oleh Rena. "Duh, gimana nih" ujar Shenna pelan. "Yakin sih, ini bakal jadi hari terakhir gua di sini, gua pasti bakal dipecat secara tidak hormat" tambahnya lagi. Dengan langkah malas, perempuan itu berjalan dengan rambutnya yang basah karena kena cipratan air saat membasuh wajah tadi. Shenna mengetuk pelan pintu ruangan kerja bosnya, "Masuk" saat mendengar jawaban dari Arga, Shenna membuka pintu itu perlahan. Ia sudah siap menerima konsekuensi pada perbuatannya yang tidak sepenuhnya salah, mungkin setelah ini Shenna akan merengek pada orang tuanya agar membantu masalahnya yang cukup serius ini. "Darimana aja kamu?" tanya Arga datar. Pandangan pria itu tidak menoleh pada Shenna, melainkan menatap berkas yang ada di atas
Shenna berjalan memasuki area kampus yang cukup ramai, hari ini ia harus menyetor tugas kuliahnya yang sudah ia kerjakan. Sudah lima menit ia menginjakkan kaki di kampus, namun tanda-tanda kehadiran Tiara belum juga nampak. Kemana perempuan yang bilang bahwa dirinya sudah di jalan, mengapa dia belum juga datang. Shenna dan Kevin tidak berada di jurusan yang sama, kekasihnya yang tampan itu memilih manajemen bisnis sebagai jurusannya. Jika diingat-ingat, pertemuan mereka terbilang cukup unik. Saat itu Shenna sedang duduk di kantin sendirian, menunggu Tiara yang sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba saja Kevin datang dan duduk di depannya, dengan segelas lemon tea. "Numpang duduk boleh?" tanya Kevin saat itu. Shenna yang tidak bisa menolak akhirnya menganggukkan kepalanya, membiarkan laki-laki itu duduk di tempat yang sama dengannya, sembari menunggu Tiara yang sebentar lagi datang. Kehadiran Kevin awalnya cukup membuat Shenna tidak nyaman, karena laki-laki itu terus saja menatapny
Saat akan melangkahkan kakinya menuju taman, Shenna tidak sengaja bertemu dengan senior yang paling ia benci di kampus ini. "Hai Shen" sapa laki-laki itu dengan senyuman yang membuat Shenna ingin muntah melihatnya. "Udah lama ga ketemu, kamu apa kabar?" tanya Martin membuat Shenna benar-benar merasa sangat tidak nyaman. "Bisa minggir ga?" ujar Shenna karena saat ini Martin sengaja berdiri di depannya, sehingga tidak ada akses untuk Shenna lewat. "Judes banget sih Shen" sahut Martin dengan wajahnya yang menyebalkan itu. "Kamu sama Kevin, masih pacaran?" tanya Martin tiba-tiba. "Kalau masih, kenapa emangnya? ada masalah?" balas Shenna. "Aku cuma kasihan aja sih sama kamu, jangan terlalu percaya sama Kevin" "Saran doang sih Shen, ga di dengerin juga gapapa" ujar Martin lagi. Sungguh, ingin sekali rasanya Shenna menendang tubuh laki-laki itu agar memberikan ruang untuk Shenna pergi. "Kalau kamu sama Kevin ada masalah nanti, kamu bisa cari aku ya Shen. Hati aku masih sam
Shenna harus kembali melayani bosnya yang menyebalkan setelah mendapat libur kemarin. Sehari tanpa makian Arga benar-benar membuat hidup Shenna menjadi jauh lebih tentram, sangat tenang sehingga dia ingin terus jauh dari pria itu. Namun ingatkan hutangnya yang menumpuk membuat Shenna dengan berat hati kembali ke kantor. Padahal masih pagi, Namun sumpah serapah kali ini sudah terus ia lontarkan pada Arga yang tidak pernah berubah. "Kamu sedang apa?" tanya Arga terdengar serius. Shenna hampir saja merutuki pertanyaan pria itu, jika dia punya mata seharusnya pria itu tahu apa yang sedang Shenna lakukan. Bukankah sudah sangat jelas bahwa perempuan itu hanya berdiri menunggu perintah dari bosnya. "Saya sedang menunggu" sahut Shenna sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. "Menunggu? menunggu apa?" tanya Arga penasaran. Bagaimana tidak, pria itu sejak tadi melihat Shenna hanya berdiri tanpa melakukan apapun, lalu apa yang dia tunggu? "Menunggu perintah dari Bapak" sahutnya dengan