Christy memukul-mukul kepalanya. "Ya Tuhan. Christy, kekacauan apa yang telah kau buat," batinnya menggeliat.
"Habislah sudah karirku yang baru berusia beberapa hari ini," ucap Christy mau menangis dsn sendu dihati. Christy membuka pintu kamar itu pelan-pelan. Sepertinya Presiden Direktur sedang tidak ada, Christy mengendap-ngendap keluar sambil berjinjit agar gerakannya tidak terdengar. "Apa kau mau pergi membawa baju kemejaku?" ucap Edward. Tubuh Christy membeku . "Ketahuan," ucap Christy dalam hati sambil menggigit bibirnya. Edward berdiri bersedekap di depan Christy Xu. "Apakah wanita ini benar-benar akan pergi keluar dengan seperti ini," ucap Edward dalam hati sambil memandangi kemeja selutut yang dipakai Christy, menunjukan kaki jenjang panjangnya dan mepertegas jari-jari kacil kakinya yang imut. Edward mengambil Tas yang ada di sofa dan memberikannya kepada Christy. "Bajumu yang semalam telah kubuang, kau pakailah baju ini. Cepatlah atau kita akan terlambat pergi ke kantor," ucap Edward Gu. Christy Xu masih mencoba mencerna perkataan Edward. "Hah maksudnya kita akan bersama-sama pergi ke kantor kah?" tanya Christy dan menutup mulutnya karena panik. "Cepatlah bersiap, atau aku akan memotong gajimu untuk ganti rugi kejadian tadi malam," ucap Edward Gu. Christy Xu segera melesat Mandi dan bersiap. Setelah sarapan mereka pergi ke kantor bersama-sama. Sepanjang perjalanan Christy merasa was-was, bagaimana jika teman-temannya nanti melihat dia pergi ke kantor bersama-sama dengan Presiden Direktur. "Direktur, bisakah aku turun di depan. Aku akan naik kereta saja," pinta Christy. "Patuh, atau ku potong gajimu," ucap Edward "Pria ini kenapa sedikit-sedikit mengancam memotong gajiku," batin Christy mendengus kesal. Chirsty merasa lega ketika mengetahui Presiden Direktur memiliki tempat perkir sendiri dan Lift khusus sendiri. Dengan begini tidak akan ada gosip yang merebak. Christy memilih memakai lift umum. Christy berlari dengan cepat agar sampai terlebih dahulu sebelum Presiden Direktur sampai ke Ruangannya. Edward berdiri selama lima menit di depan Lift Khusunya, barulah masuk setelah lima menit berlalu. Tak berapa lama Chirsty sampai, Edward pun sampai. Chirsty merasa lega bisa melewati hari ini tanpa meninggalkan jejak gosip. Hosh Hosh Hosh Christy mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, karena tak ingin EdwardnGu sampai lebih dulu di ruangannya. "He kemana kau tadi malam?" tanya Yuri kepada Christy. "Ennn, aku. Itu eem karena merasa mabuk jadi tadi malam aku memilih kembali lebih dulu," ucap Christy. Helen datang dan menarik lengan Christy. Helen menariknya ke Toilet. "Christy katakan kepadaku semalam kau pergi kemana. Semalam aku bertemu dengan si brengsek Eric. dia bilang kau pergi dengan calon suamimu?" tanya Helen berapi-api. Christy mengajak helen masuk ke salah satu bilik toilet. "Ssst, pelankan suaramu!" ucap Christy dengan gugup. "Helen, aku bersumpah tidak akan pernah menyentuh alkohol lagi. Semalam ku dibuat menjadi gila karenanya". Ucap Christy sambil mau menangis. "Katakan apa yang terjadi?" tanya Helen penasaran. Christy menceritakan kejadian semalam dengan berbisik kepada Helen. Mendengar cerita Chirsty hampir-hampir saja membuat Helen tercekik karena tersedak. Ya Tuhan bagaimana mungkin Chirsty muntah di tubuh Presiden Direktur yang penyuka kebersihan itu. "Habislah Riwayatmu kali ini Chirsty sayang, kenapa kau selalu tidak beruntung jika berhubungan dengan Pria," ucap Helen yang turut bersedih melihat nasib teman baiknya ini. "Christy dimana kau? Presiden Direktur meminta Kopinya!" ucap Yuri melalui ponselnya. Christy segera melesat meninggalkan toilet dan meninggalkan Helen yang masih terperanjat kaget. "Yang akan terjadi, terjadilah," ucap Christy sambil mengaduk-aduk kopi untuk Edward itu.PURA-PURA HILANG INGATAN
Christy segera membuatkan kopi dan membawanya ke Ruangan. Christy menarik nafas dalam-dalam. "Huufh, baiklah aku akan berpura-pura hilang ingatan saja tentang kejadian semalam." Christy menaruh Kopi itu diatas meja dengan pelan, perlahan-lahan melangkah mundur membalikan badannya. berjalan pelan ke pintu keluar, sambil mengigit-gigit bibirnya. "Berhenti!" perintah Edward Gu. Christy perlahan membalikan badannya. "Ya pak Direktur," ucap Christy. Edward menggerakan jarinya memberi tanda agar Christy mendekatinya. Christy perlahan mendekatinya. "Tentang tadi malam aku akan menuntut ganti rugi kepadamu," ucap Edward Gu. "Ennn, itu ..... Hmm Direktur bisa memotong dari gajiku saja," ucap Christy. "Aku menuntut ganti rugi 500 juta," ucap Edward Gu. Mata christy melebar memandang Edward Gu. "Apa-apaan pria ini Kaya tapi begitu perhitungan dan serakah," ucap Christy dalam hati dengan kesal. "Tuan, aku hanya memakai kemejamu, mengapa aku harus mengganti rugi dengan amat mahal," protes Christy . "Bukan hanya kemeja, tapi kau juga sudah menjadikanku seorang baby Sitter pada malam itu," ucap Edward dengan serius. "Hmm ..... ini, Enn bukankah dia yang dapat keuntungan lebih banyak dari kejadian semalam. Kenapa jadi dia yang menuntut ganti rugi," pikir Christy. "Tuan apa itu tidak terlalu berlebihan?" tanya Christy dengah putus asa. "Kau hanya memiliki dua pilihan. Membayar ganti rugi atau menjadi pacar settinganku?" ucap Edward Gu. "Akhir-akhir ini Ibuku ribut sekali meminta ku menikah, dan sibuk melempar ku kesana kemari untuk di jodohkan," tambahnya lagi, "Kau cukup datang jika aku memintamu datang," Edward Gu menjelaskan peraturannya. "Semudah itu?" tanya Christy. Edward Gu mengangguk. Christy menimbang-nimbang penawaran Edward Gu, lalu memutuskan tidak ada salahnya menerima tawaran Edward Gu. "Baik, sepakat. Tapi kau harus berhenti mengancam sedikit-sedikit akan memotong gaji ku," pinta Christy. "Ok, untuk kesepakatan ini aku akan memberikan kompenasasi untukmu. Bonus 12 bulan gaji," ucap Edward Gu. "Ah, benar kah itu?" ucap Christy dengan mata berbinar sambil memegang tangan Edward Gu. 12 bulan gaji bukankah itu bernilai puluhan juta, tentu saja membuat Christy senang hati dan langsung bisa segera pindah mencari apartemen. Christy nampak tersenyum-senyum keluar dari Ruangan Presdir. Dia mengira dirinya akan di hukum, namun siapa sangka Presdir yang menyebalkan itu malah memberinya bonus, meski dia harus mengerjakan pekerjaan ekstra di luar pekerjaannya sebagai sekretaris. "Bersiaplah, kita akan bertemu dengan ibuku!" isi Pesan Edward. "Aiiiish, pria ini benar-benar tidak ingin merugi," ucap Christy Xu dalam hati. Sepulang Jam kantor Christy ikut pulang dengan Edward untuk makan malam dengan ibunya. "Ingat kau harus berakting dengan baik nanti," ucap Edward Gu. "Jika tidak bonusnya akan ku potong," tambah Edward Gu. "Aisssh Pria ini benar-benar perhitungan dan pelit sekali," ucap Christy dalam hati. "Ya, ya Tuan muda tenanglah aku akan berakting meyakinkan, sangat-sangat meyakinkan sampai-sampai nanti ibumu mengira kita akan segera menikah," jawab Christy dengan kesal. Mereka tiba di Rumah Tua Keluarga Gu. Christy terkagum dengan bangunan rumah tersebut. Rumah bergaya tradisional. Rumah keluarga Gu dibangun dalam sebuah lahan tertutup dengan banyak bangunan di dalamnya. Edwrad hanya tersenyum melihat wajah Christy yang terkagum kagum. "Hei kemari cepat, apa kau begitu menganggumi rumahku ini?" tanya Edward Gu . "Aaah Tuan ini indah sekali. Jika kau memintaku untuk tinggal disini, dengan senang hati aku akan tinggal disini," ucap Christy. Edward mengernyitkan Alisnya, dari semua wanita yang dia kenal, hanya baru Christy saja yang menyatakan suka jika harus tinggal di Rumah Tua ini.Chritsy Xu mengejar langkah Edward Gu. "Tuan apakah Nyonya besar galak?" tanya Christy. "Sebentar lagi kau bisa mengetahuinya," ucap Edward Gu. Mereka berdua sampai di Ruang Makan. Edward menggandeng tangan Christy, lalu membisikan sesuatu ke telinga Christy. "tersenyumlah"! perintah Edward Gu. Christy Xu memasang senyuman termanisnya. "Nyonya Gu, Selamat malam," Sapa Christy seraya memberikan hormat membungkukan badannya. Nyonya Gu, merasa senang melihat sopan santun Christy. Tinggal di tengah-tengah kota modern seperti ini, sudah jarang sekali menemui anak Gadis masih menjungjung nilai-nilai luhur norma. "Ya, ya . Gadis manis," ucap Nyonya Gu sambil menarik Christy untuk duduk di sebelahnya. Mereka bertiga duduk dengan tenang di meja makan bundar tersebut. Selesai makan Nyonya Gu mengajak Christy meminum Teh herbal untuk m
Christy Xu merasa merdeka ketika melihat susunan Jadwal kerja President Direktur. "Yes, dia akan melakukan perjalanan dinas ke Negri kincir Angin selama sepekan," ucap Christy dalam hati dan tersenyum dengan penuh kemenagan. "Dalam Sepekan hari-hariku akan penuh kedamaian," ucapnya lagi. "Apakah ada sesuatu yang menyenangkan hatimu?" tanya Yuri sang Sekretaris utama Presdir. "Aah, tidak. tidak ada apa-apa. Eem apakah kau akan ikut pergi dengan Presdir?" tanya Christy. "Tentu saja aku harus pergi, bukankah aku Sekretaris utamanya," hawab Yuri. "Kau hebat sekali Yuri, Sekretaris terhandal Presdir," ucap Christy memuji. Selama Christy bekerja disini, Christy tidak pernah melihat Yuri di jemput oleh Pria. "ya, ya bekerja dengan Presdir antik macam Tuan Gu itu tentu saja membuat Yuri menjadi tidak memiliki waktu untuk mengurus soal cinta," pikir Christ
Melihat Presdir Gu menatapnya dengan tatapan investigasi Christy pun langsung membela diri. "Tenang saja Presdir Gu, makanan yang baru saja kumasak ini aman dan steril," ucap Christy kepada Edward Gu. Christy hanya menyiapkan satu set makan malam, karena tadi meski makan sedikit dia sudah merasa kenyang. Bagaimana mungkin selera makannya tidak menghilang jika tadi baru saja di kejar-kejar dan digelitiki. "Direktur, silahkan menikmati makan malamnya," ucap Chirsty sambil berlalu pergi mandi. Christy nampak kebingungan melihat beberapa barang di kamar mandinya berubah. "Sikat gigi berpasangan," ucapnya sambil mengernyitkan alisnya. "Bukaknkah ini hanya kesepakatan saja untuk menemani dia berpura-pura, kenapa harus berakting sampai seserius ini," gumam Christy dalam hati sambil melihat Kimono yang sama yang tadi di pakai oleh Edward Gu. &nb
Mereka ke Kota Sin Chuan dengan menggunakan Pesawat. Agar lebih cepat ke tujuan. Sesampainya di Kota Sinchuan Eric segera membawa Christy ke Rumah Sakit. Perlahan Christy menghampiri tempat tidur Nyonya Xie. "Ma, aku disini". Ucap Christy seraya memegang lembut tangan Nyonya Xie. Mendengar suara Christy yang memanggilnya Nonya Xie pun terbangun. "Christy Putriku, kau disini". Ucap Nyonya Xie dengan senang. "Ya, Ma". Jawab Christy. Nyonya Xie memandang Eric, di matanya masih terisrat kemarahan pada Putranya itu. "Ma, sudahlah aku sudah msmbawa Christy ke sini bukan ?". Ucap Eric. "Kau ini, jika bukan karena perbuatanmu. Christy sudah akan benar-benar menjadi Putriku !". Ucap Nyonya Xie penuh kemarahan pada Putranya itu. "Ma, sudahlah. Aku akan selalu menjadi Putrimu . Ucap Christy menenangkan Nyonya Xie. Eric dan Christy mene
Ketika Eric dan Edward sibuk berdebat, Christy sudah bersiap rapi akan pergi ke Rumah sakit. Christy berlalu begitu saja melewati mereka berdua. Eric mengejar christy dan menarik lengan Christy. "Christy tunggu aku sebentar, kita pergi melihat Mama bersama-sama yah," ucap Eric. Christy terdiam memandnag Eric lalu melepaskan tangan Eric dengan kasar. "Tidak perlu aku bisa pergi sendiri," ucap Christy berlalu pergi. Giliran Edward Gu yang mengejar Christy. "Tunggu aku," ucap Edward seraya menarik tangan christy agar berjalan sejajar dengannya. Christy bersedekap di depan Edward. "Direktur Gu, apa lagi yang kau inginkan dariku," ujar Christy dengan ketus. "Hei, kau ini masih sekretarisku bukan?" tanya Edward menyindir. "Eheem, aku kesini karena sedang mengurus pekerjaan di Pabrik Textile Gu. Dan aku membutuhkan bantuanmu," ucap Edward. &nbs
Selesai melakukan pekerjaan yang tidak di rencanakan itu, Edward Gu membawa Christy Xu untuk makan siang. "Kita makan dulu setelah itu barulah kita kembali ke Jiangmen City," ucap Edward. Mendengarnya, Christy Xu merasa bahwa tujuan sebenarnya Edward Gu datang ke Kota Sin Chuan adalah hanya untuk menjemputnya. Namun karena tengah merasa kesal dengan Edward, Christy tak ada waktu merasakan senang di hati. "Direktur Gu, bisakah kau menjelaskan kepadaku mengapa kau membohongiku tentang kebenaran awal pertemuan kita ?" tanya Christy Xu. Gerakan sumpit Edward yang sedang mencapit makanan itu pun terhenti. "Eem itu, Eem ...." Edward merasa ksbingungan menjawabnya. "Bukankah harusnya kau mengucapkan terima kasih kepadaku karena telah menolongmu waktu itu, tapi mengapa kau terus saja menjahiliku Direktur Gu ?" tanya Christy. Edward, menaruh sumpitnya, "Ma
"Baik Ma, kami berdua akan menginap disini." Ucap Edward kepada Nyonya Gu. "Bagus, begini baru bagus," ucap Nyonya Gu. Christy melirik hasil sulam tangan Nyonya Gu. "Apakah ini hasil buatan tangan Mama ?" tanya Christy "Tentu saja," jawab Nyonya Gu dengan bangga. " Ini sangat cantik sekali Ma," ucap Christy "Ibuku dulu suka sekali menyulam dan merajut," Ingat Christy agak sedih. "Ah sayang jangan bersedih ya, sekarang kau memiliki Mama," ucap Nyonya Gu. "Apakah kau mau jika Mama mengajarimu ?" tanya Nyonya Gu. "Ya tentu saja Ma," jawab Chirsty dengan hati senang. Edward memandangi interaksi mereka berdua dengan penuh rasa haru, Christy adalah wanita pertama yang menerima ajakan mamanya untuk dengan senang hati menyulam bersama. Edward meninggalk
Edward mengajak Christy naik lift pribadinya, Namun Christy menolak karena tidak ingin menimbulakan gosip-gosip diantara karyawan. "Bolehkah aku meminta sesuatu ?" tanya Christy kepada Edward. "Katakanlah," jawab Edward. "Aku ingin merahasiakan hubungan kita ini, karena itu akan menjadi sesuatu yang menghebohkan jika ini di ketahui oleh karyawan yang lain," pinta Christy. Edward menaikan alisnya dan memasang wajah serius. "Apa kau malu menjadi wanitaku ?" tanya Edward serius. "Aah, bukan. Tidak bukan itu maksudku," jawab Christy. "Hanya saja, aku adalah gadis yang datang dari desa, mengadu nasib di Jiangmen city, bekerja menjadi sekretaris presiden direktur dan sekarang aku menjadi calon Nyonya Direktur. Tidakkah itu akan menjadi suatu topik pembicaraan yang hangat di satu gedung ini." Jelas Christy khawatir "Dan pasti