"Kamu harus makan, kita akan berhenti di rest area. Kamu ingin pesan apa?" tanya Armor. Chayyara melihat ke atap mobil, Chayyara tengah berpikir. "Kay ingin big burger dan kentang goreng." Armor mengangguk. "Kamu ingin apa, Nda?" tanya Armor membuat Feranda menoleh. "Nanti aku lihat-lihat dulu saja, Ar." Pria itu pun mengangguk pelan dengan tatapan kembali lurus ke jalan. *** Setelah memesan makanan, Armor dan Feranda memutuskan untuk makan di mobil karena lagi-lagi Feranda harus mengejar waktu pemotretannya di Jakarta. Sedangkan Chayyara tengah menikmati big burger dan kentang gorengnya. Perempuan itu tampak lahap memakan makanannya. Berbeda dengan Feranda yang hanya memakan salad karena Feranda harus menjaga bentuk tubuhnya. Armor terus melirik ke arah Chayyara yang tengah sibuk mengunyah dengan mulut terisi penuh. Hal itu tak luput dari perhatian Feranda yang melihat pandangan penuh arti Armor kepada Chayyara. Hati Feranda berdenyut nyeri saat menyadari sesuatu yang perlah
Alasan mengapa Chayyara tadinya memutuskan tidur di lantai karena di kamar tamu tidak ada sofa, membuat Armor dan Chayyara diharuskan tidur di ranjang yang sama. Chayyara benar-benar takut jika harus tidur bersama, namun karena ucapan Armor tadi yang menyuruh Chayyara tidur di ranjang, membuat Chayyara langsung saja menuruti ucapan suaminya itu. Chayyara langsung terlelap dengan posisi menyampingkan tubuhnya sambil memegangi perutnya yang mulai terlihat. Sedangkan Armor baru saja selesai mandi, melangkah menuju ranjang mereka, dan ikut membaringkan tubuhnya di samping Chayyara. Armor menoleh ke sampingnya saat merasakan pergerakan seseorang, memperhatikan tubuh Chayyara yang kini menghadap ke arahnya, pria itu pun ikut mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, berhadapan dengan Chayyara. Armor memperhatikan wajah Chayyara yang tampak damai dalam tidurnya, lantas pandangannya terjatuh pada pergerakan tangan Chayyara yang mengusap perutnya. Armor yang merasa penasaran, perlahan m
"Nah lihat, ini bayinya ya, tunggu sebentar… " Tatapan Dokter Septi berubah serius. "Ada apa?" tanya Armor. "Ada dua! Wuah, selamat! Ternyata Kay mengandung bayi kembar!" sorak Dokter Septi. Wajah Chayyara terkejut bukan main, namun tak bisa dipungkiri jika ia pun merasa bahagia. Chayyara menoleh ke arah Armor yang tidak memberikan reaksi apapun, wajah pria itu tetap dingin seperti biasa. Seketika senyuman Chayyara pudar, apakah Armor tidak senang dengan kabar bahwa bayi mereka ternyata kembar? Setelah melakukan USG, kini giliran Armor yang banyak bertanya mengenai keluhan Chayyara, ternyata hal itu wajar, terlebih Chayyara mengandung dua janin di usia muda. Hal itu membuat kondisi fisik Chayyara lebih rentan dari biasanya. Dokter Septi pun memberikan resep obat dan vitamin untuk dikonsumsi Chayyara, Dokter Septi juga menyarankan agar Chayyara banyak makan agar tidak sering merasa lemas. *** Sesampainya mereka di mansion keluarga, terdengar suara berisik dari arah ruang makan.
Setelah makan malam bersama, Chayyara kembali ke kamarnya terlebih dahulu. Chayyara juga berniat untuk mengganti pakaiannya, karena ia malas mengganti pakaian di walk-in closet, alhasil Chayyara memutuskan untuk menggantinya di kamar saja. Lagipula Chayyara juga yakin bahwa Armor tidak akan masuk ke kamar di jam segini, karena biasanya pria itu akan masuk kamar di waktu tengah malam. Chayyara membuka dress ibu hamilnya, ia pun mencari pajamas untuk dipakainya tidur lalu menyimpannya di atas ranjang. Chayyara berdiri di depan cermin, memperhatikan bentuk tubuhnya yang kecil dengan perutnya yang sudah membesar. Chayyara tersenyum geli melihat dirinya sendiri yang terlihat lucu di depan cermin. Meski jujur saja, perutnya itu berat dan sering membuatnya kesulitan bernafas, tetapi Chayyara mulai menikmati masa kehamilannya. "Perutmu semakin membesar." Tiba-tiba suara seseorang mengejutkan Chayyara. Ia membulatkan matanya saat melihat Armor tengah bersandar di pintu kamar mereka. "Kak
"Belum, makannya Pangeran harus rajin sekolah, biar nanti bisa ajarin dede bayinya Aunty, bagaimana?" Chayyara memberi senyuman lebarnya. "Aunty sedih loh kalau Pangeran menolak permintaan Aunty," ujar Chayyara sambil mengerucutkan bibirnya. Chayyara sengaja memasang wajah sedihnya. Melihat itu Pangeran langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak! Tidak! Tuan Putli Pangelan tidak boleh belsedih." Pangeran menjauh dari Chayyara lalu membungkuk hormat. "Baiklah Tuan Putli, pelmintaan Tuan Putli akan Pangelan laksanakan." Kate, Silva, Hailey, para pelayan dan penjaga yang melihat kejadian itu pun tertawa, mereka merasa gemas melihat interaksi Chayyara dengan Pangeran kecil. Pangeran mendekat ke arah Chayyara, lalu berbicara dengan perut besar Auntynya, "Hai dede bayi! Pangelan pulang dulu, tunggu Pangelan ya, nanti Pangelan ajalin dede bayi banyak hal." Pangeran mengecup perut Chayyara, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya terharu. Begitupun dengan Chayyara, mata perempuan itu
Armor tidak menjawab, pria itu mengabaikan Feranda, ia merasa khawatir karena tidak melihat Chayyara dimana-mana. "Aku ke toilet sebentar," ujar Armor yang diangguki Feranda. Feranda tersenyum miris, lagi-lagi pria itu tidak menganggapnya. Sedari acara di mulai, pria itu hanya menjawab singkat pertanyaannya dengan pandangan fokus pada satu titik. Ya. Siapa lagi jika bukan adiknya, Chayyara. Feranda menyadari jika perasaan Armor mungkin sudah berubah, pria itu tidak seperti Armor yang ia kenal. Sedangkan di sisi lain, Armor terus menanyakan kepada para pelayan tentang keberadaan Chayyara, memberitahu ciri-ciri istri kecilnya itu. Salah satu dari mereka menjawab yang ternyata baru saja mengantarkan hidangan dari private room tempat dimana Chayyara berada. Armor mengangguk lalu berjalan menuju ruangan tersebut. Pria itu membuka pintunya, melihat langsung bagaimana Chayyara tertawa lebar diantara ketujuh pria, salah satunya adalah adiknya sendiri. Semua yang berada di ruangan itu me
"Chayyara istriku. Dan bayi di perutnya adalah darah dagingku." Armor berujar dingin. Jeremy menoleh ke arah Hendrick yang memasang wajah tak bersalah. "Hendrick! Apa maksudnya ini?!" serunya. "Padahal sudah menjadi CEO, tapi mengapa kelakuanmu menjengkelkan sekali!" Jeremy sibuk memukuli Hendrick. Hendrick sendiri tertawa sambil meminta ampun karena berhasil menjahili kakeknya itu. Sedangkan Armor langsung membawa Chayyara keluar dari ruangannya. Tangannya masih setia memeluk pinggang Chayyara. Seakan takut istri kecilnya itu akan diambil orang. Chayyara mendongakkan wajahnya, melihat wajah Armor yang tampak tidak bersahabat. Sementara Armor mendengus geli saat menyadari apa yang baru saja ia perbuat. Untuk pertama kalinya Armor berani mengatakan bahwa Chayyara adalah istrinya kepada sahabat kakeknya itu. Terlebih saat adiknya itu mengaku-ngaku sebagai suami Chayyara membuat Armor tidak terima. Armor merasa jengkel dengan sikap adiknya yang menyebalkan itu. Sebenarnya ada apa den
"Zayn!" teriak bahagia wanita itu. Armor menurunkan Zayn, anak laki-laki itu berlari dan langsung dipeluk ibunya yang berulang kali mengucapkan syukur. Setelah ibunya mengucapkan banyak terima kasih, Armor dan Chayyara memutuskan untuk pulang karena Chayyara pasti kelelahan sudah berkeliling membeli berbagai macam jajanan di pasar malam. Selama perjalanan pulang, Chayyara tertidur dengan pulasnya membuat Armor mendengus melihatnya. Pikiran Armor lagi-lagi dipenuhi oleh Chayyara. Ya. Kejadian tadi membuat Armor tidak menyangka dengan apa yang sudah dilakukan istri kecilnya itu. Chayyara yang Armor kenal merupakan perempuan yang pendiam, lembut dan penyayang. Chayyara juga terlihat tidak senang berbaur dengan banyak orang, perempuan itu lebih suka berbaur dengan orang terdekat atau memilih sendiri, menghabiskan waktunya dengan membaca kumpulan novel romantis. Namun di hari ini, Armor mengenal sisi lain Chayyara yang pemberani. Meski Armor sering melihat istri kecilnya itu merasa ke