Ada apa dengan Keyra?
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak mengerti kenapa perutku tiba-tiba sakit, padahal sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Apa mungkin aku akan segera melahirkan? Rasa sakit itu makin sering muncul. “Aku panggilin Mami, ya, Kak.” Nayla pun keluar dari kamarku. Tidak sampai lima menit, mami mertua dan Nayla akhirnya memasuki kamar. Wanita paruh baya itu memintaku untuk bertahan karena beliau akan menghubungi Farid. Dia pun berbicara dengan putranya tersebut di telepon. “Rid, kamu pulang sekarang. Sepertinya Key akan melahirkan.” Setelah menyampaikan kalimat tersebut, beliau pun menutup telepon. Sekarang tidak hanya perutku yang sakit, tetapi pinggang juga. Nayla mengusap-usapnya, ternyata cara itu dapat mengurangi sedikit rasa sakit. Sementara mami mertua mengelus-elus perutku. “Key gimana, Mih?” Farid pun akhirnya tiba di rumah. Dia langsung menghampiriku. “Kita ke rumah sakit aja sekarang, Rid.” Mami mertua tampak panik. “Iya, Mih.” Farid memapahku keluar kamar menuju mobilnya ya
🏵️🏵️🏵️ Dua minggu berlalu setelah aku melahirkan. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena memiliki buah hati tercinta. Pun dengan Farid yang tidak ingin jauh dari Rafa apabila sudah pulang kantor. Seperti saat ini, Farid dengan bangganya memangku putra kami di taman belakang setelah dirinya kembali dari aktivitas rutin di kantor. Aku juga turut duduk di sampingnya. Dia makin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang suami terhadap diriku. Dia mengaku sangat bangga memiliki istri yang telah melahirkan anaknya. Aku benar-benar tidak melihat lagi sifat egois dan sikap dingin yang dulu dia tunjukkan kepadaku. Kini, dia berubah menjadi sosok yang selalu lembut dan mengalah terhadap istri. “Gantengnya anak Papa.” Farid mengusap pipi Rafa sambil berbicara. “Siapa dulu, dong, yang ngelahirin.” Aku mencoba menggodanya. “Iya, dong. Mamanya cantik.” Dia membelai rambutku. “Wanita terbaik yang bersedia mendampingi hidupku.” Aku tidak kuasa memandang tatapan sendunya.
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Memangnya kenapa?” Farid justru bertanya. “Aku, sih, senang. Tapi aku heran lihat perbahanmu. Bukankah selama ini kamu benci banget sama Kenzo?” “Aku akan mengubur kebencian itu demi Nay, Sayang. Semoga dia yang terbaik untuk Nay.” “Syukur, deh, kalau kamu akhirnya mikirin apa yang terbaik untuk Nay.” “Sebenarnya ada sesuatu yang membuatku ingin marah padamu, tapi aku nggak kuasa.” “Kok, marahnya ke aku?” Aku tidak mengerti apa yang Farid pikirkan. “Kamu menutupi rahasia besar dari suamimu.” Wajah Farid tampak serius. “Rahasia besar? Maksudnya?” Aku tidak mengerti apa maksud laki-laki itu. “Hubungan Nay dan pria masa lalunya.” Aku berpikir, apa mungkin Nayla telah menceritakan kebenaran kepada kakaknya tersebut? “Hubungan yang seperti apa?” Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap Nayla. “Kenapa kamu masih berpura-pura, Sayang?” “Jadi, aku harus bilang apa? Aku nggak berani cerita tentang duka yang Nay rasakan. Aku nggak ma
🏵️🏵️🏵️ Di satu sisi, aku mengerti bagaimana perasaan Farid saat kesalahpahaman di antara kami terjadi dulu hingga mengakibatkan perpisahan. Namun di sisi lain, aku juga tidak suka jika dirinya selalu mengungkit masa lalu. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga kami tanpa adanya bayang-bayang masa lalu. Aku berharap agar Farid memercayai istri yang telah memberikan cinta kepadanya. Dia harus tahu kalau aku sangat bangga memiliki suami seperti dirinya. “Sayang, kamu tahu, nggak?” Aku memainkan rambut Farid. “Apa, Sayang?” Dia mengusap-usap pipiku. “Aku bangga memiliki suami seperti dirimu. Jadi, aku harap kamu tidak akan cemburu lagi mengingat masa laluku.” “Iya, Sayang. Aku juga merasa menjadi pria paling beruntung memiliki istri sepertimu. Jangan ada rahasia di antara kita. Aku janji akan selalu mencintaimu.” Aku sangat bahagia melihat perubahan Farid yang jauh berbeda dari yang dulu. Kini, dia berubah menjadi sosok yang sangat perhatian dan penyayang. Dia tidak pernah la
🏵️🏵️🏵️Akhirnya, Kenzo dan Nayla resmi menyandang status sebagai pasangan suami istri hari ini. Aku melihat kebahagiaan terpancar di wajah adik iparku tersebut. Aku berharap agar pernikahannya dengan Kenzo langgeng hingga ke akhir hayat.Setelah acara resepsi selesai, aku dan Farid langsung menuju kamar, sedangkan Rafa sudah tertidur pulas digendongan papanya. Farid pun merebahkan sang buah hati kami ke tempat tidur. Sementara aku dan laki-laki tampan itu membersihkan badan secara bergantian ke kamar mandi. Sekarang giliran dia, dan aku memilih berbaring di tempat tidur.Aku kembali mengingat apa yang Kenzo ucapkan dua minggu yang lalu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Ucapannya menggambarkan seolah-olah dia ingin mengikutiku hingga akhirnya menikahi Nayla. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?Kenzo tidak tahu kalau Farid sudah percaya kepada dirinya untuk membahagiakan Nayla. Farid menganggap Kenzo sebagai laki-laki yang mampu bertanggung jawab karena bersedia menerim
❤️❤️❤️“Dasar nyebelin!” gerutuku di dalam ruangan kerja.Aku sangat kesal kepada laki-laki yang berada di samping ruangan kerjaku di kantor. Aku tidak mengerti kenapa harus berstatus menjadi istrinya. Hati pria itu keras seperti baja, dingin bak batu es. Terus terang, awalnya aku sama sekali tidak pernah berharap untuk menjadi pendamping hidupnya.Hampir setiap hari sikapnya selalu membuatku ingin mengacak-acak rambutnya. Seenaknya dia memberikan perintah kepadaku seperti karyawati lainnya. Tidak adakah sedikit terlintas di benaknya kalau aku ini adalah istrinya?Istri? Kenapa tiba-tiba aku merasa geli membayangkan kata itu? Sejak kapan aku setuju dan ikhlas menerima dirinya sebagai suamiku? Tidak sama sekali. Menikah dengannya adalah hanya semata-mata karena ingin bebas dari perjodohan yang direncanakan Papa dan Mama.“Kamu harus menikah dengan Rama. Dia pasti akan memberikan segalanya untukmu.” Papa memaksaku beberapa bulan yang lalu untuk menikah dengan tuan tanah yang ada di desa
❤️❤️❤️Setelah selesai makan malam, aku pun memilih masuk kamar untuk melanjutkan pekerjaan yang belum rampung tadi di kantor. Aku tidak mengerti kenapa Farid masih menganggap apa yang kukerjakan tetap tidak sesuai dengan keinginannya.“Kenapa, sih, dia selalu mencari kesalahanku? Ini salah, itu salah. Apa yang kukerjakan semua dianggap salah. Dia itu seperti singa yang ingin m e n e r k a m mangsanya.” Aku menggerutu sambil mencoba memeriksa di mana letak kesalahan pekerjaanku.“Di mana ada singa?” Aku terkejut mendengar suara laki-laki yang selalu membuatku kesal. Kenapa dia secepat ini masuk kamar? Biasanya juga masih asyik menyaksikan acara televisi favoritnya.“Singa apaan?” Aku berusaha untuk mengelak.“Tadi aku dengar kamu sebut singa.” Ternyata pendengarannya dapat diandalkan.“Nggak, kok. Mungkin kamu salah dengar.” Seperti biasa, aku selalu berusaha membela diri.“Terserah, deh. Aku capek, mau istirahat.” Dia pun menghempaskan tubuh di tempat tidur.Dasar laki-laki tidak mem
❤️❤️❤️Aku ragu untuk menanyakan apa yang terjadi terhadap Farid. Aku dapat membayangkan jawaban apa yang akan dia berikan. Selama ini, dia hanya berusaha menyalahkan wanita yang tidak diharapkan ini. Mungkin sebaiknya aku tidak perlu bertanya tentang goresan yang ada di lehernya.“Kenapa lihatin aku? Merasa bersalah?” Ternyata Farid menyadari lirikanku.“Merasa bersalah? Maksudnya apa?” Aku tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan.“Kamu nggak ingat dengan apa yang kamu lakukan padaku?” Aku makin bingung.“Apa yang kulakukan padamu?”“Kamu benar-benar nggak ingat?”Aku berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam. Ya, aku menyelesaikan pekerjaan yang diinginkan Farid. Setelah itu aku tidak mengingat apa-apa lagi. Namun, satu hal yang paling membingungkan adalah ketika aku terbangun, kenapa di tempat tidur Farid?“Aku nggak ingat. Ada apa sebenarnya?” Aku makin penasaran.Farid tiba-tiba menghentikan kendaraan roda empat miliknya di tepi jalan. Entah apa yang dipikirkan laki-laki