"Siapa bilang? Jatahku akan selalu ada. Tidak ada satu orang pun yang mampu merenggut milikku!" Tangan Ceo memegang pinggang ramping Intan. Ditepis seketika saat tangan lembut itu menyentuh tubuhnya. "Berani sekali kau Intan!" Kata-kata kasar mulai keluar dari mulut sang Ceo. Tatapan hendak memangsa pun terlihat jelas di kedua pelupuk mata suaminya. "Ini bukan masalah berani atau tidak. Akan tetapi mood yang berbicara. Pokoknya rusak semua selera yang kumiliki. Jangan ganggu malam ini, ingin tidur saja sampai pagi." Intan berusaha naik ke ranjang. Menarik selimut putih yang tebal untuk menutup tubuhnya. Darma tertawa melihat kelakuan Intan yang kekanak-kanakan. Tidak mengerti hasrat suami yang sudah beberapa hari tidak mendapat jatah. "Ingat pesan ibundamu. Yuk, kita buat cucu untuk dia. Apa salahnya bercinta sebelum tidur, hah." Darma melepaskan selimut yang dikenakan Intan. Mata wanita itu sontak melotot. "Jangan ganggu aku …!" Intan berteriak keras sekali. Darma tidak perduli.
"Maaf, Bos. Ganggu malam-malam begini." Suara lembut seorang wanita dari gawai Darma. Intan menarik napas panjang. Ada kecemburuan di sana, meski hanya terlihat dari sorot matanya. "Adakah hal yang penting, sehingga tengah malam begini menggangu waktu istirahatku." "Ada hal penting, Bos. Kebocoran data perusahaan kita. Sepertinya di dalam perusahaan ada penyusup dari musuh." "Seberapa bahayakah penyusup itu, sehingga tidak bisa ditunda sampai besok pagi saja?" Darma memijit pelipisnya yang tidak ada rasa sakit. "Baiklah, selamat istirahat. Setidak aku sudah memberitahu, agar Bos besok mengambil tindakan yang tepat." "Adakah hal lain yang penting?" Ceo menunggu jawaban Julaika yang lambat menjawab. "Segera istirahat, Bos. Jaga kesehatan dan besok bisa bekerja dengan maksimal." Suara Julaika perlahan tapi pasti dan diakhiri dengan sopan. Intan hanya mengamati Darma dari ranjang. Tidak bertanya sesuatu pun, hanya bola mata memancar aura kecemburuan. "Tidurlah, bukankah sekarang
"Siang, Jaka. Adakah Ceo di ruangannya?" Intan terus melangkah menuju ruang kerja Darma. Jaka langsung mengikuti dari belakang."Biar saya antar Nyonya Muda ke ruangan Ceo." Wanita berparas cantik mengangguk, keduanya berjalan beriringan.Darma sudah melihat kedatangan Intan melalui pesan singkat yang dikirim Jaka. Cepat-cepat menyuruh Cantika dan Julaika agar kembali ke ruangan kerja mereka."Cepat kalian kembali, Intan datang sekarang. Aku tidak ingin ada salah sangka dari dia." Darma menatap kedua asisten pribadi secara bergantian."Wajarkan kami di sini, Bos. Bukankah kami ini asisten pribadimu, setiap waktu melayani dan membantu keperluanmu, Bos." Julaika meyakinkan atasannya dengan santai."Kalian tidak takut dia cemburu dan membahayakan pekerjaan kalian?""Tentu saja tidak, Bos. Lagian kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Tidak ada alasan baginya untuk cemburu.""Sudahkah, aku ingin berdua dengan istriku, kalian ke–" Belum selesai Darma mengeluarkan kata-kata, handle pintu su
Ogah …!" Intan berjalan cepat menuju pintu lift. Bergegas turun dari lift ke parkir berjalan cepat untuk memasuki mobilnya. Baru saja membuka pintu depan mobil, tangannya dipegang Ceo, "Biar aku yang setir, kita pulang bareng." Wanita berparas cantik itu mengambil napas panjang, malas bertengkar. Mempersilakan Darma mengambil alih duduk di setir. "Bagaimana dengan mobilmu?" Intan berkata dengan tatapan mata jauh ke depan, tanpa menoleh ke samping. "Aman terkendali, usah risau. Ada Jaka yang akan mengantarkan ke rumah." Suasana sore sangat ramai, waktu pulang kantor memang bersamaan dengan perusahaan lain. Darma melajukan kendaraan dengan kecepatan di bawah rata-rata. "Tumben hari ini macet." Darma memancing pembicaraan dengan wanita yang sedang ngambek di sampingnya. Tidak ada jawaban sepatah kata pun dari bibir Intan. Akhirnya Darma bersiul dan bernyanyi perlahan. "Bagus juga suaramu, Darma." Intan akhirnya berbicara juga, menatap Suaminya yang kegeeran dan senyum sendiri kar
"Apakah sakit kakimu, Intan!" Darma bergegas mendekati istrinya.Kaki putih intan terkena pecahan gelas, darah segar mengalir perlahan. Pelayanan restoran yang melihat hal tersebut, langsung membersihkan tanpa diperintah."Maaf, Tuan Nyonya, biar saya bersihkan." Cekatan benar pekerjaan pelayanan wanita restoran itu, sebentar saja, sudah bersih seperti sedia kala.Julaika yang merasa bersalah, langsung meminta maaf pada Intan, dicium tangan dan memohon ampun atas salah dan khilaf.Intan kesal, karena kecerobohan asisten pribadi suaminya, hingga kaki mulus miliknya berdarah."Maafkan saya Nyonya Muda, Julaika siap menerima hukuman." Sang asisten pribadi bohay menundukkan wajahnya tanpa bergeser sedikit pun."Ya sudah. Aku maafkan." Jawaban singkat Intan berikan. Akan tetapi wajahnya masih terlihat kecewa dan kesal."Oke, Cantika dan Julaika, kami pulang sekarang, Intan sudah tidak apa-apa ini, hanya luka kecil saja." Darma mencairkan suasana ketegangan antara asisten dan istrinya. Ceo
"Apa, mau marah-marah tidak tentu lagi? Tidak terima kalau dikatakan bahwa tidurnya saat senja adalah tidur orang gila." Darma mendekatkan tubuh gagahnya mendekati Intan. Aroma khas sampo yang dipakai Ceo sangat harum, Intan sampai memejamkan mata, menikmati wangi yang ia suka. "Tidak marah, cuma kata-kata yang keluar itu menyakitkan hatiku." "Sudahlah, maaf bila semua perkataan tadi menyakitimu." Kecupan hangat mendarat di kening Intan. Berlalu pergi keluar kamar. Intan hanya menatap tanpa kata kepergian suami. Bersiap-siap mengenakan pakaian yang pantas untuk berkunjunglah ke rumah mertua. Damar kembali ke kamar, lantas menggenakan pakaian santai, tidak butuh waktu lama baginya bersiap-siap. "Mari, kita ke rumah Mama sekarang." "Ia, tapi kita tidak menginap di sana ya? Aku ingin istirahat di rumah kita saja." "Tidak boleh pilih kasih Intan. Dirimu Menginap di rumah mamamu selama dua hari, sekarang tidak mau menginap di rumah mertua?" Darma mendekati Intan, wanita berparas c
"Tidak sanggup aku makan lagi, tadi saja sudah mual makan di restoran, Darma." balas Intan dengan kesal. Mata Intan melirik mertua yang asyik makan bersama anak kesayangan. Berkali-kali menambahkan lauk kesukaan Ceo."Makan yang banyak, agar sehat dan tidak sakit-sakitan. Oya, biar subur cepat dapat keturunan." Sasmita sang mertua cantik sambil melirik ke arah menantu.Keduanya beradu pandang, saling menyelami hati masing-masing, berharap mengerti keinginan isi hati, wanita canti istri Ceo tersenyum manis, menyambut tatapan mertua yang sulit untuk diartikan."Makanlah menantu, agar dirimu lekas memberikan cucu untuk diriku." Sasmita langsung mengambilkan sup, meletakkan di mangkuk kecil, diberikan kepada menantu cantik yang asyik dengan lamunan sendiri."Makan ini, ya?" Sub kental berada di depan Intan."Ia, Ma. Pasti Intan makan segera," jawab wanita berbaju dres hitam itu dengan singkat. Meskipun Intan menyukai, tetapi tetap dimakan, sebagai upaya untuk menghormati orang yang lebih
"Intan belum mengantuk, Mama …." Memelas memohon pengertian mertua agar tetap duduk bersama dengan suami."Jadi menantu itu musti patuh perintah mertua. Ada hal private yang akan kubicarakan dengan Darma. Mengertilah!"Dengan wajah sangat kesal, Intan berlalu pergi meninggalkan ibu dan anak yang duduk santai. "Begitu, dong. Jadi menantu yang manis, menurut dan baik hati." Perkataan Sasmita diabaikan oleh wanita cantik berambut sebahu.Masuk ke dalam kamar Darma yang luas. Langsung menuju ranjang untuk merebahkan diri. Bersembunyi di balik selimut tebal, Tampa membuka sepatu terlebih dahulu.Sasmita menarik tangan anaknya, mengajak ke kamar pribadi sang mama. Kedua ibu dan anak masih saling diam dengan pemikiran masing-masing."Ada hal penting apa, Ma? Sampai Intan istriku tidak boleh mendengarkan pembicaraan kita."Penting pokoknya, jangan sampai dia dengar. Mama tidak ingin dia sakit hati, bisa berakibat pada kondisi kesehatan dia. Lagi pula, istrimu itu mudah merajuk dan susah diat