Share

1. Kembali

Hal yang paling tidak ingin ia lakukan dalam hidupnya adalah kembali ke tempat yang menorehkan banyak luka untuknya. Namun, takdir sekali lagi membuat lelucon untuknya. Ia harus kembali ke tempat yang sangat tidak ingin ia datangi.

Selalu ada pilihan sulit dalam hidupnya, tapi demi orang yang sangat penting untuknya ia tidak akan ragu untuk memilih.

Dan di sini lah ia berada saat ini, di sebuah bandara yang delapan tahun lalu juga ia datangi.

"Bu Scarlett, mobil kita di sebelah sini." Hannah, asisten pribadi Scarlett memberitahu Scarlett yang saat ini sedang memegang ponselnya.

Ia baru saja memberi kabar pada Livy, sahabatnya yang saat ini berada di Paris bahwa ia telah sampai di New York.

Scarlett menggenggam ponselnya, ia menyeret koper yang ia bawa dan melangkah mengikuti Hannah. Sebuah mobil Audy hitam telah menunggu mereka.

Wanita cantik dengan setelan berwarna putih dengan potongan rumit itu masuk ke dalam mobil setelah Hannah membukakan pintu untuknya.

Ia melepas kaca mata hitam yang ia kenakan, mata birunya yang tenang menyapu ke arah jendela.

Perasaannya saat ini rumit, pemandangan kota terasa akrab untuknya, tapi juga asing di saat bersamaan. Segala kenangan buruk menghantamnya. Kedua tangannya mengepal kuat.

Ia bukan lagi gadis naif delapan tahun lalu. Ia sudah tumbuh menjadi lebih kuat dan kuat setiap harinya. Kali ini, siapapun yang mencari masalah dengannya, ia pasti akan membuat orang itu membayar sepuluh kali lipat.

Setelah beberapa menit perjalanan, Scarlett sampai ke hotel. Untuk sementara waktu ia akan tinggal di tempat ini sampai ia menemukan rumah yang cocok untuk ia tinggali.

Ia tidak akan pulang ke rumah ayahnya, karena baginya tempat itu tidak lagi seperti rumahnya sejak ayahnya membawa masuk istri baru dan anak tirinya.

"Kau bisa istirahat, Hannah." Scarlett memiringkan tubuhnya, menatap sekertarisnya yang memakai setelan berwarna hitam yang sangat pas di tubuhnya.

"Baik, Bu. Anda juga harus istirahat." Hannah tahu bahwa orang yang lebih membutuhkan istirahat bukanlah dirinya, tapi atasannya. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi juga batin.

Jika ia menjadi Scarlett, mungkin ia tidak akan bisa memasang wajah setenang sekarang. Hannah sangat tahu bahwa atasannya sangat mampu mengendalikan emosinya. Hanya pada saat-saat tertentu ia akan terlihat begitu rapuh.

Seperginya Hannah, Scarlet menekan tombol, tirai yang menutupi jendela kini terbuka. Cahaya di sore hari menembus masuk ke dalam ruangannya.

Scarlett memandangi pemandangan di luar. Ia tidak mengatakan apapun, hanya menatapnya dengan tenang.

Setelah beberapa saat, Scarlett memutuskan untuk mandi dan beristirahat. Ia memiliki janji penting pada pukul tujuh malam.

Waktu berlalu, saat ini Scarlett telah siap untuk melakukan pertemuan penting. Wanita itu mengenakan gaun berwarna hitam selutut. Salah satu sisi gaun itu tidak memiliki lengan. Menunjukan tangan Scarlett yang ramping dan indah.

Rambut cokelatnya yang bergelombang diikat menjadi satu, tapi ia biarkan tidak begitu rapi. Saat ini ia tampak seperti seorang model yang akan melangkah di landasan pacu.

Scarlett keluar dari kamar hotelnya, di depan pintu Hannah sudah menunggunya.

"Bu, Tuan Michael sudah sampai di ruang pertemuan." Hannah memberitahu sembari memegang sebuah tablet di tangannya.

"Baiklah, ayo pergi." Scarlett melangkah dengan percaya diri. Dagunya terangkat dengan tatapan lurus.

Hannah membukakan lift, ia melangkah masuk setelah Scarlett masuk duluan. Hannah adalah penggemar nomor satu atasannya, ia tidak mengerti bagaimana bisa ada seorang wanita yang dilahirkan dengan begitu sempurna. Penampilannya tidak ada celah. Hannah menyebut atasannya adalah dewi penyendiri. Itu karena kecantikan Scarlett juga karena Scarlett sulit untuk didekati oleh orang lain.

Hannah telah bekerja dengan Scarlett sejak lima tahun lalu. Ia baru saja tamat dari kuliahnya saat itu, tapi ayahnya yang merupakan asisten kakek Scarlett memerintahkannya untuk menjadi asisten Scarlett.

Pada awalnya Hannah menganggap Scarlett sebagai wanita gila. Wanita itu begitu muda, tapi sudah menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi.

Ia ingat, saat itu Scarlett baru berusia dua puluh tahun, tapi wanita itu sudah mendirikan E Jewelry. Sebuah perusahaan perhiasan yang dengan cepat dikenal oleh orang-orang dari kalangan atas.

Dalam lima tahun E Jewelry menjadi sebuah perhiasan berskala internasional. Hannah merupakan saksi hidup bagaimana wanita muda seperti Scarlett mampu menjalankan sebuah perusahaan besar yang biasanya didominasi oleh pria.

Lift terbuka, Scarlett dan Hannah melangkah keluar. Mereka pergi ke sebuah ruang pertemuan yang sudah diatur untuk pertemuan penting dengan seorang pria bernama Michael O'Brian yang ingin menggunakan hasil karya Scarlett untuk acara pernikahannya dengan tunangannya tahun depan.

Ketika Scarlett berjalan masuk, ia menemukan seorang pria tengah duduk di sofa dengan tenang. Pria itu sedang menggulir ponselnya, tampak begitu serius.

Ada perasaan tidak biasa di hati Scarlett. Ingatannya tiba-tiba kembali ke delapan tahun lalu. Sekujur tubuhnya menjadi tidak nyaman, tapi Scarlett berusaha untuk tetap tenang. Ia membutuhkan pria di depannya untuk kehidupan putri kecilnya.

"Selamat malam, Tuan Michael." Scarlett menyapa pria bermata abu-abu yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Michael adalah sosok yang sangat menawan dengan pesona jahat dan menyihir di matanya yang dalam. Pria itu seperti keluar dari dunia dongeng. Ia tampan, tanpa cacat.

Dengan wajah seperti itu, ke mana pun dia melangkah dia akan menjadi pusat perhatian.

Scarlett sekarang benar-benar tahu dari mana putri kecilnya mendapatkan segala sesuatu di tubuhnya, itu berasal dari ayahnya.

Memikirkan tentang hal ini, Scarlett meringis. Ia mengandung putrinya selama sembilan bulan, tapi gadis kecil itu mengambil seluruh penampilan ayahnya.

"Selamat malam, Nona L." Michael membalas sapaan itu dengan sopan. Keduanya berjabat tangan.

Scarlett tidak menggunakan nama aslinya sebagai perancang perhiasan. L adalah nama besarnya di dunia perhiasan.

Dua orang yang mendominasi dalam bisnis itu sama-sama duduk dan mulai membicarakan tentang pekerjaan. Michael tidak memiliki banyak permintaan mengenai cincin pernikahannya dengan tunangannya.

Sejujurnya ia tidak terlalu begitu memikirkan tentang cincin pernikahan, tapi karena ibunya sudah menyusun pertemuan dengan perancang perhiasan untuknya maka ia tidak bisa menolak.

Scarlett menunjukan sebuah rancangan cincin yang sudah ia siapkan sebelumnya. Itu adalah cincin dengan permata dari Afrika yang hanya ada satu di dunia.

Design dari cincin itu sendiri sangat mengagumkan. Nilai estetika dan keindahan digabung menjadi satu.

"Aku menyukai design ini." Michael bukan penggila perhiasan, ia juga tidak pernah membelikan perhiasan karena biasanya asistennya yang akan melakukan pekerjaan itu untuknya. Namun, harus ia akui bahwa nama besar L tidak didapat hanya karena parasnya yang cantik, tapi karena keterampilan dan bakatnya yang luar biasa.

Tidak heran jika wanita muda di depannya menjadi salah satu perancang terbaik di dunia dalam lima tahun ini.

Hannah menyerahkan surat kontrak untuk dua orang itu.

"Ada apa denganmu?" Scarlett menatap Hannah yang pucat. Asistennya itu berkeringat dingin.

Secara tidak sadar Michael juga melirik ke asisten Scarlett. Ia bisa tahu dengan jelas bahwa wanita itu sedang menahan sakit.

"Saya baik-baik saja, Bu."

"Siapa yang coba kau bohongi, Hannah. Jika kau merasa tidak enak badan, kau bisa beristirahat." Scarlett bukan atasan tiran. Ia tidak akan memaksa asistennya tetap bekerja dalam kondisi yang tidak sehat.

Hannah tampak tidak enak, tapi pada akhirnya ia mengikuti kata-kata Scarlett. Ia meninggalkan Scarlett dan Michael berdua saja. Michael tidak membawa asistennya ke perkejaan itu karena Michael pikir ia tidak begitu memerlukan asistennya.

Setelah Hannah pergi, Michael dan Scarlett kembali ke bisnis mereka. Keduanya tidak membuang-buang waktu. Baik Michael maupun Scarlett sama-sama pebisnis yang tahu cara menghargai waktu. Bagi mereka setiap detiknya adalah uang.

"Senang bekerja sama dengan Anda." Scarlett kembali mengulurkan tangannya.

"Senang bekerja sama dengan Anda," balas Michael sembari menjabat tangan Scarlett.

Pertemuan itu selesai, Michael dan Scarlett melangkah menuju ke pintu ruangan. Namun, tiba-tiba Scarlet kehilangan keseimbangannya. Hak sepatunya patah dan menyebabkannya terjatuh ke lantai.

Michael melihat Scarlett, lebih tepatnya ke sepatu Scarlett yang patah. Ia telah menghadapi berbagai macam trik wanita untuk merayunya, dari mulai mencari perhatiannya hingga menjebaknya. Ia sudah melalui trik seperti itu berkali-kali.

Namun, yang tidak ia duga adalah Scarlett berdiri. Ia tidak meminta bantuan sama sekali. Wanita itu tidak mendesah, ia hanya melihat ke sepatunya yang patah lalu kemudian meneruskan langkahnya lagi. Ia menahan rasa sakit di kakinya.

Michael hanya melihat wajah Scarlett, meski wanita itu tidak meringis ia bisa memastikan bahwa Scarlett benar-benar kesakitan. Semua itu terlihat dari kernyitan di dahi Scarlett.

Ia melihat Scarlett tidak memiliki trik licik terhadapnya. Ia mendekati wanita itu. "Biar saya bantu."

Scarlett memiringkan tubuhnya. "Saya bisa berjalan sendiri."

"Jika Anda memaksa berjalan, kaki Anda akan menjadi lebih buruk."

Scarlett berpikir sejenak. "Maaf merepotkan Anda. Tolong bantu saya kembali ke kamar saya."

Michael memegang bahu Scarlett lalu membawa wanita itu ke lift.

Selama di dalam lift, Scarlett tetap tenang tidak berusaha mengambil keuntungan sama sekali dari Michael. Ia benar-benar seperti seseorang yang tidak memiliki niat jahat sama sekali.

Sampai di kamar hotel yang Scarlett pesan, Michael membantu Scarlett untuk duduk di sofa.

"Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan Michael." Scarlett berkata dengan tulus.

Michael hanya membalas dengan anggukan singkat. Pria itu kemudian berbalik dan hendak melangkah. Akan tetapi, tiba-tiba kepalanya terasa berat.

Apa yang terjadi? Michael mengerutkan keningnya. Ia jelas akrab dengan perubahan tiba-tiba tubuhnya. Michael meneruskan langkahnya lagi, tapi sakit di kepalanya semakin menyiksa.

Scarlett berdiri, ia mendekati Michael. "Tuan Michael, Anda baik-baik saja?"

Michael memiringkan wajahnya, tatapannya yang tenang berubah menjadi dingin. "Anda membius saya!"

"Tuan Michael, dengan apa saya membius Anda?" Scarlett membalas dengan tenang.

Michael tidak bisa bertahan lebih lama di ruangan itu. Ia harus segera pergi dari sana jika tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mengabaikan Scarlett, Michael kembali mengangkat kakinya, tapi ia seperti kehilangan kekuatannya.

Scarlett segera meraih tubuh Michael. "Biarkan saya membantu Anda, Tuan Michael."

Michael hendak melawan, tapi tubuhnya begitu lemah. Ia tidak tahu obat jenis apa yang memberikan efek mengerikan seperti ini. Ia pernah dibius berkali-kali, tapi ia masih bisa mempertahankan kesadarannya, juga tubuhnnya tidak akan begitu lemas.

Sentuhan tangan Scarlett memberikan sengatan pada tubuh Michael. Tubuh pria itu semakin tidak nyaman sekarang.

Scarlett membaringkan tubuh Michael ke atas ranjang. Sebelumnya, ia tidak pernah berpikir untuk menggunakan cara kotor seperti ini untuk menjebak laki-laki. Namun, hanya dengan cara seperti ini ia bisa membuat Michael tidak menikah dengan Kyle.

Scarlett tidak akan pernah mengizinkan putrinya memiliki ibu tiri mengerikan seperti Kyle. Ia sudah membayangkan seperti apa nasib putrinya nanti.

tbc

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Arumni Arumni
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Khoirul Khoir
jos gandos
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status