Share

2. Gaun Pink

Happy Reading

*****

"Mas, jangan salah paham dulu. Aku beneran nggak ada perasaan apa pun sama dia." Hanum berusaha memegang tangan Aryan. Sungguh, perempuan itu begitu takut jika lelaki yang dekat dengannya kini salah paham.

Masih dengan wajah marah dan tidak suka ketika Hanum membela Dirga, Aryan berkata, "Jangan pernah lagi menceritakan tentang semua kebaikan Dirga di depan, Mas. Kamu tidak mengenal hatinya."

Meski tidak setuju dengan pendapat lelaki di sebelahnya, Hanum memilih menganggukkan kepala. Sepanjang perjalanan yang tidak diketahui ke mana akan di bawa, Hanum dan Aryan saling diam. Hingga lelaki itu menghentikan mobilnya di pelataran sebuah rumah.

"Mas ini di mana?" Hanum mengedarkan pandangan pada bangunan indah di depannya. Sebuah rumah bergaya modern dengan pemandangan pantai di kanan kirinya. Perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam tidak terasa.

"Ayo turun. Kamu akan tahu di mana tempat ini berada."

Seseorang telah membukakan pintu pagar, Aryan memasukkan kendaraannya di parkiran sisi kiri halaman rumah tersebut. Berdua berjalan beriringan, Hanum mengedarkan pandangan ke segala arah.

Semakin melangkahkan kaki masuk, hunian itu makin terlihat memukau. Hijaunya rerumputan terlihat dengan sangat jelas. Ketika Aryan menarik kelambu dan membuka pintu samping. Maka, mata Hanum dimanjakan oleh pasir putih pantai yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Gadis itu bahkan menganga dengan mata membuka sempurna. Saking takjub dengan pemandangan yang dilihatnya kini, tanpa  sadar dia membiarkan Aryan memeluknya dari belakang. Tidak ada siapa pun di dalam rumah itu. Seorang lelaki yang membukakan pagar tadi tak lagi terlihat.

"Suka dengan tempat ini?" bisik si lelaki dengan suara begitu merdu didengar oleh Hanum. Helaan napas Aryan bahkan membuat si perempuan meremang.

"Mass." Tak kalah merdu, Hanum memanggil Aryan bahkan suaranya terkesan begitu manja dan sensual. Si lelaki merasakan panas dalam tubuhnya meningkat ketika mendengar hal itu.

Aryan menggiring Hanum untuk duduk di sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Segera membalik tubuh ramping nan mulus milik pegawainya itu hingga keduanya kini saling berhadapan. Hanum duduk dipangkuan sang pewaris tempatnya bekerja karena lelaki itu yang menariknya. Takut jatuh, si gadis mengalungkan kedua tangan di leher Aryan.

"Maas, aku." Suara Hanum tercekat di tenggorokan karena setelahnya, Aryan menempelkan bibir dengan begitu lembut. Keduanya terbuai beberapa saat hingga pasokan udara hampir habis. Tak ada kata yang terucap, hanya napas yang saling memburu setelah adegan tersebut.

Sedikit tersengal, Hanum berkata, "Katanya punya rancangan gaun khusus buat aku. Mana?"

Tak ingin kejadian mesra itu terulang lagi, Hanum mengalihkan fokus. Tatapan mata Aryan kian intens dengan kabut gairah di dalamnya. Sungguh, perempuan itu takut jika mereka berdua terjebak dalam gairah  yang akan menjerumuskan nantinya.

Menempelkan jari telunjuk pada bibir si gadis yang belepotan karena salivanya, Aryan tersenyum. Memindahkan tubuh mungil si gadis ke samping, lelaki itu berdiri dan berjalan menuju sebuah kamar. Namun, baru sampai di depan pintu, tangannya melambai memanggil Hanum.

"Sini, Sayang. Gaunnya ada di dalam."

Ragu-ragu, Hanum menghampiri lelaki yang beberapa bulan ini dekat dengannya. "Harus, ya, Mas. Aku ikut masuk ke sana?"

"Harus dong, Sayang." Aryan menatap tak percaya pada gadis yang sudah mengoyak hatinya itu. "Apa yang kamu takutkan? Mas tidak akan menyakitimu." Tangan kanannya terulur mengajak Hanum untuk segera masuk.

"Aku tahu Mas Aryan nggak akan menyakiti. Cuma ...." Kalimat Hanum sengaja dibiarkan menggantung. Tidak etis jika dia melanjutkan mengingat status Aryan sebagai atasannya.

Aryan melempar senyum dengan sedikit memainkan mata. "Ayolah, Sayang. Kita hidup di jaman modern. Dua orang dewasa berbeda jenis berada dalam satu ruangan itu sudah biasa. Mas, cuma mau menunjukkan rancangan terbaru yang sengaja dibuat khusus untukmu. Bukan mau macam-macam."

Raut kekecewaan sang kekasih jelas terlihat, membuat Hanum tidak enak hati karena ketakutannya tertebak. "Oke ... oke. Aku akan masuk, Mas, jangan cemberut lagi, ya. Tapi, beneran nggak macam-macam. Kita belum punya ikatan halal untuk melakukannya."

Aryan tertawa mendengar perkataan gadisnya. Mencubit gemas hidung Hanum. "Jadi, pengen dihalalin, nih?"

Hanum menggelengkan kepala. "Masih banyak yang ingin aku raih. Lagian, kita belum lama kenal. Biarkan berjalan seperti ini dulu, ya?"

Aryan menyeringai tanpa sepengetahuan Hanum. Tak ingin menunggu waktu lebih lama lagi, dia mengajak gadis itu ke kamar.

Begitu pintu dibuka, pandangan Hanum pertama kali jatuh pada gaun berwarna pink yang dipakai oleh manekin. Potongan lehernya cukup rendah dengan belahan dada yang cukup membuat tonjolan setiap wanita akan terlihat menantang. Belum lagi belahan bagian bawah berada di atas lutut.

Tentu saja siapa pun yang memakai gaun itu dan memiliki kaki jenjang akan terekspos secara sempurna. Hanum membayangkan jika dirinya yang akan memakai gaun tersebut, tentu banyak pasang mata menatap ke arahnya.

"Apa itu rancangan untukku, Mas?"

"Iya. Bagaimana menurutmu?" Aryan berjalan mendekati manekin dan mulai mencopot gaun tersebut. "Coba sekarang. Mas, pengen tahu jika gaun ini melekat di tubuh indahmu, Sayang." Segera memberikan gaun itu setelah berhasil melepasnya.

Hanum mengambil gaun dengan kening berkerut karena tangan Aryan aktif mencoba melepas pakaian yang dikenakan olehnya. Namun, hal itu tak lantas membuat Aryan mengurungkan niat untuk mendekap si gadis setelah berhasil membuka satu kancing kemeja.

Tangan si lelaki semakin lancar membuka pakaian yang dikenakan, Hanum berusaha menghindar. Namun, kecepatan tangan Aryan tidak bisa diragukan lagi. Sang perempuan tidak bisa menghindar bahkan menjauh.

Lelaki itu telah berhasil membuka kemeja dan kini sedang berusaha menurunkan resleting rok yang dikenakan Hanum. Merasa risih karena tak biasa membuka pakaian di depan orang lain, si gadis mulai protes.

"Mas, biar aku yang mengganti pakaian sendiri. Di mana kamar mandinya?"

Tak menggubris perkataan Hanum, Aryan memaksa melepas rok. Tangan yang semula memegang gaun rancangan baru, kini gadis itu lepaskan. Hanum, berusaha melindungi aset tubuhnya yang kini mulai terekspos secara nyata.

"Mas!" sentak Hanum karena dia tidak terbiasa cuma mengenakan pakaian dalam di depan seorang lelaki. "Jika Mas Aryan nggak membiarkan aku ganti baju di kamar mandi. Mending aku pergi sekarang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status