Share

BAB 5

Disisi lain, Helix yang sedari tadi fokus dengan ponsel di tangannya mulai merasa curiga dengan titik keberadaan Wailea. Ya, Helix memang sengaja memasang GPS ponsel Wailea pada ponselnya. Dengan tujuan agar ia selalu tahu dimanapun keberadaan Wailea. Dari sejak pesan Helix telah diterima Wailea, saat itulah Helix sudah memantau titik keberadaan Wailea. Tanpa berfikir panjang, Helix segera meninggalkan ruang meeting dan mencari titik keberadaan Wailea.

Saat Helix sampai, dilihatlah taksi itu. Tak segan Helix memecahkan kaca yang membuat serpihan kaca itu mengenai si sopir taksi. Sopir taksi itu pun terbelalak dan dengan segera membuka kunci. Helix yang geram, menarik sopir taksi itu keluar dari mobil dan kemudian memukulnya tanpa ampun. 

Wailea berlari keluar dari mobil dan memeluk Helix. Ia mencoba menahan Helix agar jangan sampai Helix membunuh orang itu. Disaat Helix berhenti memukulnya, si sopir taksi langsung mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Helix memandangi plat mobil taksi itu cukup lama. Ia mencoba menghafalnya dan berencana melaporkan kejadian ini pada pihak polisi dan perusahaan taksi tersebut.

"Are you oke?" tanya Helix memastikan.

Wailea hanya bisa menangis ketakutan. Helix menopangnya dan langsung mengajaknya keluar dari tempat mengerikan itu ke coffee shop langganan mereka.

"Darimana kamu tahu aku ada disana?" tanya Wailea saat perasaannya mulai merasa lebih tenang.

"Maaf, selama ini aku tidak minta ijin untuk memasang GPSmu pada ponselku" jawab Helix. Wajah ketakutan Wailea mendadak berubah menjadi wajah kaget.

"Eits,,, jangan marah dulu. Kalau aku tidak lakukan itu, mungkin saja hal buruk sudah menimpamu tadi. Jadi seharusnya kamu ucapkan terima kasih pada penolongmu ini" Helix tersenyum lebar.

Wailea menghela nafas.

"Tapi ada yang masih aku pertanyakan" lanjut Helix.

"Apa?" tanya Wailea.

"Tadi saat aku memukulnya, pria itu berkata jika ia sengaja melakukan ini karena suruhan dari seseorang" kata Helix sambil berfikir siapa yang tega menyuruhnya melakukan hal keji itu. Wailea semakin takut mendengar pernyataan Helix. Seolah ada seseorang yang sedang mengincarnya atau sengaja ingin mencelakainya.

***

"Aku pulang" kata Wailea setibanya di rumah.

Rezo memandangi istrinya dan bertanya apa yang telah terjadi. Wailea hanya bisa menangis menceritakannya.

"Kamu kemana saja? Aku coba mengubungimu, kamu tidak menjawabnya. Aku coba mengirimmu lokasiku, tetapi kamu juga tidak datang menolong" Wailea merengek sedih.

Hanya kata maaf yang bisa diucapkan oleh Rezo. Memang tidak ada hal lain yang ia bisa lakukan kini kecuali meminta maaf pada Wailea. 

"Ponselku sedang di charge dan aku juga sibuk merapikan pakaian untuk besok" Rezo menjelaskan.

Wailea menatap koper yang saat ini berada tepat di hadapannya. "Kamu mau pergi kemana?" tanya Wailea.

"Aku ada tugas mendadak, jadi besok subuh sudah harus berangkat ke Tokyo" kata Rezo menjelaskan.

Rezo memang bekerja di bagian bisnis menggantikan ayahnya yang memang sudah tidak mau sering terbang keluar negeri lagi. Ini adalah bentuk dari usaha sang ayah untuk menjadikan Rezo semakin siap untuk menjalankan perusahaannya kelak. Namun, hal ini pula yang membuat Wailea sering merasakan kesepian.

Selama delapan bulan menjadi istri Rezo, hampir selama itu juga ia sering ditinggal di luar negeri. Tidak tentu kapan harus berangkat, kapan bisa kembali dan berapa lama dia harus berada jauh darinya. Hal ini membuat Wailea kehilangan masa-masa berharganya sebagai pengantin baru. Bahkan bulan madu mereka pun hingga kini belum terlaksanakan. Memilukan, namun inilah resikonya yang memang harus dijalani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status