Larry mendatangi kamar Camelia, bermaksud untuk menjenguk gadis itu. Larry mendengar dari Rosaline bahwa Camelia tidak hadir di kelas pada jam pertama. Larry tersenyum ketika mendapati pintu kamar Camelia tidak terkunci. Dengan cepat Larry membuka pintu lalu masuk. Setelahnya, Larry mengunci pintu yang buru-buru ditutupnya hingga meninggalkan suara yang sedikit keras. Camelia terlonjak mendengar suara pintu yang menutup cukup keras. Terlebih ketika melihat sosok Larry berdiri di depan pintu, menatapnya dengan wajah teduh sehingga Camelia yang sedang tiduran berusaha untuk bangun.“Tidak perlu bangun,” larang Larry yang segera melangkah mendekati ranjang Camelia. Camelia menurut. Ia kembali merebahkan kepalanya ke atas bantal. Larry duduk di dekat perut Camelia. Pandangan lak-laki itu kemudian memindai seluruh tubuh Camelia. Camelia yang risih dipandangi sedemikian rupa, perlahan menarik selimut
Camelia dan Larry saling pandang untuk beberapa saat. Mereka sama sekali tidak menduga jika Rosaline akan mendatangi kamar Camelia sekarang. Tak berapa lama, kembali terdengar ketukan di pintu. Kali ini terdengar suara Ben yang terdengar. Ben dan Rosaline sedang berada di depan kamar Camelia. Mungkin tujuan mereka sama seperti Larry, ingin menjenguk Camelia. Jadi sangat tidak mungkin jika Camelia tidak membuka pintu untuk dua orang tamunya yang lain.“Larry,” panggil Camelia yang bermaksud meminta solusi pada Larry. Bukannya langsung menjawab, Larry justru membelai wajah Camelia sambil jemarinya menyelipkan rambut Camelia ke belakang telinga.“Bukalah pintunya,” ujar Larry sambil beranjak dari tempat tidur Camelia. Camelia melempar tatapan tidak setuju. Membuka pintu di saat Larry ada di kamarnya sangat berisiko membuat Rosaline da
Camelia terperanjat begitu indera pendengarannya menangkap suara ketukan di pintu kamar. Sebelum beranjak dari kursinya, Camelia melihat jam dinding yang menggantung di salah satu dinding. Pukul tujuh malam. Siapa gerangan yang datang mengunjunginya malam-malam begini? Meskipun di luar sana, pukul tujuh bisa dibilang sore, tapi itu tentu saja berbeda dengan di asrama. Tidak mungkin Rosaline yang datang berkunjung. Pasalnya, mereka baru saja bertukar pesan via aplikasi perpesanan instan.“Nona Camelia, ini saya. Sopir Tuan Larry.” Kelegaan memenuhi rongga dada Camelia setelah mendengar suara dari balik pintu. Larry ternyata bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tanpa ragu, Camelia segera melangkah menuju pintu lalu membukanya. Tampak sopir Larry tersenyum ke arahnya sambil menyerahkan tas kertas yang sedari tadi ditentengnya. Sopir Larry mengatakan, jika Camelia ikut dengannya, maka Camelia harus memakai pemberian Larry yang ada di dalam tas. Camelia ingin bertanya apa isi tas yang diba
Camelia seperti bermimpi. Ia sukar memercayai apa yang baru saja ditangkap indera pendengarannya. Benarkah ia mendengar Larry mengatakan bahwa menyukai dirinya? Kamu tidak salah dengar, Camelia. Begitulah hati Camelia membenarkan. Bukankah ia juga merespons pernyataan Larry dengan pertanyaan. Pertanyaan bernada ketidakpercayaan.Otak Camelia lalu sibuk menghitung berapa lama ia dan Larry bertemu lalu berinteraksi. Masih belum lama. Jawab Camelia cepat, lagi-lagi di dalam hatinya. Interaksi biasa nan wajarlah yang selama ini mendominasi hubungan antara Camelia dengan Larry. Dan baru kemarin malam, tepatnya di acara pesta yang Larry gelar di tempatnya, hubungan Camelia dan Larry berubah sangat cepat. Ini semua karena sentuhan fisik yang mereka berikan satu sama lain.Camelia memang telah menyukai Larry sejak hari pertama ia menjadi buddy. Bisa dibilang, perasaan Camelia seperti cinta pada pandangan pertama. Camelia menyukai Larry karena apa adanya laki-laki itu. Bukan karena status dan
“Berapa yang kamu butuhkan, Camelia?” Larry tahu, ketika ia melontarkan pertanyaan itu, ia akan mendapati air muka Camelia berubah karena pertanyaannya bermakna harapan bagi gadis di hadapannya. Meskipun bibirnya tidak melengkungkan senyum, tapi binar di kedua mata Camelia cukup untuk memberi tahu Larry.Camelia ragu untuk mengatakan jumlah yang dibutuhkannya. Pasalnya, itu bukanlah jumlah yang sedikit. Camelia ragu Larry akan menyanggupi.“Seratus juta,” jawab Camelia lirih. Ternyata lumayan besar, batin Larry dalam hati. Laki-laki itu bersiap akan menyanggupi, tapi ia menginginkan negosiasi.“Apa yang akan kamu berikan jika aku menyanggupi, hm?” Larry menatap Camelia serius. Meskipun sebenarnya ia tidak tega. Terlebih begitu melihat Camelia menunduk karena kebingungan harus menjawab apa.Cukup lama Larry menunggu dan Camelia ternyata hanya memberinya gelengan lemah sebagai jawaban.“Aku akan mengikuti semua permintaanmu.” Jawabn Camelia tentu saja menerbitkan seringai di wajah tampa
[Dicari Buddy untuk mahasiswa asing berbagai negara. Tersedia honor bagi buddy terpilih.] Camelia sontak membaca pengumuman itu dengan cermat. Tepat ketika telunjuknya sampai pada kata benefits, sontak sepasang netra indahnya berbinar. Selain sertifikat dan rekomendasi untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri, dia akan mendapat 200 dolar atau setara 3 juta rupiah untuk lima belas hari kerja! 'Aku harus bisa terpilih menjadi buddy,' tekad gadis itu dalam hati. Honor itu bisa dipakainya untuk biaya hidup selama dua bulan di Ibu kota. Meski dengan beasiswa dan uang saku dari pemerintah, tetapi Camelia selama ini bekerja karena memberikannya pada sang ibu di kampung. “Lia, kamu mau mendaftar?” Pertanyaan Rosaline, teman satu jurusannya, langsung dijawab Camelia dengan anggukan antusias. “Kamu mendaftar juga kan, Rose?” Camelia balik bertanya. Rosaline menjawab dengan anggukan yang cepat pula. Keduanya memang punya kebiasaan sama, yakni mengikuti kegiatan ya
“Jangan berpikir yang aneh-aneh! Jangan pernah juga berpikir untuk merusaknya!” Teguran Ben tentu saja membuyarkan lamunan Larry. Ia pun protes dengan tuduhan Ben. Namun Ben bersikukuh mengingatkan Larry agar tidak mengganggu Camelia.Sahabatnya itu sangat mengenal Larry dan tidak main-main. Hanya saja sepeninggal Ben, Larry mengambil ponsel pintarnya dari saku celana. Ia segera berselancar di peramban yang khas bawaan ponsel pintarnya. Larry mengetikkan camelia rusticana dan keningnya langsung berkerut tatkala mendapati hasil yang diberikan oleh mesin pencari dari peramban. Japanese camelia atau bunga camelia dari Jepang. Tidak puas dengan informasi yang diperolehnya, Larry menambahkan nama kampus di belakang nama camelia. Voila! Foto Camelia seperti pada berkas yang dibawa Ben langsung muncul. Untuk beberapa detik lamanya, Larry memandangi wajah dalam foto yang memenuhi seluruh permukaan layar ponselnya. Hatinya kembali melafalkan nama Camelia Rusticana. Wajah serius namun p
“Kegiatan ini menjemukan,” ujar Larry ketika ia bisa bersama Ben. Ben melirik sahabatnya sekilas lalu terkekeh. “Ini baru hari pertama. Kau belum mengenal lingkungan saja.” Ben sengaja mengejek Larry. Tentu saja Larry kesal mendengar jawaban Ben. Dia pun memaki Ben sambil beranjak dari duduknya. Hanya saja, melihat sekumpulan buddy wanita, Larry punya ide.Dia akan menggoda mereka satu-satu.Siapa tahu akan ada yang menghiburnya 30 hari ke depan.Di sisi lain, sembari mengamati Larry, Ben mencari sosok Camelia di kelompok itu.Sayangnya, tidak ada. Justru seorang mahasiswa laki-laki berseragam kaos buddy melintas di depan Ben. Dia pun langsung memanggilnya dan bertanya tentang Camelia.“Camelia dan Rosaline ada kelas,” jawab mahasiswa itu kemudian pergi. Ben tidak lupa mengucapkan terima kasih bersamaan dengan kemunculan Larry di depannya. Kali ini, dia kembali dengan wajah semringah. Dan tentu saja Ben curiga melihat ekspresi Larry. “Aku akan mengadakan pesta di vila.” Larry