“Mah, Sagara udah dateng,” sahut Carissa dengan nada acuh tak acuh untuk memberitahu kepada Ibunya bahwa tamu yang ditunggu-tunggu sudah datang.
Ibu dari empat bersaudara itu langsung tersenyum sumringah dan menghentikan kegiatan memotong sayurnya sementara. “Eh, Nak Sagara sudah sampai. Tunggu ya, sebentar lagi jadi ini masakannya. Tante buat sendiri loh semuanya!” seru Mama.Sagara tertawa kecil. Sekedar basa-basi karena pria itu merasa canggung pergi ke rumah seseorang tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya. “Santai aja, Tante, masaknya,” sahut Sagara.“Daripada Sagara bosen nunggu, mending kamu aja keliling rumah aja, Car,”saran Mama.Carissa tentu saja tidak mengelakkan permintaan Mamanya tersebut. Ia menoleh ke arah Sagara dan memberikan yang seolah-olah menyuruh pria itu untuk mengikutinya.“Lo keliling sendiri deh. Gue mau mandi dulu,” ucap Carissa setelah keduanya keluar dari area dapur.Sagara langsung mengerutkan dahiTidak ada sedetik pun Dara dan Sagara menyadari kehadiran Carissa yang sudah berdiri dengan manis di daun pintu sembari tersenyum melihat keduanya keasyikkan bercanda tawa. Dengan sigap, Carissa mengeluarkan ponselnya dan langsung membuka aplikasi kamera untuk memotret momen gemas antara sang adik dan calon tunangannya itu. Tidak mau gerak-geriknya ketahuan, Carissa pergi dari menjauh dari Kamar Dara dan menuju ke ruang makan yang ada di lantai bawah untuk menunjukkan foto tersebut ke Mamanya.“Mah, liat deh,” sahut Carissa sembari menjulurkan ponselnya ke depan wajah Mama. Mama yang sedang tidak menggunakan kacamatanya itu memicingkan mata. “Siapa itu?” tanya Mama polos. “Sagara sama Dara lagi asik ngobrol sambil liatin foto-foto Dara pas masih SMA. Mana Dara dibilang imut lagi,” ucap Carissa mencoba menggiring opini. Bukan reaksi yang diharapkan oleh Carissa yang keluar dari Mamanya. Sang Mama malah tersenyum bangga. “Bagus dong mer
Carissa membuka laci kecil yang terdapat di samping meja belajar. Ia mengambil buku dengan sampul kulit berwarna merah dari laci tersebut dan langsung duduk bersila di lantai, tepat di depan laci tersebut. Ia membuka halaman buku tersebut satu persatu. Sebuah senyuman mulai tertoreh di wajah Carissa bersamaan perhatian wanita itu terpusat kepada buku tersebut. Buku itu merupakan buku jurnal semasa ia masih di bangku kuliah. Terdapat beberapa foto dan deskripsi singkat mengenai peristiwa yang tertangkap pada foto tersebut.Senyuman Carissa sedikit memudar ketika ia melihat foto dirinya yang sedang tersenyum sumringah di samping pria yang sedang merangkul bahunya.“Ngapain lo? Lagi wisata kenangan ya?” celetuk Gavin yang langsung masuk ke kamar Carissa tanpa izin begitu melihat celah pintu yang tidak tertutup rapat. “Ngetuk dulu bisa gak? Kayak gak diajarin sopan santun aja lo, bocah!” omel Carissa. Yang diomeli hanya tertawa cengengesan bak tanpa bermasalah. Carissa juga hanya memara
“Jadi, putri kedua keluarga Sidartha yang gak pernah diungkap ke media itu kamu, Dara?”Bagaikan petir yang bersambar tepat di atas kepalanya, wanita yang dipanggil dengan nama Dara itu hanya bisa terdiam tertegun. Tidak lupa juga dengan matanya yang membelalak seperti habis melihat setan di siang bolong.Dara berusaha untuk terlihat tenang walaupun ia hampir kesulitan bernafas karena tanpa aba-aba, pria yang merupakan bosnya ini datang ke rumah membawa orang tuanya.“Iya, Pak…,” jawab Dara lemah.Hanya dalam sekejap, hidupnya sebagai putri rahasia keluarga sidharta atau keluarga konglomerat ternama selama 27 tahun sirna begitu saja karena identitasnya baru saja terkuak oleh bosnya sendiri, Sagara.“Anak-anak! Ayo ke meja makan! Makanannya udah siap!” Teriakan Mama Dara dari ruang makan membuat Dara dan Sagara yang sedang berada di balkon langsung beranjak pergi ke ruang makan untuk berkumpul bersama.Dara menghela nafasnya pasrah. Entah bagaimana bisa ia bertemu dengan bosnya di sini
Dara menengok dengan cepat ke arah Sagara. Tidak lupa dengan mata membelalak khas sitkom komedi ketika sedang terkejut. “Gimana pak?” tanya Dara memastikan bahwa wanita itu tidak salah dengar.“Saya mending dijodohin sama kamu,” jelas Sagara mengucapkan ulang kalimat yang sebelumnya telah ia lontarkan.Sebenarnya, Dara tahu bahwa ia tidak salah dengar. Ia hanya berharap bahwa Sagara menarik ucapannya dan tidak membuat situasi yang sudah canggung, semakin canggung.“Kenapa, Pak?” Sungguh pertanyaan bodoh yang bisa dikeluarkan dari mulut Dara. Wanita itu ingin menceburkan dirinya sendiri ke dalam kolam renang jika bisa.“Saya lebih kenal sama kamu daripada Kakak kamu,” jawab Sagara yang tidak disangka-sangka sangat cepat.Dara memiringkan kepalanya. Tanda bahwa gadis itu bingung. “Bapak kenal saya?”“Kamu sudah kerja di perusahaa saya sebagai editor akuisisi selama dua tahun. Masa gak kenal?”Dara mengangguk paham. Lebih tepatnya, mengangguk untuk sekadar formalitas. Yang Sagara ketahui
"Ada apa nih?"Dara menoleh pada salah satu rekannya, Shana, yang menyenggol bahunya sambil mengerling. "Ada apa emangnya?"“Pak Sagara dari tadi senyam-senyum ngeliatin lo. Sadar gak?” Yang ditanya hanya mengernyitkan dahinya meskipun ia tahu dengan jelas apa yang dimaksud oleh Shana. Ia masih tidak tahu kenapa bosnya itu menertawakan dirinya.“Ih, Kak! Aku juga liat Pak Sagara dari tadi senyam-senyum aja ngeliatin Kak Dara. Ada apa tuh, Kak?” sambar Lily dengan semangat.“Ada apa, Ada apa, kagak ada apa-apa!” balas Dara, subjek utama yang menjadi bahan gosip Shana dan Lily.“Random amat lo berdua gosipin Dara sama Pak Sagara. Abis nonton sinetron apaan?” Kali ini Jibran ikut andil dalam percakapan gosip yang hanya didasari interaksi dasar seperti senyuman yang diberikan bos kepada karyawannya.Shana memiringkan kepalanya dan terukir raut tidak percaya di wajahnya. “Lo tadi gak liat Pak Sagara berusaha buat nahan senyum pas Dara lagi presentasi?” ujar Shana.Bena hanya bisa menggele
“Pak!” seru Dara yang terkejut karena status melajangnya tiba-tiba berubah hanya dengan satu kalimat yang diucapkan oleh Sagara.Sagara meletakan jari telunjuknya di bibir tebal miliknya itu. Menandakan bahwa ia meminta agar Dara ikut dalam sandiwara buatannya yang mendadak itu. Tentu saja, Dara hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan bosnya itu. Dara mulai memilih beberapa perhiasan yang sekiranya akan disukai oleh kakak perempuannya itu. Dara sebenarnya tidak terlalu suka perhiasan. Selain mengundang copet jika menggunakan perhiasan mahal di transportasi umum, ia juga tidak punya uang berlebih untuk barang mewah seperti itu. Kartu kreditnya telah lama dibekukan oleh orang tuanya sejak wanita itu memilih untuk tidak bekerja di perusahaan keluarga milik Papanya.“Yang ini, ini, sama yang dipajang di etalase atas itu ya, Kak,” ucap Dara sembari menunjuk dua kalung dan satu gelang yang ada di etalase kaca.Dara melihat tiga perhiasan itu secara saksama. Ia bahkan memegangnya untuk mera
“Woy! Woy! Kalem dulu, jangan langsung emosi,” sahut Dara panik karena takut kakaknya itu salah paham.Carissa tertawa melihat raut wajah panik Dara yang terlalu ketara. Tentu saja, sebagai kakak, kurang rasanya jika tidak menggoda adiknya. “Lo kalo mau sama Sagara kenapa gak bilang pas makan malem kemaren? Jangan rebut pas udah dijodohin gue dong!” sahut Carissa dengan nada emosi sembari berusaha menahan tawanya.Dara mengernyitkan dahinya. Carissa bukan tipikal orang yang meledak-ledak. Jika marah, wanita itu hanya akan diam atau mengucapkan kalimat menyakitkan dengan sikap yang tenang. Sudah jelas, kakaknya itu sedang bercanda kepadanya.“Apaan sih,” ucap Dara sembari memutarkan bola matanya dengan malas. “Gue tau lo gak peduli-peduli amat, tapi yang jelas gue gak ada apa-apa ya sama calon ipar gue. Awas lo nyebar rumor yang enggak-enggak,” lanjut Dara memperingatkan.Keduanya hidup terlalu lama sebagai kakak dan adik sehingga dapat mengetahui gelagat masing-masing. Carissa pun akh
“Hahaha! Ngaco lo!”Carissa tertawa terbahak-bahak mendegar dugaan tak terduga yang dikeluarkan dari mulut Sagara. Wanita itu celingak-celinguk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Takut jika suara tawanya mengganggu pengunjung lain.“Gak lah! Suka sama lo aja enggak, gimana mau cemburu? Geer,” celetuk Carissa lagi.Sagara mengerutkan dahinya kebingungan dengan wanita di depannya yang tiba-tiba tertawa histeris dan menyindirnya langsung di depan wajahnya. “Gue cuma nanya doang. Lagian, lo nanya-nanya soal adik lo mulu. Sampe khawatir soal gosip segala. Salah gue ngira lo cemburu sama adik lo?” tanya Sagara dengan nada sewot.Carissa menggelengkan kepalanya dan masih tertawa walaupun kali ini wanita itu mengontrol volume tawanya. “Gak salah. Gue yang salah,” balas Carissa. “Gue cuma penasaran aja,” lanjut Carissa menggantungkan kalimatnya.“Penasaran karena?”“Karena kayaknya lo lebih tertarik sama adik gue dibandingkan gue.”Sagara terdiam. Pria itu tidak mengelak sama sekali. Bahkan