Share

4. Kok Ada Dia?

Ini akhir pekan, dan Lila hanya ingin rebahan saja di kamar kosnya. Palingan keluar cuma beli makan, atau kalau terlalu malas, dia bisa pesan makanan melalui layanan antar makanan. Namun, Yolanda tiba-tiba menelepon dan minta ditemani ke pesta nikahan temannya.

Sudah ditolak mentah-mentah, eh, Yolanda malah mendatanginya ke kos sambil sujud-sujud memohon-mohon. Kasihan juga, tapi malas. Acara kondangan lagi. Untuk jomblo akut kaya Lila, itu penyiksaan namanya melihat pasangan menikah. Boro-boro ada yang diajak nikah, pacar aja nggak punya.

Ngomong-ngomong Yolanda juga member JJKBC (Jomblo-jomblo Kurang Bahagia Club) seperti dirinya, sih. Terus ini dua jomblo akut pergi ke pesta nikahan orang saling gandengan tangan gitu, sementara yang lain datang berpasang-pasangan pamer pacar, pamer bini, pamer laki, dan semacamnya.

"Dasar jomblo nyusahin aja kamu, Yol. Aku kan pingin rebahan seharian. Udah tahu minggu ini kerjaanku sangat menguras energi gara-gara Ezekiel kampret itu."

"Noh, kaca ... situ juga jomblo. Udah, sih, Lil. Temenin lah, please. Nggak enak aku datang sendirian ke pesta nikah tuh. Itung-itung makan-makan gratis lah. Acaranya juga kaya pesta kebun gitu kok, cukup santai."

Lila menyemburkan napas berat. Ya okelah. Lila sih kalau soal makanan emang agak-agak nggak bisa nolak gitu. Jadinya ya, dia menerima ajakan Yolanda yang lebih layak disebut pemaksaan itu.

"Jam 7 malam nanti, aku jemput kamu. Kalau aku datang, kamu harus udah siap loh, Lil," kata Yolanda sebelum meninggalkan kosnya.

Eh, dasar Yolanda kampret, udah maksa, menuntut pula. Tapi, ngomong-ngomong, pakai baju apa nanti malam. Lila membongkar isi lemarinya barangkali ada baju yang cocok untuk datang ke acara pesta nikah.

Kata Yolanda, pestanya pesta kebun. Jadi, nggak perlu lah ya, pakai kebaya-kebaya gitu. Pilihan Lila pun jatuh pada gaun warna coklat polos sederhana yang belum pernah dia pakai ke mana-mana, padahal sudah lama dia membelinya dari toko online.

Ya biasalah cewek, suka skrol-skrol aplikasi merchant gitu terus belanja barang-barang yang sebenarnya nggak terlalu butuh, tapi sayang kalau nggak dibeli karena barangnya lucu banget.

Eh, tapi setelah dicoba, kok bagian dadanya agak-agak terbuka gitu ya. Lila mematut dirinya di depan cermin. "Bagus juga sih," gumamnya. "Ah, pakai ini aja lah. Lagian siapa yang peduli juga belahan dadanya agak-agak terbuka gini. Pesta kebun inih," ucapnya meyakinkan diri-sendiri. Habisnya, dari tadi nyari-nyari gaun nggak ada yang cocok. Masa iya harus beli baru. Kan belum gajian.

Oke, fix. Sebelum jam 7 malam, Lila sudah siap menanti kedatangan Yolanda untuk menjemputnya. Si kampret satu itu emang nggak konsisten banget. Dia yang bilang sendiri suruh tepat waktu, eh dianya telat hingga setengah jam.

"Palingan juga belum pada dateng," bela Yolanda saat datang menjemputnya.

"Alasan aja kamu, Yol," gerutu Lila. Yolanda meringis sambil garuk-garuk kepala.

"Itu bagian dada kamu agak-agak kebuka nggak sih?" tanya Yolanda mengalihkan pembicaraan. Keduanya sudah ada di dalam taksi yang dipesan Yolanda.

"Ini gaun yang paling cocok yang aku temuin di lemari. Belinya udah lama cuma belum kepake aja."

"Aku bilang sih kamu seksi, Lil," kikik Yolanda membuat Lila tersenyum bangga.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di tempat acara. Pesta nikah teman Yolanda diadakan di taman belakang sebuah rumah besar nan mewah. Sumpah ini rumah paling mewah yang pernah Lila datangi.

"Yol, temen kamu pengantin ceweknya atau cowoknya sih?" tanya Lila penasaran, Yolanda kok bisa punya teman tajir melintir kaya gini.

"Yang cewek," bisik Yolanda, yang otomatis membuat Lila menatap pengantin wanita cantik dan elegan tak jauh dari mereka. "Dia dapet suami tajir. Ini rumah suaminya."

"Ooh, wah, beruntung banget, ya?" "Ooh, wah, beruntung banget, ya?"

"Ho oh, siapa tahu malam ini kita ketemu jodoh tajir juga, secara temen-temannya si suami bukan orang-orang sembarangan loh."

"Dih, maumu, Yol. Dapet gebetan kek, enggak kek, yang penting makan gratis," sahut Lila sambil ngeloyor pergi. Tujuannya ya jelas ke tempat makanan tersaji. Sementara Yolanda pergi menemui temannya.

"Orang kaya emang beda ya menu makanan pestanya," kikik Lila sambil memenuhi piringnya dengan camilan beraneka ragam.

Sebagai anak kos, emang sih sebagian kecil gaji dia alokasikan untuk makanan ringan sebagai teman saat suntuk, tapi ya makanan sederhana saja macam snack-snack dari minimarket gitu. Kalau yang kelas-kelas ala barat begini mana mampu. Baca nama-namanya saja sudah belibet itu lidah.

"Pantesan montok, hobbynya ngemil ternyata."

"Eh, mulut situ ya?" Lila buru-buru memutar badan sambil ngomel begitu mendengar celetukan ngeselin dari arah belakang. "Eh, P-pak Ezekiel." Seketika tenggorokan Lila tercekat. "Kok, ada di sini?"

"Memang nggak boleh?" Ezekiel memindai tubuh Lila dari ujung kepala dan berhenti di belahan dadanya.

Tahu mata si bos kampret sedang berkelana di bagian sana, Lila buru-buru menutupinya dengan piring berisi camilan yang sedang dibawanya. Itu mata kok kurang ajar sekali. Coba bukan bosnya, pasti sudah Lila timpuk wajah tampan Ezekiel pakai piring. Tapi, alih-alih memaki, Lila justru mengeluarkan jurus menjilat, "Pak Ezekiel mau saya ambilkan camilan?"

"Oh, nggak. Saya nggak suka ngemil sembarangan. Nggak bagus buat itungan kalori."

Sombong. Iya, iya, yang punya badan atletis nan proporsional, nggak usah pamer juga kali, gerutu Lila dalam hati. Tapi ya lagi-lagi, hanya senyum paling manis yang lolos dari bibir Nila. Teringat pesan Yolanda untuk dibaik-baikin aja itu si Ezekiel, biar karir Lila aman sentausa.

Dan si bos tampan kampret berlalu begitu saja dari hadapan Lila. Tanpa pamit atau bilang permisi kek. Bibir Lila pencas-pencos nyinyirin Ezekiel di balik punggung kokohnya yang perlahan menjauh.

"Kok bisa ketemu di sini sih? Nyebelin," gerutu Lila sambil lanjut mengunyah makanannya.

"Ngapain sih, Lil ... ngomong sendiri?" Yolanda sudah berdiri di sampingnya, menyomot makanan dari piring Lila.

"Itu Pak Ezekiel kenapa ada di sini sih?"

"Eh, iya. Oh, temen si pengantin cowok mungkin." Kedua gadis itu memperhatikan Ezekiel yang sudah bergabung dengan circlenya dua mempelai.

"Udah ganteng, tajir lagi. Cocok nih buat gebetan. Siapa tahu nasib kita bisa kaya temenku itu kan," kikik Yolanda.

"Dih, ogah sih kalau aku ngegebet dia. Ganteng sih iya, tapi mulut pedesnya kaya bon cabe lever tiga puluh. Sombong, ngeselin pula. Amit-amit, deh," timpal Lila.

"Ati-ati kalau ngomong, Lil. Yang tadinya amit-amit, bisa bikin kamu cenat cenut loh ntar."

"Nggak, nggak, nggak bakalan!" Lila menggeleng keras. "Mendingan ngegebet Pak Satya, si kepala HRD yang kalem dan cool kalau aku sih," kikik Lila.

"Pak Satya udah punya istri, Lila!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status