Jevan berjalan dengan tergesa-gesa. Sesekali dia juga menabrak para karyawan yang tengah lewat juga. Masa bodoh dengan hal itu, ada hal yang lebih penting lagi yang perlu Jevan urus saat ini. Saat sudah sampai di depan meja kerja Maura, Jevan semakin dibuat emosi kala melihat pemandangan di depannya. Dia melihat Maura tengah bercanda gurau dengan salah satu karyawan laki-laki nya. Namun, saat melihat bos merek itu ada dihadapan mereka saat ini. Karyawan laki-laki tadi itu pun akhirnya pamit pergi. Dia begitu takut, kala melihat wajah garang Jevan. Kini hanya tinggal Maura yang ada, gadis itu bingung, apa yang harus ia lakukan. Dia juga berpikir, apakah dirinya membuat kesalahan?“Ada ap..”“Ikut ke ruangan saya, sekarang!”Belum sempat Maura bertanya, Jevan sudah lebih dulu memotong ucapannya, bahkan Jevan langsung pergi begitu saja setelah memeritahkan Maura untuk ikut ke ruangannya barusan. Maura semalin dibuat bingung. Karena takut bos nya itu semakin marah padanya, Maura menurut s
“Kenapa kamu malah membela wanita murahan ini?”“Jaga ucapan kamu, Sarah!”“Apa? Memang benar seperti itu.”Jevan menggertakkkan giginya, rahangnya mengeras menahan untuk tidak bertindak kasar pada Sarah. Sarah benar-benar marah dan kecewa pada Jevan. Rencana yang Sarah kira awalnya akan berakhir sesuai yang ia harapkan. Kini malah hancur dan berbanding terbalik. Tak memperdulikan amarah Sarah, Jevan lantas beralih untuk memeriksa Maura. Gadis itu sedari tadi masih terdiam sambil menundukkan kepalanya.“Apa kamu baik-baik saja, Maura?” Tanya Jevan dengan lembut, sambil memeriksa pipi kiri Maura.Sarah yang melihat hal tersebut, justru malah semakin dibuat emosi. Apa-apan ini, kenapa Jevan sangat perhatian terhadap Maura?“Jevan, bisa-bisanya kamu peduli terhadap Maura? Kamu ini bodoh atau apa?”Jevan menoleh ke arah Sarah dengan mimic wajah datarnya.“Iya, aku bodoh. Bodoh karena sudah percaya kepadamu!”“Apa maksud kamu? JElas-jelas Maura ini perempuan murahan! Dia pasti sudah menggo
Rion berdecak kesal. Sedari tadi dia sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Maura. Namun, tak kunjung ada jawaban dari gadis itu. Ini sudah lewat dari jam pulang, Maura juga tidak ada di tempat kerjanya. Kemana gadis itu pergi. Membuat Rion khawatir saja.“Kemana perginya Maura?” Tanya Rion pada dirinya sendiri.“Apa dia sudah pulang lebih dulu?”“Mungkin Maura masih ada di sekitaran kantor, coba aku cari dulu.”Saat Rion hendak membalikkan badannya, Laki-laki itu terkejut kala, tiba-tiba saja Salwa muncul dihadapannya. Darimana asalnya gadis ini? Membuat Rion hampir saja kena serangan jantung mendadak akibat kehadiran Salwa secara tiba-tiba.“Ah, aku minta maaf karena telah mengejutkanmu,” ujar Salwa tak enak hati, saat mengetahui raut wajah Rion yang nampak sekali bahwa lkai-laki itu terkejut karenanya.“Iya, tidak apa-apa. Tunggu, kamu temannya Maura, Kan?”Rion baru ingat, bahwa dia pernah bertemu dengan Salwa saat di taman itu. Mungkin saja dia tahu keberadaan Maura.“Iya
Mobil Jevan berhenti tepat di depan mobil yang tadi hampir ia tabrak. Jevan langsung memeriksan keadaan Maura yang masih memejamkan matanya. Jevan memegang pundak Maura.“Mau, kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka?” Tanya Jevan dengan nada khawatir.Perlahan Maura mulai membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah. Jevan dengan raut wajah khawatirnya.“Tidak apa-apa, Mas. Lebih baik kamu keluar. Sepertinya bapak itu marah.”Maura mengisyaratkan Jevan untuk melihat ke depan sana. Disana seorang bapak-bapak berusia sekiatr 40 tahunan keluar dari dalam mobil dengan ekspersi kesalnya. Sudah bisa Maura tebak, pasti bapak-bapak itu akan marah pada mereka.“Kamu tunggu disini ya, Maura. Aku keluar dulu.”Setelah mengatakan itu Jevan langsung keluar menghampiri Sang Bapak. Jevan meminta maaf dan menjelaskan kepada bapak itu bahwa tadi ia sedikit mengantuk. Untungnya bapak itu bisa diajak untuk berkomunikasi dengan kepala dingin. Jadi, masalah ini tak jadi rumit. Setelah seles
Rion berjalan hendak menuju ke kantin, dengan langkah santainya. Sesekali ia juga menyapa beberapa karyawan yang lewat, yang juga menyapanya terlebih dulu. Perutnya keroncongan, Untungnya jam makan siang belum habis. Jadi dia masih bisa makan siang dulu. Diperjalanan itu, Rion tak sengaja berpapasan dengan Maura. Rion tahu bahwa sebenarnya Maura sadar bahwa dirinya tadi bersampingan dengan Rion. Namun, Maura pura-pura tidak melihat Rion dan melengos begitu saja. Rion berdecak kesal, rupanya gadis itu masih marah padanya. Rion berbalik badan, laki-laki itu menghampiri Maura dan menarik tangan gadis itu. “Apa?” Tanya Maura dengan nada galaknya. “Kamu masih marah padaku?” “Gak!” “Tapi kenapa nadamu terlihat kesal begitu?” “Biasa saja!” “Benarkah?” “Ck, entahlah!” Maura kesal pada Rion, rupanya laki-laki ini tidak peka. Daripada Maura bertambah kesal akibat sikap Rion ini, lebih baik dirinya pergi saja tetapi, Rion dengan cepat menahan tangan Maura agar gadis itu tidak kemana-man
Tepat sekali, Jevan benar-benar mengikuti mobil Rion. Sebisa mungkin dirinya mencoba untuk tidak membuat Rion dan Maura curiga padanya. Jevan benar-benar tidak bisa menebak kemana mereka berdua akan pergi. Sampai dimana mobil yang ditumpangi Rion dan Maura belok ke halam rumah yang sangat megah. Jevan berhenti agak jauh, setelah mobil mereka berdua benar-benar masuk ke pekarangan rumah itu. Jevan seperti tak asing dengan rumah ini, bukannya ini rumah keluarga Antonio. Salah satu keluarga konglomerat itu. Iya, Jevan tak salah. Ini memang rumah kediaman Antonio. “Untuk apa mereka kesini?” Saat sudah sampai di rumah. Maura buru-buru keluar dari mobil. Gadis itu lantas berlari dengan rasa khawatir. Langsung saja dia berlari menuju ke kamar mamanya. Saat sampai di depan pintu kamar mamanya, disana Maura melihat mamanya itu terbaring di ranjang dan kemudian tersenyum kala mendapati putrinya kemari. “Mama!” Teriak Maura yang langsung berlari ke arah Sang mama. Maura kemudian memeluk mama
“Rion, bagaimana ini?”Maura menolah ke arah Rion dengan tatapan cemas. Dia takut jika ternyata Jevan sudah tahu kalau Maura memalsukan identitasnya.“Sudah jangan khawatir, atur nafasmu. Bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Sekarang kita keluar.”Setelah Rion berusaha untuk menenangkan Maura yang terlihat sangat cemas itu. Mereka berdua lantas keluar dari dalam mobil dan Jevan langsung saja berjalan mendekat ke arah mereka berdua.“Kalian ada perlu apa kesini?”Maura nampak melirik ke arah Rion yang berdiri di sampingnya, jujur saja dirinya bingung harus menjawab apa sekarang. Dia berharap Rion sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan Rion ini.“Aku bekerja disini,” ujar Rion membuat Jevan mengerutkan dahinya bingung. Tak paham akan yang dimaksud laki-laki itu.“Maksudnya?”“Iya, selain bekerja di perusahaanmu. Sebelumnya memang aku sudah bekerja di keluarga Antonio terlebih dahulu. Aku dipekerjakan sebagai orang yang mereka percaya untuk menjaga keluarga ini. Atau bisa disebut aku i
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rion barusan membuat Maura diam membeku seketika. Maura masih tidak bisa mencerna apa maksud dari ucapan Rion barusan ini. Apa Rion hanya sedang berusaha untuk mencairkan suasana saja, atau memiliki arti yang lain dari ucapannya barusan.“Ahahah.”Tak Rion duga respon yang diberikan Maura rupanya hanya tawaan saja, apa pernyataan Rion barusan dianggap lelucon?“Kenapa kamu tertawa?”“Ayolah Rion, leluconmu itu sangat tidak lucu, kamu mencoba mecairkan suasana saja kan?”Rion tak merespon ucapan Maura barusan dirinya hanya diam saja. Apakah pernyataan Rion barusan memang terdengar seperti lelucon? Rion tidak boleh marah, wajar Maura berkata seperti itu memang dirinya ini siapa. Rion tak pantas untuk berharap lebih. Lagi pula Rion terlalu mendadak mengatakan hal sensitive seperti ini. Jadi, tidak heran jika Maura mengganggap jika Rion tengah bercanda.“Kenapa, Rion?”Rion yang awalnya tengah melamun itupun akhirnya tersadar.“Ah, ti-tidak. Tidak apa-apa