Share

Bab 5. Keputusan Joice

Tubuh Marcel menegang mendengar apa yang sang dokter ucapkan. Sepasang iris mata cokelat gelap Marcel berkilat penuh keterkejutan. Pria itu meyakinkan bahwa apa yang dia dengar ini adalah salah, tetapi apa yang dikatakan oleh sang dokter sangatlah jelas. Dia tidak mungkin salah mendengar. 

Bukan hanya Marcel yang terkejut tapi juga Hana. Selama ini yang Hana tahu Joice tidak memiliki kekasih. Fakta tentang kehamilan Joice tentunya sulit dicerna oleh wanita itu.

“K-kandungan Joice lemah? Maksudmu Joice—” Marcel berusaha untuk berucap, namun otaknya menjadi blank hingga membuat kata-kata yang hendak dia ucap tersangkut di tenggorokan.

Sang dokter menatap Marcel. “Maaf, Tuan. Apa Anda tidak tahu kalau Nona Joice Osbert sedang hamil?” tanyanya.

Marcel hanya menggeleng dengan tatapan dingin menatap sang dokter. Tatapan yang tersirat meminta sang dokter untuk menjelaskan padanya secara lebih detail.

“Tuan, usia kandungan Nona Joice Osbert adalah lima minggu. Kandungannya lemah karena saya menemukan di tubuh Nona Joice Osbert dimasuki alkohol. Itu berarti Nona Joice Osbert mengkonsumsi alkohol. Padahal usia kandungan yang masih sangat rentan tidak disarankan minum alkohol,” ujar sang dokter memberi tahu tentang keadaan Joice.

“Tadi Joice minum vodka. A-aku yakin Joice tidak tahu kalau sedang hamil. Itu kenapa dia minum alkohol,” ucap Hana gugup.

Sang dokter menatap Hana. “Ada baiknya, jika kita merasa rutin berhubungan seksual, harus segera memeriksa apalagi jikia sampai mengalami terlambat datang bulan.”

Hana menatap bingung sang dokter. Dia tak tahu harus menjawab apa. Pasalnya, dia sangat mengenal dengan baik Joice. Selama ini Joice tidak pernah dekat dengan siapa pun. Kalau sampai Joice hamil, maka akan menjadi tanda tanya besar siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh Joice.

Marcel tetap diam mendengar apa yang sang dokter katakan. Napasnya berembus kasar. Pria itu memejamkan mata singkat. Benak Marcel sekarang tengah memikirkan tentang kejadiannya dengan Joice saat di Las Vegas.

Shit!’ Marcel mengumpat dalam hati merutuki kejadian yang sama sekali tak pernah dia inginkan. Obat perangsang membuat Marcel benar-benar kehilangan akal sehatnya. Sialnya, di kala dirinya waktu itu dijebak, malah Joice muncul—dan membuat semuanya menjadi berantakan kacau balau.  

“Bagaimana keadaan Joice sekarang?” tanya Marcel dingin pada sang dokter.

“Tuan, kondisi Nona Osbert lemah. Saya harap beliau istirahat total untuk beberapa hari ke depan,” jawab sang dokter memberi saran.

“Apa aku bisa melihat Joice?” tanya Marcel lagi.

“Silakan, Tuan.” Sang dokter mempersilakan Marcel.

Marcel langsung masuk ke dalam ruang rawat Joice. Sedangkan Hana masih bergeming di tempatnya—dengan wajah yang kebingungan. Hana tidak tahu bagaimana harus bertindak. Semuanya sangat sulit untuk dicerna.

Di ruang rawat, Marcel menatap Joice yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Pikiran pria itu berkecamuk. Semua umpatan dan makian sejak tadi lolos di dalam hatinya. Sungguh, dia tidak henti mengumpati kebodohannya yang malah terjebak dalam sebuah lingkaran api.

Semua hal menjadi rumit karena Joice sekarang mengandung. Tanpa ragu, Marcel sangat yakin bahwa Joice mengandung anaknya. Kala itu, Marcel di bawah pengaruh obat perangsang. Dia pasti tidak memakai pengaman. Hal tersebut yang membuat Marcel tak tahu harus melakukan apa. Dia bimbang dalam mengambil sebuah keputusan.

***

Mata Joice mengerjap beberapa kali. Cahaya lampu rumah sakit yang menjadi object pertama yang Joice lihat. Rasa di kepalanya sedikit pusing. Pun perut bagian bawahnya sedikit sakit—hingga membuatnya merintih kesakitan.

“Joice? Kau sudah siuman?” Hana terkejut melihat Joice sudah membuka mata. Kelegaan muncul di dalam hatinya. Paling tidak sekarang dia lihat Joice sudah siuman.

Perlahan, kesadaran Joice sudah mulai pulih. “Hana? Aku di mana?”

“Kau di rumah sakit. Saat fashion show, kau pingsan,” jawab Hana memberi tahu.

Joice terdiam mendengar apa yang dikatakan Hana. Kepingan memori di dalam pikirannya muncul. Ya, Joice mengingat saat acara fashion show malah dirinya jatuh pingsan.

Joice mendesah panjang merutuki kebodohannya. Dia tidak menyangka kalau dirinya selemah ini sampai pingsan di acara penting. Sungguh, itu benar-benar sangatlah memalukan.

“Hana, maafkan aku. Aku yakin aku terlalu lelah sampai seperti ini,” ucap Joice pelan.

Hana menggigit bibir bawahnya. Dia bingung bagaimana harus berbicara dengan Joice. “Hm, Joice. Kau bukan kelelahan. Tapi kau—” Ucapannya menggantung, karena bingung.

“Aku kenapa?” Kening Joice mengerut dalam, menatap lekat Hana, meminta manager-nya itu untuk menjawab.

Hana kian menggigit bibir bawahnya. “Joice, harusnya Marcel yang menyampaikan padamu, bukan aku.”

Tadi, di kala Marcel meminta Hana menjaga Joice, pria itu berpesan pada Hana untuk tidak langsung mengatakan tentang kehamilan Joice pada Joice. Hal tersebut yang membuat Hana tidak bisa berkutik sama sekali.

Kening Joice mengerut dalam, menatap tak mengerti pada Hana. “Kenapa harus Marcel? Ada apa dengannya?” tanyanya.

Hana mendesah panjang. “Joice—”

“Kau sedang mengandung.” Marcel menginterupsi percakapan Joice dan Hana. Pria itu yang tadinya meninggalkan sebentar ruang rawat Joice, sekarang sudah kembali, karena memang dia harus menyelesaikan apa yang harus dirinya selesaikan.

Saat Marcel datang, buru-buru Hana pamit pergi. Hana tidak ingin mengganggu Joice dan Marcel. Pun dia yakin akan ada pembahasan pribadi antara Joice dan Marcel.

Mata Joice melebar mendengar apa yang Marcel katakan. Debar jantungnya berpacu tak karuan. “A-apa? H-hamil?” jawabnya terbata-bata.

Marcel mendekat ke arah Joice. “Ya, kau hamil. Kejadian malam itu saat kita di Las Vegas membuatmu hamil.”

Tubuh Joice menegang. Otaknya kesulitan berpikir. Ingatannya teringat akan dirinya yang memang belakangan ini mual hebat dan juga terlambat datang bulan. Joice menggelengkan kepalanya meyakinkan bahwa ini semua salah.

“Tidak mungkin!” seru Joice dengan mata berkaca-kaca.

Marcel menatap dingin Joice. “Kau pikir aku mau menerima semua ini, hah?! Kau yang menjebakku dan sekarang kau lagi menjebakku! Kau tahu aku tidak memakai pengaman kenapa kau tidak langsung minum obat, Bodoh!” bentaknya.

Air mata Joice berlinang jatuh membasahi pipinya di kala Marcel memojokkannya. “Kau pikir aku tahu obat yang kau maksud? Kau jelas tahu kejadian malam itu pertama kali untukku, Marcel!” jawabnya menahan isak tangis.

Joice sama sekali tidak mengerti harus minum obat apa setelah dirinya berhubungan seks dengan Marcel waktu di Las Vegas. Joice berpikir tidak mungkin dirinya sampai mengandung anak Marcel.

Marcel memejamkan mata. Dia ingat bercak darah di sprei ranjang sudah membuktikan di mana Joice memang baru pertama kali melakukan hubungan seksual. Shit! Marcel mengumpat dalam hati.

Joice menyeka air matanya berusaha untuk sekuat mungkin. Nasi telah menjadi bubur. Apa yang telah terjadi sudah berlalu dan sekarang Joice harus bisa menerima semua kenyataan yang ada di depan mata.

“Aku akan menggugurkan anak ini. Kau tidak usah takut. Aku tidak akan meminta pertanggung jawabanmu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status