*Happy Reading*
Plak!Nissa yang baru saja tiba di loby tempat kerjanya. Terkejut dengan tamparan tiba-tiba, yang membuat wajahnya langsung terlempar ke samping.Menahan panas yang menjalar di sebelah pipi akibat tamparan barusan, Nissa langsung mencari pelaku. Seorang wanita cantik nan seksi langsung di temukan matanya seketika.'Apa lagi ini ya robb ...?' batin Nissa mendesah kesal. Namun, seakan sudah bisa menebak alasan wanita ini tiba-tiba menamparnya barusan.Abyan! Siapa lagi?"Heh, jalang! Gue peringatin sama lo, ya? Jauhin Abyan! Dia itu milik gue!" hardik wanita itu menunjuk wajah Nissa.Kan? Apa Nissa bilang? Wanita seksi ini pastilah salah satu dari pacar-pacar Abyan."Ada apa ini? Mbak, mohon jaga sikap!"Satpam yang bertugas di lobby pun segera menghampiri dan mencoba melerai keributan. Sebab kejadian barusan sontak membuat semua orang yang lewat menghentikan langkah dan akhirnya malah mengerumuni mereka dengan wajah penasaran luar biasa."Diem, lo!" salak wanita tadi dengan galak pada sang satpam yang mencoba melerai. "Gue gak ada urusannya sama lo, ya? Urusan gue cuma sama pelakor satu ini!" Kini gantian Nissa yang ditunjuknya lagi."Tapi ini kantor, Mbak. Jika memang ada urusan pribadi, mohon selesaikan di tempat lain." Sang satpam kembali menegur."Halah bacot! Gue gak peduli!" tukas wanita itu menyebalkan. "Mau kantor, kek. Pasar, kuburan, bahkan istana presiden sekalipun. Selama ada pelakor ini di sana. Pasti gue jabanin!" lanjutnya lagi sombong."Tapi--""Udah diem! Ngomong mulu lo, kek tukang obat. Dibilang urusan gue tuh bukan sama lo! Tapi sama pelakor ini!" sela wanita itu cepat, saat sang satpam kembali ingin menyahut."Tapi masalahnya kamu kayaknya salah sasaran. Karena saya bukanlah seorang pelakor." Mulai jengah dengan keadaan. Nissa pun akhirnya buka suara."Halah! Maling mana mau ngaku, sih? Jelas-jelas lo suka telepon-teleponin Abyan, kan? Kalau bukan buat menggoda dan merebut, lalu buat apa?" sahut si wanita kurang bahan bersikukuh."Tentu saja buat memberitahukan Abyan, jika undangan pernikahan kami sudah siap di sebar." Nissa menjawab jumawa. Si wanita kurang bahan itu pun seketika melotot horor."Apaan? Undangan pernikahan?" beonya dengan mata membulat.Kiranya, hal itu akan membuat si wanita kurang bahan tersadar dan malu. Namun, yang ada dia malah tertawa keras setelahnya."Lo gila, ya? Undangan pernikahan apa? Jelas-jelas Abyan itu pacar gue. Ya kali malah nikahnya sama lo. Halu lo ketinggian, bitch!" Kini wanita itu malah menghina Nissa."Kenyataannya. Saya memang calon istrinya Abyan. Dan kami akan menikah kurang dari dua bulan lagi." Nissa pun berusaha memberi penegasan."Bohong!" sergah wanita itu keras. "Lo jangan bacot, ya? Abyan itu pacar gue. Jadi dia pasti hanya akan menikah sama gue.""Bagaimana kalau kamu tanyakan langsung saja pada Abyan? Atau--"Plak!Belum selesai Nissa berkata. Sebuah tamparan kembali didapatkannya. Pelakunya masih orang yang sama. Si wanita kurang bahan yang terlihat tidak bisa menerima kenyataan yang ada."Dasar pelakor! Pakean doang muslim. Kelakuan kayak jalang. Dasar pecun!"Tanpa diduga. Wanita itu malah menggila dan menyerang Nissa begitu saja. Mencoba menjambak rambut Nissa yang pagi ini ditutupi hijab coklat muda.Tentu Nissa tak diam saja. Gadis berusia 23 tahun itu pun mencoba melawan dan melepaskan diri dari amukan si wanita kurang bahan.Meski awalnya sulit karena wanita itu seperti kesetanan. Dengan sekuat tenaga akhirnya Nissa pun bisa melepaskan diri, bahkan mendorong wanita itu menjauh.Niat Nissa sebenarnya hanya ingin melepaskan diri saja. Sayang, mungkin dorongannya terlalu kuat hingga akhirnya membuat si wanita jatuh tersungkur ke lantai. Namun, yang lebih parah dari itu adalah, kejadian itu bertepatan dengan hadirnya Abyan di sana.Kebetulan, perusahaan tempat Nissa bekerja memang bekerja sama dengan tempat kerja Abyan. Hingga kadang, pria itu kerap datang untuk membahas kerja sama mereka."Nissa?! Keterlaluan kamu!"Tak ayal, Abyan pun murka dan langsung melayangkan sebuah tamparan keras pada Nissa. Gadis berhijab itu pun seketika terpaku di tempatnya.Kedua pipinya hari ini mendapat tamparan lebih dari dua kali. Rasanya tentu saja sakit. Tetapi, hal itu tidak sebanding dengan sakit hati yang dirasakannya saat ini.Kenapa jadi Nissa yang di tampar? Jelas-jelas wanita itu yang salah, kan?"Apa maksud kamu menyakiti dia seperti itu?" Tak hanya memberi sebuah tamparan. Abyan pun menambahkan dengan sebuah tuduhan asal."Aku menyakiti dia?" beo Nissa tak habis pikir "Kamu buta ya, Byan? Jelas-jelas dia duluan yang nampar aku dan ngehina aku." Nissa mencoba membela diri."Nggak! Aku gak gitu kok, Byan. Dia yang duluan." Bak rubah betina yang licik. Si wanita kurang bahan itu pun segera merubah drama dan playing victim. "Kamu kan tahu aku seperti apa? Mana bisa aku nyakitin orang," tambahnya lagi meraih tangan Abyan dan mengusapnya manja.Nahasnya, Abyan sepertinya percaya begitu saja dengan drama si rubah kurang bahan. Buktinya, pria itu malah dengan senang hati mengusap tangan si rubah lembut sekali. Seakan menenangkan. Ini sungguh tidak adil!"Kamu jangan sembarang tuduh, bisa? Jelas-jelas aku lihat kamu tadi mendorong Dita."Ah, rubah itu ternyata punya nama ternyata."Itu karena dia menyerang aku dan nyakitin aku. Apa salah, kalau aku membela diri?" Nissa masih mencoba membela diri."Menyerang apa? Jelas-jelas Dita yang jatuh dan kesakitan. Lihat! Sikutnya sampai merah begini!"Lalu bagaimana dengan wajah Nissa? Apa Abyan tidak bisa melihat semerah apa pipinya akibat tamparan wanita itu? Ditambah pula oleh dirinya sendiri."Tapi--""Sudah! Jangan bicara lagi. Pokoknya aku mau kamu minta maaf sama Dita sekarang!" titah Abyan tegas. Sengaja memangkas ucapan Nissa yang masih ingin membela diri."Kenapa jadi aku yang harus minta maaf? Jelas-jelas dia yang mulai duluan cari ribut sama aku!" Nissa mencoba mempertahankan harga dirinya."Jangan membantah Nissa! Aku bilang minta maaf, ya minta maaf. Cepat!" Abyan semakin menjadi."Aku tidak mau!" Nissa tetap menolak. "Aku gak salah dan aku--"Plak!Tanpa diduga. Abyan kembali melayangkan tamparan keras pada Nissa. Membuat hati Nissa lagi, lagi, dan lagi merepih sakit. Bukan karena tamparannya. Tetapi lebih kepada sikap pilih kasih dari Abyan."Minta maaf! Cepat!" titah Abyan lagi tegas. Menatap Nissa tajam sekali. Tak perduli saat ini mata Nissa sudah berkaca-kaca dan merah menahan tangis dan sakitnya hati akan perlakuan Abyan.Sementara di samping Abyan, si rubah sudah tersenyum jumawa, menatap Nissa dengan penuh kemenangan."Aku tidak mau." Nissa masih bersikukuh."Nissa?!--""Cukup Abyan, cukup!" teriak Nissa tak kalah lantang dengan seruan Abyan tadi. "Aku mulai muak dengan semua ini."Gadis itu menambahkan dengan pedih. Sebelum membalik badan dan berniat pergi. Namun, Abyan seakan tak perduli dan mencekal tangannya lagi."Mau ke mana kamu? Minta maaf dulu!" tukasnya kejam."Aku bilang, aku gak mau minta maaf!" jawab Nissa dengan berani seraya menghela tangan Abyan kasar."Nissa?!""Kecuali kamu berani melihat cctv pagi ini dan melihat langsung kejadian sebenarnya. Baru aku sudi meminta maaf pada gundikmu itu!" tunjuk Nissa tegas pada selingkuhan Abyan.*Happy Reading*Ucapan Nissa membuat Dita meradang, bisa-bisanya wanita pelakor itu mengatainya sebagai gundik. Dita langsung memegang lengan Abyan mencari pembelaan.Nissa yang sudah benar-benar muak menghadapi manusia setengah siluman itu akhirnya memilih untuk pergi dari hadapan Abyan. Mau dia menjelaskan sampai mulut berbusa pun percuma saja, pria itu tidak akan percaya padanya."Kamu keterlaluan, Nis. Minta maaf sekarang!" kata Abyan memaksa. Namun, Nissa tidak peduli, semua ini bukan salahnya."Kamu lebih milih belain dia daripada dengerin penjelasanku? Terserah kamu ajalah!" kata Nissa kesal dan memilih pergi seraya mengusap pipinya yang perih bekas tamparan Abyan tadi.Nissa masih tidak menyangka kalau pria itu bisa berbuat kasar padanya. Hanya karena salah paham, pria itu rela melayangkan tamparan keras ke pipinya, tak tanggung-tanggung sampai dua kali.Abyan keterlaluan. Kenapa dia harus dipertemukan dengan pria kejam sepertinya. Apakah sang ayah mau Nissa mati muda di tanga
*Happy Reading*Dita yang di cekik Abyan berusaha memukul-mukul tangan pria itu yang kini membuatnya kesulitan bernapas. Dita masih tak mengerti kenapa Abyan bisa tiba-tiba marah begini padanya."Ab ... yhan ... lephas!" rontanya berusaha lepas. Namun, Abyan seperti sudah kesetanan dan malah memperkuat cekikannya. Wajah Dita seketika memucat dan megap-megap berusaha mencari udara. "Ab ... yhan ... tohlong. Akhu ... ghak ... bisha ... naphas! Ab ... yhan!"Beruntung Abyan tak benar-benar membuat gadis itu mati. Melihat Dita yang lemas dan dan sudah hampir membiru, pria itu pun melepaskan cekikannya. Namun, dengan cara kasar sampai Dita tersungkur ke lantai. Dita pun terbatuk-batuk sambil berusaha mengisi rongga dada dengan udara sebanyak-banyaknya."Abyan. Kamu kenapa, sih? Kok kamu tiba-tiba marah gini? Salahku apa?" tanya Dita disela batuknya Bukannya menjawab, tangan Abyan malah kembali mencengkram dagu Dita dengan kuat dan memaksa wajah gadis itu menghadap padanya. "Gak usah b
"Raid! Nissa diculik!"Pria bernetra hijau yang baru saja menghenyakan tubuh pada sofa di apartemennya, seketika tersentak kaget dan menegakan tubuh kembali saat mendengar seruan panik dari Naira di seberang telepon."Apa katamu?" tanyanya kemudian dengan suara tenang."Iya, Raid! Nissa diculik!" Naira kembali memberi info. "Tadi pas aku pulang. Aku kaget banget pintu Apartement terbuka. Saat masuk ternyata isinya sudah kacau sekali. Aku langsung memeriksa cctv. Di sana, aku lihat Nissa di bawa paksa dua laki-laki yang memakai topeng!" Cerita pun akhirnya mengalir dari Naira tanpa harus di perintah. Mata Raid langsung menajam mendengar cerita Naira. Tangannya tanpa sadar mengepal kuat dengan detak jantung yang mulai memburu. "Baiklah, aku mengerti. Kau segeralah tinggalkan apartement itu. Aku khawatir mereka masih di sekitar sana dan mengincarmu juga," titah Raid tegas. "Lalu Nissa?""Nissa biar jadi urusanku. Aku akan segera menyuruh orang mencarinya. Sekarang, kau lebih baik menc
Wajah Nissa tanpa pelindung kepala benar-benar sangat menarik minat semua preman di sana. Mereka semua sudah tak sabar ingin segera menyentuh dan bertukar peluh dengan gadis itu."Lepasin gue!" Nissa berteriak dan meronta lagi. "Lepasin gue!"Dia palingkan wajah lagi. Nissa sungguh merasa jijik dengan perlakuan pria-pria Hidung Belang itu, mengelus-elus wajahnya, dari dahi, pipi sampai bibir. Kurang ajar!Air mata Nissa menetes, ketika dengan lancang salah satu pria membuka paksa kancing depan baju tidur bergambar doraemon miliknya. Beruntung di dalamnya Nissa masih mengenakan tangtop meski bertali spagethi. Setidaknya, tangtop tersebut masih bisa melindungi dalamannya agar tak langsung terekspos.Tubuhnya semakin lemas, keringat dingin membasahi tubuh. Tangannya tidak bisa digerakkan sama sekali. Terlalu kuat ikatannya. Apa yang bisa Nissa lakukan? Sudah dia coba meronta untuk membuka ikatan di tangannya, namun sia-sia. Tangan justru semakin tergores sakit."Gue mohon, lepasin gue ..
"Bangsat! Siapa lo? Berani banget gangguin acara kami! Nyari mati lo?!" maki pria di kaki Nissa, yang sepertinya tak terima perbuatan Raid. Bukan hanya pria itu. Pria-pria lainnya pun akhirnya turut melepaskan tangan-tangan mereka dari Nissa. Melihat hal itu, Nissa segera beringsut ke pojok dan memeluk dirinya sendiri. Melindungi tubuh yang penutupnya terlanjur koyak.Kedua tangan Raid mengepal kuat melihat kondisi Nissa. Dadanya seolah akan meledak sebentar lagi karena gelegak amarah yang muncul cepat. Sialan!"Heh, bangsat! Siapa, lo!" Tak segera mendapatkan jawaban dari Raid. Salah satu pria itu bertanya kembali.Raid tidak segera menanggapi ocehan pria tersebut. Memilih berjalan santai ke arah onggokan sebuah kain, memungutnya dan mengibas-ngibaskannya demi menghilangkan debu yang menempel pada kain tersebut.Itu hijab Nissa, yang tadi di lemparkan seenaknya oleh para preman."Heh! Lo punya kuping, gak? Lo--""Ssstttt ...." sela Raid cepat, melirik para penjahat itu sambil menem
"Kita harus bicara!" Nissa terkesiap. Kala tiba-tiba saja Abyan datang dan menarik tangannya tanpa ijin. Nissa baru saja sampai di lobby perusahaan, kala Abyan muncul entah dari mana dengan wajah merah padam seolah tengah menahan emosi. "Lepaskan, Abyan!" Nissa tentu saja meronta."Ikut, atau kau bersedia dipermalukan di sini!" Peringatan Abyan sukses membungkam Nissa, hingga gadis itu akhirnya patuh dibawa Abyan keluar gedung kantor lagi dengan cara diseret.Bruk!Abyan mendorong tubuh Nissa kasar ke arah sofa, sesampainya mereka di ruangan pria itu."Kau--""Jadi begini kelakuanmu selama ini, Nissa!" sela Abyan cepat, seraya melemparkan sebuah map coklat ke hadapan Nissa. Membuat Nissa yang bersiap memprotes kelakuan Abyan menggantung di udara.Apa lagi kali ini ya Tuhan. Nissa mendesah berat di tempatnya. Sesungguhnya Nissa sudah lelah dengan drama yang selalu dibawa pria ini. Yang kemarin saja masih belum selesai, sekarang sudah ada lagi pertengkaran yang menanti mereka. Nissa m
*Happy Reading*Abyan pikir, setelah dia menunjukan photo-photo kebusukan Nissa pada sang Mama. Hal itu akan membuat wanita yang sudah melahirkannya ke dunia tersebut mengurungkan niat menjodohkannya dengan Nissa, wanita yang memang tak pernah Abyan inginkan. Akan tetapi ternyata Abyan salah. Sebanyak apa pun bukti yang ia perlihatkan, sang Mama tetap saja kukuh dengan keputusannya. Abyan sampai tak habis pikir di buatnya. Memang si Nissa itu punya apa, sih? Sampai-sampai mamanya sangat mengidolakannya seperti ini?"Mama tahu benar bagaimana Nissa, Byan. Jadi Mama gak akan mudah percaya pada photo-photo itu! Mama yakin semua itu hanya editan!""Photo itu nyata, Mah!""Kalau begitu Nissa pasti sedang dijebak!"Astaga! Abyan pun menjambak rambutnya sendiri dengan kesal menghadapi sikap keras kepala sang Mama. Harus bagaimana lagi Abyan menyadarkan Mamanya?!"Mah, Nissa itu bukan artis! Dia juga bukan orang kaya. Intinya dia bukan siapa-siapa. Jadi, tidak mungkin ada orang yang ingin men
*Happy Reading*"Astagfirullahaladzim ...." Nissa mengusap wajahnya penuh sesal saat sebuah kesadaran menghampiri. Keputusasaan hampir membuatnya khilaf. 'Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.' (An Nisa ayat 29). Islam tidak memperbolehkan dan melarang tindakan bunuh diri, karena hidup dan mati adalah urusan Allah SWT. Mukmin hendaknya paham bahwa kehidupan di dunia hanyalah berisi ujian dan cobaan yang sementara. Di mana Allah SWT terkadang mengeraskan ujian dan cobaan bagi seseorang untuk mengetahui sejauh mana batas kesabaran dan keimanannya.Dijelaskan lebih lanjut, sebagai seorang muslim sepatutnya bersabar dan banyak beribadah apabila dilanda masalah serta cobaan, bukan malah memilih untuk mengakhiri hidup.Selain surah An Nisa ayat 29 di atas yang menjadi dalil larangan bunuh diri, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits terkait hukum bunuh diri ini. "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari