Hati Mosa seakan ingin menjerit saat di telepon oleh Mina, tetapi dia hanya ingin menjaga nama baik Roni di hadapan Mina.
Bagaimana pun juga Mosa dan Roni baru saja menikah. Bagaimana kalau tahu pernikahan putrinya seperti itu.
"Iya sudah kalau begitu, kamu baik-baik di sana! Oh iya ngomong-ngomong masuk sekolah kapan?" tanya Mina, hanya memastikan kapan Mosa kembali mengajar.
"Dua hari lagi, Bu. Jadi masih punya waktu di rumah saja," jawab Mosa, santai. Meskipun dia bingung apa yang akan dia lakukan selama di rumah.
"Okelah kalau begitu, sehat-sehat di sana. Jaga suamimu dengan baik! Assalamualaikum," Mina menutup telepon.
"Walaikumsalam," jawab Mosa.
Setelah menutup telepon, Mosa mendengar suara Roni tertawa di rumah mertuanya. Dia cukup iri, dia tidak pernah diajak becanda oleh Roni.
Ingin menangis serasa percuma karena sampai saat ini dia hanya membuang-buanh air mata tanpa ada yang peduli.
Dia berinisiatif untuk membuat ayam kecap. Dia bersiap menuju ke pasar untuk berbelanja. Jarak rumah dan pasar tidak terlalu jauh, sehingga dia hanya perlu berjalan kaki.
Setelah mengambil dompet dia menutup dan mengunci rumah. Kemudian menuju ke rumah mertuanya. Di sana dia melihat Roni sedang menikmati tempe goreng buatan Sarni, Ibu Mertuanya.
"Mas, aku mau ke pasar," ucap Mosa, pamit.
"Iya," jawab Roni datar, lalu memalingkan wajah.
"Bu, mau nitip sesuatu?" tanya Mosa pada Sarni, yang sedang duduk bersebelahan dengan Roni.
"Enggak, kamu berangkat saja!" jawab Sarni.
Kemudian Mosa meninggalkan rumah itu, dan menuju ke pasar.
Tidak jauh dari rumah Mosa disapa salah satu tetangga yang usianya tidak jauh darinya. "Mbak, mau kemana?" tanyanya.
"Ini, mau ke pasar, Mbak, saya duluan," jawab Mosa. Dia lalu berjalan meninggalkan tetangganya itu.
Sepanjang perjalanan dia disapa beberapa orang yang mengetahui jika dia pengantin baru, dia hanya berusaha sebaik mungkin untuk menjawab. Tetapi dia tidak ingin banyak bercerita.
Hatinya masih sakit, merasakan kata-kata kasar Roni.
Sesampainya di pasar dia menuju ke tempat jual ayam potong untuk bahan ayam kecap. Lalu membeli beberapa bumbu untuk stok di rumah. Karena dia melihat di rumah tidak ada bahan makanan apapun.
Dia membawa sejumlah uang, memang dia gunakan untuk membeli beberapa perlengkapan memasak. Meskipun ada tetapi hanya sebatas wajan dan panci saja.
Mosa berinisiatif untuk melengkapi menggunakan uang pribadinya, karena uang 150 ribu yang diberikan Roni dirasa tidak cukup.
Setekah selesai membeli yang Mosa butuhkan, dia bergegas pulang untuk segera memulai acara masak memasak.
Dia cukup keberatan dengan barang bawaan, namun dia tidak mengeluh. Dia terus berjalan hingga akhirnya sampai di depan rumah.
Mosa membuka kunci lalu memasukkan semua barang yang dia beli. Dia mengintip di jendela dan sepertinya Roni sudah berangkat bekerja.
Mosa kemudian ke dapur dan merapikan barang-barang. "Jadi masak ayam kecap aja nih," gumam Mosa.
Sebelumnya Mosa sudah menanak nasi, sehingga dia hanya perlu memasak lauknya saja.
Terdengar langkah kaki menuju ke rumahnya, "Kamu mau masaka apa?" tanya Sarni lalu duduk di depan pintu dapur.
"Ini, Bu. Masak ayam kecap," jawab Mosa, dengan menyiapkan bahan-bahannya.
"Emangnya bisa?" sindir Sarni. Dia tidak percaya jika menantunya bisa memasak.
"Insya Allah bisa, Bu. Cuma memang agak beda sama masakan Ibu," sahut Mosa, merasa tidak nyaman ketika dia masak harus diawasi seperti itu.
Tetapi Mosa mencoba tenang meskipun Sarni masih berada di sana.
Dia mulai mengolah ayamnya untuk dijadikan ayam kecap, tetapi saat sedang asyik memasak tiba-tiba Sarni berkomentar, "Kamu masak kayak gitu, aku dikasih mah nggak sudi!" dengusnya. Lalu pergi meninggalkan Mosa.
Mosa diam mematung, "Apa yang salah dengan masakanku?" gumamnya.
Mosa bingung sendiri, dia tidak tahu letak salahnya dimana. Padahal dia biasa memasak ayam kecap seperti biasanya.
Mosa tidak ambil pusing, dia hanya terus menyelesaikan masakannya untuk dia sarapan sendiri.
Setelah selesai Mosa pun mencicipinya, "Hmm, insya allah enak."
Lalu Mosa menyiapkan piring saji untuk diletakkan di meja makan. Kemudian dia membersihkan sisa masakannya dan merapikan dapurnya.
Mosa mengambil piring untuk sarapannya, "Bismillah."
Mosa menikmati sarapannya, meskipun hanya sendirian dia tetap bisa menikmati. Lagipula badan sehat juga adalah investasi baginya, kalau sakit siapa yang bakal dia repoti, malah justru dia akan kerepotan sendiri. Terlebih Roni juga tidak peduli dengannya, apalagi jika merepotkan mertuanya.
Seharian dia isi dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah, meskipun sebenarnya bisa dikerjakan saat dia mulai bekerja, tetapi dia tidak memiliki kegiatan membuat dia begiti bosan di rumah.
Roni tidak kunjung pulang, dia masih bekerja hingga magrib menjelang.
"Assalamualaikum," Roni mengucap salam.
"Walaikumsalam," sahut Mosa, dia sedang menonton televisi. Lalu keluar untuk menyambut Roni.
Dia mencoba meraih tangan Roni untuk dikecup. Bukannya Roni memberikan tangannya, melainkan dia mengebaskan tangan Mosa untuk menjauh.
Mosa berusaha sabar, dia hanya ingin berbuat baik kepada suaminya.
Roni menuju ke kamar mandi, Mosa ke dapur untuk membuatkan teh hangat. Meskipun dia tahu, Roni tidak akan meminumnya.
"Ini, Mas, tehnya," ucap Mosa.
Roni tidak menjawab, dia merasa lelah karena terus diberikan hal yang tidak dia sukai.
Roni kemudian bersiap menuju ke masjid untuk sholat berjamaah.
Mosa yang berhalangan tidak dapat ikut sholat berjamaah, dia memilih makan karena dia sudah merasa lapar.
Mosa tahu, nanti atau sekarang dia akan makan sendirian. Sambil menunggu Roni pulang dari masjid, dia duduk di ruang tamu. Barangkali Roni akan segera pulang dari masjid. Tetapi setelah ditunggu hingga isya, Roni tidak kunjung pulang.
Mosa menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian.
Sampai beberapa jam, Roni tidak kunjung pulang. "Mas Roni kemana? Kok nggak pulang-pulang. Apa ke rumah Ibu?" gumam Mosa.
Mosa kemudian mematikan televisi, dia pindah ke kamar karena sudah merasa cukup mengantuk. Tanpa disadari Roni masuk rumah.
Melihat Mosa tertidur, Roni tidak membangunkan. Sudah ada bantal dan selimut di ruang tamu.
Roni tak ambil pusing, setelah makan di luar dan menghabiskan waktu dengan teman kini dia ingin istirahat. Karena besok dia akan ke luar kota untuk mengecek pasokan bawang merah dan juga putih di kota tujuan.
Tengah malam Mosa terbangun, "Apa Mas Roni sudah pulang, ya?"
Mosa kemudian menuju ke ruang tamu dan melihat Roni sedang tertidur pulas. "Alhamdulilah dia sudah pulang," gumamnya.
Mosa kemudian kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur.
"Kok aku merasa pusing, ya? perasaan tadi nggak kenapa-kenapa," ucap Mosa, lalu memegang kepalanya.
Mosa kemudian merebahkan dirinya di atas kasur, Mosa merasa kepalanya benar-benar seperti berputar-putar dan tidak tahu sebabnya.
Mosa kemudian tertidur dengan kepala pusing.Esok harinya, Mosa sudah bersiap untuk sholat subuh tetapi dia malah merasa pusing kembali.Mosa mencoba mengatakan kepada Roni, "Mas, kepalaku pusing," ucapnya."Terus? Urus dirimulah. Kamu guru masa gitu saja nggak bisa nangani. Aku sibuk, kata ibu aku juga harus tetap menjaga diri, karena ibuku selalu bisa mensupport aku," sahut Roni."Aku pusing, Mas. Aku cuma mengatakan ini setidaknya kamu mengerti atau membantuku melakukan sesuatu,""Lakukan saja sendiri, aku mau ke rumah ibu karena ada keperluan,""Kamu keterlaluan, Mas. Aku tahu anak laki-laki harus selalu patuh sama ibunya… " belum selesai Mosa me
Bab 5. Kecurigaan Raisa"Tetapi dia malah memegang kendali Roni sampai mengatakan hal yang tidak baik kepada kamu. Ibu tidak akan membalaskan ini kepada mereka. Biarlah mereka melakukan apa yang mereka mau. Yakin saja kalau Roni memang benar jodoh kamu semoga saja dia bisa berubah. Kalau pun tidak ikhlaskan dia, kamu jangan sampai terlalu memikirkan hal ini. Bisa-bisa kamu sakit," imbuh Mina."Aku tadi memang merasa pusing, Bu. Tapi Mas Roni nggak peduli. Bahkan mengatakan hal-hal yang menyakitkan ditambah kata-kata kasar dari Ibu Mertua. Aku makin pusing. Untung saja aku masih selamat sampai di sini. Kalau nggak mungkin aku sudah pingsan di angkot," sahut Mosa."Kalau begitu sekarang kamu istirahat dulu saja, kalau masih pusing nanti periksa di Bu Nur," ucap Mina.
"Ya sudah. Nanti selepas sekolah kita cari angin sedikit. Kamu memang teman yang baik, Sa," ucap Mosa."Halah, sudah seharusnya aku membantu kamu. Kamu makanya kalau ada apa-apa langsung ngomong saja. Nggak perlu aku yang interogasi duluan," tutur Raisa.Setelah jam sekolah, Mosa dan Raisa menuju salah satu cafe yang dituju. Mereka memesan makanan dan minuman untuk menemani pergantian sore ke malam.Mosa sedikit lega karena dia bisa punya kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya selain kepada ibunya."Sa, coba ceritakan apa yang kamu ingin lakukan sekarang!" pinta Raisa."Dari awal menikah dia sangat cuek. Dia tidak ingin makan makananku. Dia selalu menghabiskan waktunya di rumah ibunya atau di
"Halah ngapain dikasihani anak seperti itu. Lagian Bapak juga maksain, Roni juga nggak minat. Sekarang dia belum apa-apa sudah berstatus duda. Tapi Ibu yakin nanti dia pasti dapat jodohnya. Karena Mosa bukanlah jodohnya. Banyak perempuan yang antri mau jadi istri Roni jadi Bapak nggak usah khawatir lagi! Dan Ibu minta Bapak jangan lagi mengatur Roni mau menikah dengan siapa atau kejadiannya akan seperti ini lagi," ancam Sarni."Yah, waktu itu yang mengenalkan Mosa ke kita ya Roni kenapa sekarang malah Bapak yang disalahkan begini," balas Karno."Karena Bapak nggak bilang sebelumnya kalau orang tuanya berantakan. Kalau bilang dari awal pasti hal ini nggak akan terjadi, Pak,'' sahut Sarni kesal."Ya sudah kalau memang jadinya begitu. Semoga Roni dan Mosa bisa menemukan jodohnya masing-masing," ucap K
Beberapa hari kemudian Roni mendapatkan surat panggilan dari pengadilan."Akhirnya dia ke pengadilan, kan. Sudah kuduga dia bakal bakal seperti ini. Ya baguslah dia juga bukan tipe aku sama sekali," gumam Roni.Melihat Roni yanh tersenyum sendiri sembari melihat secarik kertas, Sarni mendekati Roni. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanyanya."Ini menantu Ibu sudah menggugat aku, besok aku diundang ke pengadilan," sahut Roni."Bagus itu. Kamu nggak usah datang. Biar cepat prosesnya. Kalau kamu datang malah disuruh mediasilah apalah," imbuh Sarni."Iya. Siapa juga yang mau datang. Aku sudah nggak mau ketemu sama dia lagi. Lagian nggak bakal ada komunikasi lagi antara aku dan Mosa. Aku sudah ber
Tok tok tok.Mosa mengetuk pintu kepala sekolah."Masuk!" perintah kepala sekolah."Maaf, apa Bapak memanggil saya?" tanya Mosa."Iya. Saya memanggil Bu Mosa. Karena ada yang saya tanyakan. Saya dengar Bu Mosa kemarin meminta izin. Sebelumnya pasti Bu Mosa tahu kalau ada urusan pribadi itu dijelaskan agar pihak sekolah tidak berasumsi. Sebenarnya kenapa Bu Mosa libur dan meninggalkan anak-anak?" tanya kepala sekolah."Maaf sebelumnya, Pak. Mungkin saya tidak mengutarakan sebelumnya. Tetapi saya sebenarnya malu. Kemarin adalah panggilan perdana saya di pengadilan karena saya sudah mengajukan gugatan atas suami saya," jelas Mosa."Loh, kenapa Bu?" tanya kepal
Roni kemudian berpamitan karena harus melihat stok di gudang yang lain. Setidaknya ia sudah lega bisa mendapatkan nomor telepon Laila.Saat kembali ke rumah nya, Roni sudah beberapa kali menghubungi Laila. Ia tidak ingin melewatkan waktunya untuk tidak berkomunikasi dengan Laila.Roni menceritakan tentang Laila kepada ibunya. Sarni senang akhirnya Roni menemukan tambatan hati. Setidaknya Roni bisa senang karena tidak lagi terjerat dengan Mosa, meskipun sebentar lagi akan resmi bercerai dengan Mosa.Sarni sudah tidak lagi peduli dengan Mosa. Bahkan bagi Sarni, ia tidak pernah memiliki menantu Mosa. Ia mendukung Roni jika memiliki istri yang lebih cantik daripada Mosa.Sementara itu, Mosa di rumahnya sedang mengerjakan tugas. Hari ini hari lib
Esok harinya Mosa, Mina dan Raka sudah sampai di pengadilan. Mosa mengambil nomor antrian. Di sana sudah cukup banyak orang. Mosa meminta Mina dan Raka untuk mengisi lembar saksi. Sekitar 1 jam mereka menunggu, akhirnya Mosa dipersilakan untuk masuk. Beberapa saat Mosa di dalam kemudian Mina dan Raka juga diminta masuk. Mina dan Raka dimintai keterangan sebagai saksi. Beberapa pertanyaan diberikan kepada keduanya dan mereka menjawab dengan sejujurnya mereka tahu. Setelah dirasa cukup Mina dan Raka dipersilakan untuk keluar. Mosa masih di dalam untuk melanjutkan proses. Beberapa saat kemudian Mosa keluar dan memberitahukan jika Mosa dan Roni sudah ketuk palu. Mosa begitu lega mendapati diriny