Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 107. Berhenti, Kamu Tidak Akan Pernah Menjadi Sepertiku

Share

Bab 107. Berhenti, Kamu Tidak Akan Pernah Menjadi Sepertiku

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-12-15 23:23:33

Sebagai bentuk permintaan maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin di acara pernikahan putrinya, tuan Bara mengundang Arjuna, Naura, Zafir, dan Evelyn untuk makan bersama di kediamannya.

Kondisi Naura sudah baik-baik saja, meskipun sesekali ia masih merasakan sakit kepala.

Sedangkan Evelyn, kedua kaki wanita itu masih dililit oleh perban tipis. Ia masih bisa berjalan normal meskipun lukanya belum benar-benar sembuh.

"Saya sungguh memohon maaf atas kejadian tidak mengenakan kemarin, tuan dan nyonya," ucap tuan Bara, kepalanya sedikit menunduk untuk menunjukkan penyesalan.

Naura tersenyum tipis. "Hari sial tidak tercatat di kalender, tuan Bara. Saya dapat memaklumi hal tersebut."

"Sikap Anda sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan penyesalan dan tanggungjawab," jawab Arjuna dengan kalimat yang lebih berani.

"Jadi benar bahwa pria itu sebelumnya memiliki hubungan dengan Anda, nona?" tanya Zafir, menatap putri tuan Bara yang duduk di samping suaminya.

Tiara mengangguk tipis, sem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 108. Zafir Yang Membuang, Arjuna Menerima

    Situasi 'tegang' juga terjadi pada Arjuna dan Zafir. Begitu makan malam selesai, tuan Bara mengajak mereka ke halaman depan untuk mengobrol santai sembari menunggu para nyonya itu kembali dari toilet. Tidak ada yang aneh dari pembicaraan hingga akhirnya tuan Bara tidak sengaja mengungkit masa lalu yang membawa percikan api antara Arjuna dan Zafir. "Itu benar, waktu memang cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin saya dapat beraktiftas dengan tubuh bugar, namun sekarang sudah menjadi pria tua seperti ini," ucap tuan Bara, tertawa mengenang masa jayanya. "Sekarang pun Anda tetap terlihat bugar, tuan Bara. Untuk umur Anda yang sekarang namun masih dapat memegang puluhan cabang besar adalah hal yang luar biasa," balas Arjuna. "Itu benar, bahkan saya berharap jika tua nanti akan memiliki kesehatan tubuh seperti milik Anda," ujar Zafir menambahkan. Tuan Bara tertawa senang karena mendapat pujian Arjuna dan Zafir, lalu ingatannya tidak sengaja mengingat momen lima tahun lalu. "Saya

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 109. Glimpse Of Us Zafir

    Di dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, Naura menyandarkan tubuhnya pada bangku pesawat di samping Arjuna. Arjuna melepas jas-nya dan kini sibuk menggenggam hangat tangan Naura, pria itu juga ikut menyandarkan tubuhnya. "Mengapa tidak ada hal baik setiap kali kita pergi ke luar kota atau negeri?" ucap Naura dengan mata terpejam sambil mengingat rangkaian kejadian di pernikahan putri tuan Bara. Arjuna menoleh ke Naura, memperhatikan raut lelah wanita itu. "Kamu kesal?" tanya Arjuna. Naura kembali membuka matanya, mengangguk tipis. "Tentu saja, melihat orang lain mencoba meniru setiap gerakan yang kamu lakukan, itu menjengkelkan, bukan?" jawab Naura, di akhir kalimatnya ia ikut menoleh. "Kamu benar-benar berbicara padanya di toilet?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk, lalu menghela napas. "Iya, meskipun pada akhirnya dia tetap berusaha meniruku.""Sepertinya ada masalah di antara mereka berdua," balas Arjuna, kemudian tangannya beralih mengelus kepala Naura lembut. Naura t

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 110. Wajendra Ingin Menarik Perhatian Naura

    Selagi Zafir dan Evelyn masih dalam perjalanan kembali, Malini di kediamannya mengumpulkan kawanan sosialitanya. Beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya, wanita paruh baya itu ingin memeriahkannya dengan para nyonya elite kenalannya. "Kamu mengundang nyonya besar Renjana juga?" tanya salah satu temannya. Malini mengangguk. "Tentu saja, dia adalah salah satu bintang terterang di Asia." Teman Malini terkekeh tipis. "Kamu mengatakannya seolah sedang mencemoohnya." Malini menggeleng pelan. "Bagaimana mungkin aku berani? Dia adalah Renjana." Tawa khas ibu-ibu sosialita kembali pecah, hingga tak lama salah satu teman Malini ada yang kembali berbicara. "Bagaimana dengan nyonya besar Tirta?" Pertanyaan itu membuat beberapa dari mereka mengerutkan keningnya bingung. "Bukankah Sausan sudah dijebloskan ke penjara dengan anak tirinya? Naura Tirta?" Teman yang tadi bertanya pun menggeleng. "Tidak, bukan Sausan, tetapi istri kedua mendiang tuan Tirta. Dia adalah ibu kan

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 111. Undangan Ulang Tahun Malini

    Naura turun dari mobil Arjuna, Mela seperti biasa menyambut kepulangannya dengan hangat. "Syukurlah, kamu kembali dengan selamat," ucap Mela sambil memeluk Naura. Naura tersenyum hangat dan membalas pelukan ibunya, tak lama wanita paruh baya itu menatap calon menantunya. "Mau mampir dulu?" tawar Mela, tersenyum ramah ke arah Arjuna. Arjuna dengan sopan menggeleng. "Maaf, ibu. Sudah cukup larut malam, mungkin di lain kesempatan saya akan berkunjung kemari lagi."Mela mengangguk mengerti, setelah dua hingga tiga kalimat percakapan, Arjuna pamit undur diri. Begitu mobil Arjuna keluar dari gerbang Mansion, Naura dan Mela berjalan masuk bersama. Mereka pergi ke kamar masing-masing, Naura segera membersihkan dirinya. Wanita itu duduk di depan meja rias dan menatap bayangannya dingin. Naura kembali teringat dengan apa yang terjadi di Solo. Sebesar apa pun usahanya untuk tidak memikirkan perkataan Evelyn, pada akhirnya Naura akan terganggu. Lamunannya pecah saat suara ketukan pintu t

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 112. Zafir Menikah Lagi?

    Keesokan harinya semua kesibukan berjalan seperti biasa. Zafir kembali fokus pada pekerjaannya dan Evelyn pada jadwal belajar serta putranya. Wanita itu tengah duduk di halaman belakang Mansion sambil mengajak Zevan bermain. Tak lama, suara wanita paruh baya terdengar dari belakangnya. "Astaga, cucuku tersayang!" Evelyn dengan cepat menoleh, dia dengan cepat berdiri untuk menyambut Malini. "Ibu? Kapan ibu tiba di sini?" tanya Evelyn. Malini menjawabnya sambil menggendong Zevan. "Apa itu penting? Yang terpenting adalah bertemu cucuku sekarang."Evelyn hanya tersenyum, dia tidak lagi menjawab dan kembali duduk. "Ibu mau dibuatkan minuman? Aku akan meminta pelayan untuk--""Tidak perlu, aku bisa memintanya sendiri nanti." Potong Malini, lalu duduk tidak jauh dari posisi Evelyn sambil memangku Zevan. "Aku dengar akhir-akhir ini kamu sering bertengkar dengan Zafir, ada apa?" tanya Malini. Senyum Evelyn berubah menjadi sedikit kaku, di momen ini Malini juga menyadari ada sesuatu ya

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 113. Hanya Naura Yang Pantas Menjadi Nyonya Wajendra

    Berbeda suasananya dengan Mansion Wajendra, Mansion Tirta justru terlihat sangat tenang dan ceria. Naura hari ini tidak pergi ke kantor, dia memutuskan ingin menghabiskan waktu di rumah bersama ibunya. Naura dan Mela mengenakan pakaian berkebun, mereka sibuk menanam tanaman bersama di halaman depan dan belakang Wajendra. Tak lama sosok Arjuna muncul, pria itu seperti biasa mengenakan setelan jas formal berwarna hitam."Kamu tidak ke kantor?" tanya Naura saat melihat pria itu tiba-tiba muncul. Arjuna mengangguk. "Tidak ada jadwal penting hari ini, jadi aku memutuskan untuk mampir kemari setelah mengetahui kamu juga tidak pergi ke kantor."Naura mengangguk mengerti, lalu tersenyum tipis. "Mau bergabung?"Arjuna mengangguk. "Tentu saja, kenapa tidak?""Kamu bisa berkebun?" tanya Mela, dia jarang melihat pria dengan status tinggi menyukai kegiatan seperti ini. Arjuna mengangguk ragu. "Kita bisa mencobanya bersama."Naura terkekeh. "Dari jawabannya itu berarti tidak bisa, bu."Arjuna

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 114. Ya, Aku Masih Mencintainya!

    Niat awal Evelyn mendatangi suami dan ibu mertuanya adalah untuk meminta maaf.Tetapi... Mendengar percakapan mereka membuat Evelyn mengurungkan niatnya. Dengan lemas wanita itu melangkah mundur, tangan kanannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangis sedikitpun. Air matanya mengalir deras, perlahan ia menjauh dari ruang kerja Zafir hingga akhirnya benar-benar berlari. Evelyn terus berlari, ia tidak memiliki tujuan pasti. Para pelayan yang melihat sosoknya pun bingung dan segera bertanya-tanya, apa yang sekiranya baru saja terjadi lagi?Evelyn berhenti secara tidak sengaja di pintu yang selalu dilarang Zafir untuk dimasuki siapapun. Evelyn menatap dingin pintu itu, air matanya masih terus mengalir. Sebenarnya apa yang ada di balik pintu ini hingga suaminya bahkan melarang dirinya untuk masuk?Tak lama Evelyn teringat dengan Naura. Apa yang sekiranya akan Naura lakukan di posisi ini? Apa dia akan mentolerir rahasia seperti ini?Setelah dipikirkan, jawabannya adalah

    Last Updated : 2024-12-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 115. Lalat Wajendra

    Hari ulang tahun nyonya besar Wajendra itu akhirnya tiba, acara dilaksanakan di Mansion utama Wajendra. Naura ikut hadir untuk mendampingi ibunya, kedatangan mereka pun segera menjadi pusat perhatian. Naura menatap sekitaran Mansion, tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali ia kemari untuk mendatangi ulang tahun Zevan. Malini yang melihat kehadiran Naura dan Mela pun segera menghampirinya, tindakan ini pun langsung menjadi pusat perhatian lebih luas. Pasalnya, semua tamu undangan yang hadir tidak ada yang disambut secara langsung seperti Naura dan Mela. "Astaga, kalian sudah datang? Bagaimana kabarmu, nak?" tanya Malini, lalu memeluk Naura. Naura mengerutkan keningnya tidak nyaman, apa-apaan wanita itu?Tak lama Malini menatap Mela, bibirnya tersenyum lebih dalam. "Ini pertemuan pertama kita, benar?"Mela mengangguk. "Benar, selamat ulang tahun, nyonya besar Wajendra."Malini terkekeh tipis. "Aku sudah terlalu tua untuk mendapatkan ucapan seperti itu, terima kasih banyak, n

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 152. Gagal dan Sesal

    Evelyn menatap kosong langit-langit bilik rumah sakit, dokter baru saja memeriksanya. Evelyn terbaring tak bertenaga di ranjang rumah sakit.Pikirannya kosong, tetapi di tengah kekosongan ini lah dia teringat akan sesuatu. Partner yang menjadi 'penuntunnya' dalam melakukan seluruh tindakan korupsi. Dengan cepat mata Evelyn melirik ke arah Stave yang berdiri tak jauh darinya, pria itu mengawasi Evelyn secara langsung. "Tuan Stave, tolong aku! Aku mohon!" ucap Evelyn, lalu beranjak bangun dari ranjangnya menuju Stave. Stave yang terkejut pun menghampiri Evelyn dan menahan wanita itu untuk turun dari ranjang. "Nyonya, saya mohon untuk--!""Aku sangat butuh bantuanmu, tuan Stave! Aku mohon! Aku mohon!" Potong Evelyn cepat, raut wajahnya terlihat sangat serius. "Mengenai apa, nyonya?" tanya Stave tidak mengerti. "Aku harus menelepon seseorang! Aku mohon! Pinjamkan aku ponselmu!" jawab Evelyn cepat sambil mencengkeram lengan Stave. Stave terdiam sedikit, lalu kepalanya menggeleng cep

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 151. Karma Wajendra

    Keesokan harinya, dengan mata yang masih terlihat sembab dengan kantung mata yang semakin jelas, Zafir berusaha mengurus masalah ini lebih cepat. Zevan masih tertidur sofa ruang kerjanya, anak kecil itu belum mengerti masalah besar apa yang tengah terjadi di keluarganya. Zafir mengambil ponselnya untuk menelepon komandan petugas yang berjaga di kediaman Malini. Sejak hari di mana Zafir menetapkan ibunya sendiri sebagai tahanan, mereka tidak pernah melakukan kontak apa pun. Ibunya diblokir dari seluruh media, akses komunikasinya dicabut. Suara berat khas petugas keamanan terdengar begitu panggilan mereka terhubung."Selamat pagi, tuan Wajendra. Ada yang bisa saya bantu?"Zafir spontan mengangguk di panggilan mereka. "Ya. Kasus mengenai ibuku akan dibuka lagi, bawa beliau ke pengadilan. Aku akan mengajukan persidangan ulang dengan pengadilan." Saat perintahnya melayang, komandan petugas keamanan itu tak langsung menjawab, seolah kalimatnya tertahan sesuatu. "Kau dengar?" tanya Za

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 150. Penipu Wajendra!

    "Kau." Zafir melirik pelayan pribadi yang biasanya mengasuh Zevan, Mona pun maju dengan penuh rasa takut. "Bawa tuan muda ke ruangan ku." Perintah Zafir. Setelah Mona pergi membawa Zevan, Zafir kembali fokus pada Evelyn. "Zafir, aku bisa menjelas--""Apa lagi yang ingin kamu jelaskan?!" Potong Zafir, matanya menatap Evelyn galak hingga urat-urat di dahinya terlihat. Evelyn terdiam, tubuhnya gemetar menatap Zafir. "Kamu menipuku! Kamu menipu satu Wajendra!" ucap Zafir lagi, jari telunjuknya menunjuk wajah Evelyn penuh emosi. "Tidak bisakah kamu mendengarkan penjelasanku dulu, Zafir?" balas Evelyn dengan suara gemetar, air mata telah menumpuk di matanya. Zafir mengerutkan keningnya. "Penjelasan apa, Evelyn? Apa pun penjelasanmu itu tidak mengubah fakta bahwa kamu mengkhianatiku dan bahkan membuatku memenjarakan ibuku sendiri!" Evelyn bungkam, itu benar. Wanita itu kini hanya bisa menangis sambil berdiri tegang menatap Zafir. Zafir melangkah mendekati Evelyn, lalu mencengkeram

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 149. Sepertinya... Akhir Untuk Evelyn

    Evelyn turun dari taksi yang ia tumpangi menuju rumah sakit, ia menutup wajahnya agar tidak dikenali oleh siapapun. Kedua tangannya yang dingin tergesa-gesa menelepon Jack, namun tak lama Hans muncul. "Kakak?" Hans terlihat bingung melihat kehadiran Evelyn. Evelyn balas menatap tajam, membuat Hans terdiam. "Cepat! Di mana ruangannya?"Sementara itu Zafir di Mansion tengah dilanda gejolak emosi. Pria itu memerintahkan para pelayan menggeledah kamar Evelyn, motif kaburnya wanita itu sampai saat ini masih belum ia ketahui. Zafir masih menggendong Zevan, dia duduk di sofa sambil memperhatikan para pelayan yang sibuk membuka seluruh lemari dan laci Evelyn. Di tengah diamnya, mata Zafir tidak sengaja menangkap kertas yang telah dikepal kuat tergeletak di lantai dekat meja kerja Evelyn. "Stave." Panggil Zafir. "Saya, tuan?" Stave bergegas menghampiri Zafir, menghentikan aktivitasnya yang membongkar laci Evelyn. "Ambil kertas itu." Jari Zafir menunjuk kertas itu lagi. Tanpa banyak b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 148. Evelyn Kabur!

    Evelyn duduk seorang diri di kamarnya yang lengang. Pintu kamar benar-benar dikunci rapat oleh para pelayan. Ada sekitar dua hingga tiga pelayan yang menunggu di luar, wanita itu tidak bisa bertingkah lebih selain diam. Di tengah keterpurukannya, Evelyn menerima panggilan. Ponselnya berdering, dengan cepat ia menyambar ponselnya. Saat melihat yang meneleponnya adalah nomor tak dikenal, wanita itu menggertakkan giginya kesal. Itu pasti Jack, kakak laki-lakinya. Tetapi, Evelyn yang telah kepalang emosi akhirnya memutuskan untuk benar-benar berbicara dengan Jack. "Siapa?" tanya Evelyn dingin meskipun ia tahu itu adalah Jack. Tak lama dari telepon terdengar suara pria yang sedikit berat dan serak. "Ini... Evelyn?""Nyonya Wajendra. Kamu harus memanggilku dengan benar," jawab Evelyn, tangan kirinya diam-diam mengepal. "Eh-- maaf, ini aku... Jack," balas sang pemilik suara. "Untuk apa kamu menghubungiku seperti orang gila?" tanya Evelyn langsung, dia sudah tidak tahan. "Maaf, Evely

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 147. Dingin dan Hangat

    "Kamu gila?!" Bentak Zafir, lalu menatap ke lengan dan kaki putra mereka yang tertancap pecahan gelas. Evelyn terhuyung ke belakang, wanita itu jatuh duduk di lantai dengan wajah syok sambil memegangi pipinya yang terasa kebas. "Berani sekali kamu menampar putraku!" ujar Zafir, matanya menatap Evelyn seolah wanita itu adalah kriminal asing yang mencoba menyakiti putranya. "Dia juga putraku!" Evelyn mengangkat kepalanya, balas menatap Zafir dengan mata berkaca-kaca. "Kamu masih memiliki wajah untuk mengakui Zevan adalah putramu?! Dasar tidak tahu malu!" balas Zafir cepat. "Kamu tidak tahu situasinya, Zafir!" Evelyn masih mencoba untuk membela dirinya. Zafir mengerutkan keningnya dalam. "Apapun itu dia adalah anak kecil, Evelyn. Dia darah dagingmu! Dia penerusku! Meskipun kamu ibunya, kamu tidak memiliki hak untuk menyakitinya!" Evelyn berusaha bangkit, menatap Zafir dengan gemetar. "Kamu mengagungkan putramu tanpa mempedulikan diriku! Jika kamu tahu yang melahirkan anak itu ada

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 146. Surat Hans

    "Aku ke ruang kerja dulu," ujar Zafir acuh setelah menarik pandangannya dari surat tersebut. Evelyn dengan cepat mengangguk. "Iya, selamat beristirahat, Zafir." Dia menghela napas lega, syukurlah Zafir acuh pada surat itu. Dengan cepat ia mengambil surat tersebut dan pergi ke kamarnya sambil masih menggendong Zevan. Di kamar, Evelyn menyerahkan anak itu kembali pada Mona, lalu ia duduk di sofa dan membukanya dengan terburu-buru. Pandangan matanya mendingin, jantungnya berdegup cepat. Entah apa isinya kali ini, Evelyn benar-benar muak. "Kakak, maafkan aku karena harus menghubungimu lagi dengan mengirim surat ini. Aku ingin menyampaikan sesuatu, bahwa kondisi ibu saat ini semakin memburuk. Setidaknya temui lah ibu sekali, kak. Dia sangat merindukanmu. Dan, sepertinya atasan ku, nyonya Tirta telah mengetahui hubungan kita. Beliau sering menanyakanmu padaku, memastikan apa kita saling mengenal atau tidak. Aku tidak yakin apa beliau benar-benar tahu, tetapi yang pasti responnya posit

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 145. Orang Asing di Rumah Sakit

    Karena bekas cubitan Evelyn kemarin, Zafir pun memutuskan untuk membawa anaknya ke rumah sakit untuk diperiksa. Ia sengaja tidak memanggil dokter seperti biasa ke Mansion agar dapat membawa anaknya sedikit jalan-jalan. Zevan, anak kecil laki-laki yang sangat aktif. Anak itu berlarian ke sana dan kemari selama di rumah sakit. Zafir tidak menyangka menjaga anak kecil itu sangat merepotkan, Stave pun pada akhirnya mau tidak mau ikut terlibat dalam kepusingan ini. "Zevan, berhenti berlarian di rumah sakit, nak! Jika kamu menabrak seseorang akan bahaya nanti!" Seru Zafir khawatir sambil berjalan cepat menghampiri anaknya. Tetapi sayang, peringatan Zafir itu telat. Putranya telah lebih dulu menabrak seseorang. BRUK!Zevan sedikit terpental ke belakang dan jatuh duduk, anak kecil itu menatap takut ke arah seseorang yang ia tabrak. Sementara seseorang itu menatap Zevan dan Zafir dengan wajah terkejut. Seseorang itu adalah Hans yang tengah mendorong ibunya di kursi roda untuk berjalan-

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 144. Mengunjungi Ronald

    Karena pembicaraannya dengan Arjuna beberapa waktu lalu, hari ini pun akhirnya Naura memutuskan untuk mengunjungi Ronald di salah satu penjara terbesar Jakarta. Naura berniat memberitahu Ronald mengenai kabar pernikahannya, meskipun entah pria itu akan mempedulikannya atau tidak. Naura menunggu di kursi yang berhadapan langsung dengan ruangan penjara. Mereka dipisahkan oleh kaca tebal dengan sedikit celah bolong untuk saling berkomunikasi. "Bagaimana kabarmu, kak?" tanya Naura, kedua matanya memperhatikan Ronald yang terlihat sedikit lebih kurus dibanding saat terakhir kali mereka bertemu. Pria itu tidak seperti dulu, sekarang ia botak dan kantung matanya sedikit lebih menghitam. Baju oren khas tahanan selalu ia kenakan. "Seperti yang Anda lihat, nyonya Tirta," jawab Ronald, membuat hati Naura sedikit terenyuh. Tidak peduli seberapa besar masalah mereka kemarin, meskipun satu dunia mengutuk kakaknya. Naura masih sangat peduli dengan pria itu. Bagaimana pun, mereka pernah saling

DMCA.com Protection Status