Pov. KeenanDi tengah hiruk-pikuk kantor yang sibuk, pintu ruang kerjaku tiba-tiba ada yang mengetuk. “Keenan!” seru Bagas dengan suara yang membawa urgensi. “Masuklah,” jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari monitor.Bagas melangkah masuk, tangannya menggenggam erat sebuah koper. “Apa itu?” tanyaku, rasa penasaran menggantikan fokusku pada pekerjaan.“Kiara mengembalikan uang yang sudah kamu berikan kepadanya,” kata Bagas, suaranya datar, seolah membawa kabar yang sudah diduga.Aku tersenyum sinis, mencoba menyembunyikan rasa penasaran yang muncul. “Kenapa? Apa uang itu belum cukup baginya?” ucapku dengan nada mencemooh.Bagas menggeleng, matanya menatapku dengan kekecewaan yang tak bisa disembunyikan. “Keenan, Kamu sudah terlalu jauh pada Kiara. Kamu tidak seharusnya seperti itu,” katanya dengan nada suara yang meninggi.“Lalu aku harus seperti apa? Haruskah aku bersikap baik kepadanya?” Aku berdesis, tak tahu bagaimana jalan pikiran Bagas. “Dia sudah membuat hatiku terluka. Dia
Waktu telah menunjukkan pukul 11 siang saat aku melirik arloji yang ada di tangan kiriku. Pikiranku tertuju pada Kenzie, yang seharusnya sudah pulang sekolah. Beberapa saat kemudian, aku melihat beberapa anak-anak mulai keluar dari gedung sekolah dengan senyum tersungging di wajah mereka. Senyumku pun tak terelakkan ketika aku melihat Kenzie yang juga sudah keluar dari sana. Aku segera membuka pintu mobil untuk keluar dan mendekatinya."Kenzie, kamu sudah pulang?" tanyaku sambil tersenyum.Kenzie mengangkat pandangannya ke arahku dengan mata yang berbinar. "Paman, kenapa Paman ada di sini?" tanyanya heran."Aku sangat merindukanmu, sudah lama kita tak jumpa. Apa kau tak merindukanku?" godaku sambil memperhatikan wajahnya.Kenzie tersenyum manis. "Aku juga sangat merindukan Paman," jawabnya.Aku menyambut rindu itu dengan membungkukkan tubuhku untuk meraih tubuhnya yang mungil. "Kalau begitu, ayo peluklah aku," pintaku.Kenzie pun menuruti perkataanku dan langsung memelukku erat. Rasany
Aku benar-benar bahagia. Ini adalah hadiah terindah yang pernah Tuhan berikan untukku: memiliki anak seperti Kenzie membuatku sangat beruntung. Pasalnya, aku tidak pernah menyangka bahwa perbuatan bejatku dulu telah melahirkan anak setampan dan juga lucu seperti Kenzie. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya, terlebih selama ini Kiara selalu menyembunyikan kebenaran tentang Kenzie.Selama enam tahun, Kiara telah pergi dari hidupku, meninggalkanku tanpa penjelasan apa pun. Namun, dia tiba-tiba kembali dengan membawa Kenzie. Awalnya, aku tidak tahu mengapa Kiara bisa berbuat seperti itu, menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya. Namun, ketika Kiara mengklaim bahwa Kenzie bukanlah anakku, hatiku hancur.Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku bersikeras untuk melakukan tes DNA sekali lagi, karena aku yakin bahwa Kenzie adalah darah dagingku sendiri. Dan hasilnya, ketika tes DNA dilakukan untuk kedua kalinya, memastikan bahwa Kenzie adalah anak
Aku menatap Kiara dengan tatapan tajam, amarah dalam diriku sudah tak terbendung. Hatiku berkecamuk, setelah mengetahui bahwa Kenzie adalah putraku, yang telah disembunyikan oleh Kiara selama enam tahun."Selama enam tahun kamu sudah menyembunyikan Kenzie dariku, kamu sudah terlalu banyak membohongiku, dan kali ini, aku tidak akan terus menerus membuatmu bisa seenaknya kepadaku," ujarku dengan nada tegas. Aku ingin mengingatkan Kiara bahwa kebohongan itu tidak bisa terus berlanjut.Kiara terlihat merenung sejenak, ekspresinya seperti dirundung oleh penyesalan dan kekhawatiran. "Keenan, aku mohon jangan ambil Kenzie dariku," pintanya dengan suara yang penuh rasa takut.Namun, aku sudah tidak bisa menyembunyikan kemarahanku lagi. "Aku akan melakukan apa pun untuk Kenzie," ujarku dengan suara yang kian tegas. "Tapi kamu harus tahu bahwa aku tidak akan terus membiarkan diriku dipermainkan dan dikhianati.""Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar, Keenan," ucap Kiara dengan suara yang
POV. Kiara"Kenzie, ayo makan, Sayang. Mommy sudah masakkan makanan kesukaanmu, Ken, Kenzie …," panggilku dengan penuh kasih sayang.Namun, tidak ada jawaban dari Kenzie. Aku merasa kebingungan dan makin cemas saat tak mendengar suara dari putraku. Aku kemudian bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mencarinya. Namun, ketika sudah berada di dalam kamar, aku baru sadar bahwa Kenzie sudah tidak berada di rumah.Aku lupa bahwa Kenzie sedang berada di rumah Keenan. Jujur saja, ketika aku mengetahui bahwa Keenan telah mengetahui bahwa Kenzie adalah anaknya, hatiku begitu resah. Aku merasa bersalah karena selama ini sudah menutupi kebenaran tentang Kenzie kepada Keenan.Sudah 6 tahun aku membesarkan Kenzie sendirian tanpa suami di sampingku. Awalnya, aku merasa tidak siap menjadi seorang ibu, terlebih lagi keluargaku tidak memiliki apa-apa. Namun, beruntunglah aku karena memiliki Ibu yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan kepadaku."Ara, kamu kenapa, Nak?" Lamunanku terhenti ketika Ib
Aku merasa terpukul dengan kata-kata Tante Belinda yang tiba-tiba menawarkan aku untuk membesarkan Kenzie bersama Keenan. Aku begitu bingung dengan perubahan sikapnya dan tidak mengerti maksud di balik penawarannya."Apa maksud Tante berkata seperti itu?" tanyaku dengan kebingungan kepada Tante Belinda. Aku merasa terombang-ambing dengan perasaan bingung terhadap tindakan tiba-tiba Tante Belinda yang ingin menghidupkan kembali keterlibatan Keenan dalam kehidupanku dan Kenzie.Tante Belinda menatapku dengan penuh penyesalan di matanya. "Begini, Kiara. Aku tahu selama ini aku sudah berbuat salah kepadamu. Aku menyesal telah menyuruhmu meninggalkan anakku, Keenan, enam tahun yang lalu. Maaf bila semua itu telah menyakiti perasaanmu," ujar Tante Belinda dengan suara yang lembut.Mendengar penjelasan Tante Belinda, hatiku semakin memanas dan rasa emosi yang terpendam selama ini mulai muncul. Aku merasa marah dan terluka dengan apa yang Tante Belinda katakan. Bagaimana mungkin Tante Belinda
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadanya?" ucap Keenan, wajahnya terlihat serius saat menatap Jordi."Kenapa tidak dibicarakan di sini saja?" tegur Jordi dengan ekspresi yang kesal.Keenan terdiam sejenak, pria itu tampak ragu. "Ada sesuatu yang penting, dan aku ingin membicarakannya empat mata dengan Kiara," jawabnya dengan suara tegas.Jordi menatap Keenan dengan ekspresi serius, kemudian mengangguk. "Baiklah, aku memberikan waktu 10 menit untuk kamu berbicara dengan Kiara."Keenan mengangguk sebagai tanda terima kasih. Kemudian, ia membimbingku menjauh dari tempat itu menuju ke sebuah tempat yang sunyi. Ketika kami telah cukup jauh, aku merasa penasaran dengan apa yang ingin diungkapkan oleh Keenan."Apa yang ingin kamu sampaikan, Keenan?" tanyaku dengan hati-hati, mencoba mengungkap alasan di balik keinginannya untuk berbicara secara pribadi.Keenan menghela napas dalam-dalam, terlihat gusar saat ingin mengungkapkan sesuatu kepadaku. "Aku perlu mengungkapkan sesuatu yang sa
Saat ini, hatiku penuh dengan pertanyaan dan kebingungan. Aku ingin membawa Kenzie, putraku, bersamaku ke Singapura, tetapi Keenan dan Tante Belinda justru melarangku melakukannya. Bagaimana bisa aku meninggalkan putraku, yang selalu menjadi temanku dalam kesedihan dan kebahagiaan, yang selalu merayakan setiap langkahku dalam hidup, dan yang sekarang telah terjerat dalam dilema ini karena aku sendiri.Aku mencoba membicarakan keputusanku dengan Jordi, kekasihku yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Namun, dia tak bisa mengambil keputusan apa pun karena pekerjaannya sebagai dokter di Singapura dan keinginannya untuk memulai hidup baru di sana. Aku tahu, hidupku tak hanya tentang diriku sendiri, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan bersama-sama dengan pasangan hidupku.Namun, Keenan selalu menjadi penghalang utamaku. Dia memperingatkanku bahwa jika aku membawa Kenzie pergi bersamaku, dia akan mengambil hak asuh putraku dari tanganku. Aku tak mau kehilangan putraku,