Share

Geshara Hamil?

Andra menepuk pipi Ge, tapi gadis bukan perawan itu tampak tak juga sadar. Melihat keadaan itu Andra membopong tubuh mungil yang tampak pucat ke dalam mobilnya, Andra sangat khawatir akan keadaan Ge yang seperti itu bahkan matanya tampak berkali-kali menatap wajah Ge yang belum juga sadar. Mobil Andra telah sampai ke halaman sebuah klinik kecil lalu lelaki itu kembali membopong Ge menuju ke dalam. Beberapa Suster yang melihat kehadiran Andra langsung membantu membawa Ge menuju ke ruang pemeriksaan.

“Apa pasien sudah sarapan Pak?”

“Sudah Dok,” jawab Andra pasti.

“Kalau begitu kami akan mengambil darah pasien untuk pemeriksaan lebih lanjut ya, Pak. Kami khawatir selain kondisi kurang darah yang ia alami juga ada penyebab lainnya. Jadi sebaiknya kita tunggu pemeriksaan darah itu sebentar ya.”

Ge memang sudah sadar tetapi entah kenapa ia sangat tidak nyaman dengan aroma obat-obatan yang menyeruak di ruangannya yang membuat ia mual lalu muntah begitu saja.

“Ge kamu kenapa sih? Aku akan mengabari Kakakmu biar bisa menjaga kamu ya?”

“Mas!” tangan Ge menggenggam erat lengan Andra.

“Jangan beritahu Kak Natasha tentang hal ini.”

“Kenapa?” Ge hanya diam, ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Ia meminta masker pada Perawat agar aroma obat tak terus tercium.

“Ge, sebenarnya kamu kenapa?”

“Pasien Geshara!” seru suster yang membuat Andra berdiri.

“Di sini, Sus!” mendengar jawaban Andra, Suster datang memberikan secarik kertas pada Andra.

“Sebentar iya Pak, kita tunggu dokternya dulu.” Suster itu memandang Dokter yang tampak masih memeriksa seorang pasien di samping bangsal Ge.

“Gimana Sus sudah ada hasil laboratoriumnya?” tanya Dokter yang datang menghampiri.

“Ini Dok.”

“Baik coba kita lihat dulu ya, semoga hasilnya baik.” Begitu Dokter melihat hasil  pemeriksaan terlihat lelaki itu tersenyum lebar.

“Wah, ternyata kalian ini suami istri ya? Selamat ya Pak, sekarang Bapak akan menjadi seorang ayah.” Kata-kata yang keluar dari bibir pria berjas putih membuat Ge dan Andra saling bertatapan antara bingung dan tak percaya akan apa yang dokter itu kabarkan.

“Sudah jangan terlalu khawatir seperti ini, Bu Geshara tidak sakit kok. Ibu itu hanya butuh istirahat dan juga asupan nutrisi yang baik, itu saja dan untuk mual ini nanti saya beri obat mualnya ya?”

“Tapi Dok ini ga mungkin kami itu?”

“Masih muda…, masih ingin menikmati pacaran halal. Pak, Bu, menikah dan melakukan hubungan suami istri artinya siap dengan konsekuensi akan ada benih yang terbuahi, jadi kalau ingin menunda harusnya sejak awal. Kalau sudah jadi seperti ini kan berarti memang rejeki untuk rumah tangga kalian.” Kini dokter itu menepuk bahu Andra yang masih menampilkan raut kebingungan.

“Jalani saja, nanti juga Bapak akan merasakan kebahagiaan saat perut Ibu Geshara tumbuh. Akan sangat menggemaskan loh menatap istri hamil, makin imut-imut Pak.” Andra menarik nafas lalu menghembuskannya pelan lalu bibirnya mulai melengkung menampakkan sebuah senyum.

“Kalau begitu istrinya sudah boleh diajak plang Pak, tapi jangan cape-cape dulu.. Usia kehamilan di trimester pertama itu masih sangat rawan.”

“Iya Dok, saya akan jaga is…tri saya….” Mendengar ucapan Andra itu akhirnya dokter dan suster meninggalkan mereka.

“Mas! Mas itu apa-apan sih? Bisa-bisanya senyum-senyum gitu. Kita itu sekarang berada di ujung tanduk tahu! Mas ga mikir gimana jadinya kalau Kak Natasha sampai tahu kehamilan ku ini?”

“Ge, terus kita harus bilang apa pada Dokter tadi, apa kita akan bilang kalau kita bukan suami istri dan hanya melakukan kesalahan semalam?” Andra memijat kepalanya.

“Kita harus pikirkan baik-baik langkah selanjutnya. Jangan sampai Kakakmu tahu atau siapapun tahu akan hal ini, bagaimanapun caranya..”

“Mana mungkin terus di rahasiakan? Yang namanya hamil pastikan akan membesar Mas!” kini Ge turun dari tempatnya tidur lalu meraih tas yang ditaruh di meja di dekatnya, tapi baru akan melangkah Ge merasakan kepalanya kembali berputar.

“Ge, apa kamu masih pusing?”

“Iya, Mas.”

“Ya sudah, ayo aku bantu ke ruang admin untuk menebus obat untukmu.” Ge berjalan pelan dengan dipapah oleh andra dan tepat di ruang Administrasi klinik itu seraut wajah yang sangat mereka kenali terlihat berdiri bersama seorang gadis muda.

“Ge, Andra… kalian ngapain disini?”

“Loh, Mama!”

“Tante!” ucap Andra berbarengan dengan Ge.

“Kalian ini kenapa sih, kok lihat Mama kayak lihat hantu gitu?” Raina berjalan mendekat ke arah Andra dan Geshara.

“Mama tanya kamu ngapain di sini? Kenapa ga ke kantor dan kenapa kamu papah dia memangnya kamu ga bisa jalan sendiri, Ge?”

“Mah, kenapa sih kalau ngomong itu borongan? Andra ‘kan jadi bingung mau jawab apa.”

“Ya udah tinggal jawab aja kok, ga usah protes deh!”

“Ge lagi sakit Mah dan Andra yang antar dia ke sini buat berobat, itu aja.”

“Memangnya ga bisa kalau kamu minta diantar Kakak kamu aja Ge? Kamu juga Dra, kamu itu terlalu nurut sama istri, jadi kaya di perbudak gini.”

“Mah, Natasha belum tahu kalau Ge sakit. Andra tadi yang langsung ke kampus untuk jemput dia. Kalau Mama ngapain di sini?”

“Mama lagi bawa pembantu kita yang lagi sakit, dia muntah-muntah terus jadi Mama khawatir kalau dia hamil. Dia itu belum punya suami masa mau bikin malu Mama, lebih baik Mama pulangkan dia kalau beneran hamil. Mencoreng nama keluarga saja!”

“Memangnya kalau muntah-muntah itu udah pasti hamil? ‘Kan nggak Mah, ini Ge juga pusing karena kurang darah jadinya muntah-muntah. Namanya juga pusing Mah, pasti muntah.”

“Makanya itu sebagai orang yang bertanggung jawab Mama harus cepat-cepat memeriksakan dia.”

“Kok ke sini ‘kan jauh dari rumah?”

 “Di sini ajalah, yang lebih murah jika dibanding ke rumah sakit.” Ge dan Andra menghembuskan nafas kasar mendengar itu.

“Dasar, pelit!” batin Ge merutuki sifat orang tua di depannya itu.

“Kalau kamu sudah diperiksa Ge?”

“Sudah Tante,” jawab Ge terbata-bata sambil menatap Andra.

“Sakit Apa?”

“Kurang darah!” sahut Andra cepat.

“Kamu ini numpang di rumah Andra dan makan kamu juga banyak kok bisa kurang darah! Jangan malu-maluin anak saya dong Ge, nanti di kiranya anak saya pelit ga ngasih makan kamu.”

“Mah, Ge kurang darah karena kurang tidur kan Ge sedang mengerjakan skripsi.”

“Ya sudah, yang penting kamu harus tahu diri. Jadi bagian dari keluarga terpandang itu harus menjaga nama baik dan kehormatan, jangan bikin hancur orang yang sudah berjasa sama keluarga kalian. Kakak kamu juga itu kamu harus menasehati jangan berbuat yang enggak-enggak kalau mau selingkuh cerai dulu dari anak saya.”

“Mah!”

“Kamu ini, kalau di bilangin istri kamu itu selingkuh cuman Mah… Mah… Mah… jelas-jelas Mama lihat dia pergi sama lelaki waktu itu masih saja dibela.”

“Aduh bagaimana ini kalau Mama sampai tahu obat apa yang Ge dapat. Dia pasti curiga kalau sampai dia melihatnya obat-obatan itu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status