“Maaf, aku tidak sengaja.” “Tidak sengaja bagaimana?” Wanita itu menelisik penampilan Danisa dari atas hingga bawah. “Kau itu tak pantas berada di tempat seperti ini!” hardik wanita itu yang masih terlihat sangat murka. Danisa yang tidak sengaja menyenggol wanita cantik dan hampir terjatuh karena tidak sengaja bersinggungan dengan wanita blasteran Asia dan Eropa itu berniat membantu. Bahkan wanita yang sedang membuka tas dan baru saja mengeluarkan ponselnya itu membuat tas yang tak sengaja kesenggol itu terjatuh. Tapi, dia yang malah murka pada Danisa. Danisa ingin mengambilkan tas yang terjatuh, baru saja bangkit tapi tas yang baru ia am itu ditarik dengan kasar. “Tidak perlu pegang barangku. Ini barang mahal, kau pasti tak akan mampu membeli barang mewah seperti ini.” Danisa, yang sejak tadi berusaha menahan emosi itu membola malas. Nasib buruk apa dia hari ini harus berjumpa dengan wanita sombong tingkat dewa seperti ini. Hanya tas mewah, ia juga punya meski bukan barang
Danisa mengikuti seorang karyawan yang sudah mengajak dirinya untuk masuk ke sebuah ruang perawatan. Ini kali pertama ia melakukan perawatan terbaik di kota ini. Tentu membuat dirinya merasa sangat bahagia sekali. Sore ini dia sangat menikmati harinya dengan sangat gembira. Meski saat datang pertama kali tadi dia harus berjumpa dengan orang yang sangat menyebalkan, ternyata setelah melakukan perawatan pada tubuhnya mampu merilekskan pikiran pikiran yang membuatnya tegang. “Huh, ada saja sifat manusia. Baru kaya seperti itu sudah sombong sekali.” Danisa bergumam pada dirinya sendiri, saat pikirannya kembali melayang atas kejadian yang tidak mengenakkan tadi. Setelah menyelesaikan perawatannya, dan ponselnya berbunyi. Dan usaha yang baru berganti pakaian dan hendak menggunakan sepatunya itu mengurungkan. Dia membeli duduk pada sofa dan mengambil benda pipih yang ada di dalam tasnya untuk melihat pesan dari siapa yang masuk ke dalam ponselnya. “Kau tidak perlu balik ke kantor.
“Aku tidak bisa, Mery. Aku ada acara malam ini. Aku juga sangat ingin hadir di pameran fashion ternama itu. Siapa yang tidak akan mau datang ke sana,” ujar Danisa saat sang teman sosialitanya melakukan panggilan kepadanya. Malam ini akan diselenggarakan sebuah festival Singapore Fashion Week. Merry dan Danisa sebagai salah satu penggemar fashion selama ini tidak pernah melewatkan acara tersebut.Selain akan mendatangkan hasil karya dari desainer ternama, saat mereka datang langsung maka akan mendapatkan harga khusus sebelum hasil rancangan itu terpublikasikan di luar.Menjadi pemilik rancangan pertama tentu akan memberikan kebanggan tersendiri dari pada harus memiliki keluaran yang selanjutnya yang orang lain akan jauh lebih mudah untuk mendapatkannya.Hal itulah yang selalu membuat Danisa dan sesama rekan sosialitanya sering menghabiskan waktu untuk menghadiri acara-acara pameran fashion tersebut.Tapi malam ini, Danisa harus mengurungkan niatnya untuk datang karena dia sudah memil
Danisa berusaha bersikap biasa saja saat berada di dalam mobil berdua dengan atasan dinginnya ini. Dia mengambil paper bag yang sudah ia persiapkan dari apartemennya tadi. Kemudian beralih pada Daren yang masih fokus menatap jalanan yang ada di hadapannya. “Pak, Aku minta maaf. Aku baru ingat jika belum mengembalikan jas milik Bapak saat Bapak tolong saya malam itu.”Danisa mengulurkan paper bag yang ia bawa pada Daren, kemudian tatapannya beralih menuju kursi penumpang di bagian belakang mereka. Danisa berniat menaruh paper bag yang dibawanya tadi ke bagian bangku belakang, karena berpikir Daren yang saat ini sedang mengemudi. Daren melirik sekilas paper bag yang Danisa taruh di bagian bangku belakang, sebelum akhirnya dia membuka suara.“Tak perlu kau kembalikan. Aku bukan orang miskin, yang hanya memiliki satu jas saja.” Daren menjawab dengan nada sombongnya. Bahkan sama sekali dia tidak melirik pada Danisa yang menghela nafas atas jawaban atasannya tersebut. “Astaga, seperti
“Hai, kalian sudah datang?” Tanya Riana, Mama Daren yang tiba-tiba muncul di antara pembatas ruang tamu dan ruang tengah rumah besar itu.Riana terdiam di tempatnya, ketika menyadari siapa wanita yang Daren bawa malam ini untuknya.Riana sama sekali tidak menyangka, jika wanita yang Daren bilang akan dijadikan istrinya itu adalah sekretarisnya sendiri.Danisa yang berada dalam situasi ini pun seketika tidak nyaman. Dia khawatir, jika kehadirannya malam ini mendapatkan penolakan dari Nyonya besarnya tersebut.“Sayang, apa kau tidak salah?” Tanya Riana tak percaya. Sungguh, dirinya sama sekali tidak menyangka jika wanita pilihan putranya itu jatuh kepada sekretarisnya sendiri.Berbeda dengan Danisa yang dibuat cemas dan khawatir jika penolakan yang akan ia dapatkan dari Nyonya besarnya kepadanya. Justru Daren masih berada pada sikap tenangnya yang sama sekali tidak menunjukkan sebuah rasa kekhawatiran.“Hm. Seperti yang Mama lihat, saya akan menikah dengannya. Dan Daren pastikan, jika
Hampir saja Danisa tersedak saat mendengar kalimat Riana yang meminta dirinya dan Daren menikah minggu depan.Dia sama sekali tidak menyangka, jika Nyonya besarnya itu akan mendesak untuk segera menikah secepatnya. Memangnya bisa menikah dalam waktu yang begitu cepat? Bahkan ia sangat tahu jika membutuhkan banyak persiapan yang harus mereka lakukan untuk melakukan sebuah acara pernikahan. Danisa masih terdiam, belum mampu mencerna situasi yang terjadi di meja makan tersebut. Berbeda dengan Daren, pria itu lebih bisa bersikap tenang tanpa menunjukkan sikap berlebihan seperti dirinya.“Kau setuju kan, Danis, jika kalian menikah minggu depan?” tanya Riana, yang tidak ingin kehilangan kesempatan saat putranya memutuskan untuk menikah yang berarti dirinya akan segera memiliki seorang cucu sebagai generasi penerus putranya. Wanita berusia lebih 50 tahunan itu menatap lekat kepada Danisa agar setuju dengan rencananya untuk menikah segera.Danisa menjadi bingung, dia menatap pada Daren yang
Meski Riana bingung dengan keadaan yang terjadi di ruang makan mewahnya tersebut, dia tetap berusaha menetralisir diri untuk menguasai keresahan yang tiba-tiba terjadi dalam dirinya.Dia bangkit dari duduknya, dengan mengulas Senyum manisnya. Riana melangkah menghampiri Marissa yang sudah datang ke rumah mewahnya itu.Marissa, wanita yang berencana akan diperkenalkan Riana kepada Darren-putranya itu berdiri mematung.Dia sedang terkejut atas kehadiran wanita yang dia hina saat melakukan perawatan di sebuah salon kecantikan termewah di pusat kota.Bukan hanya Marissa yang terkejut, Danisa juga terkejut saat mendapati wanita yang sama dilihatnya saat di salon tadi siang. tapi dia berusaha menetralkan diri, meski sejujurnya penuh tanda tanya. Entah kebetulan macam apa ini, Danisa pun tidak mengerti. Tetapi dia berusaha bersikap tenang, dengan mengulas senyum tipis saat melirik pria yang duduk di hadapannya itu tidak menanggapi kehadiran tamu yang datang tersebut.“Tante….” Marissa menol
“Kita ngobrol dulu di ruang keluarga. Mama ingin lebih kenal dekat dengan Danisa. Siapa ahu juga Danisa dan Riana bisa saling kenal lebih dekat,” ajak Riana, setelah makan malam di antara mereka itu berakhir. Dia menatap ke arah Danisa dan juga Marissa secara bergantian. Alih-alih mengurai rasa tidak nyaman yang terjadi dalam dirinya terhadap Marissa. Justru dia ingin mengajak Marissa dan Danisa untuk saling mengenal sehingga menjadi sebuah teman yang akrab.Daren membuang nafas kasar, dia tidak menanggapi lebih memilih fokus pada benda pipih yang sedang dipegangnya itu. Danisa mengulas senyum manisnya, ketika diajak bercengkrama dengan Nyonya besarnya tersebut.“Tentu saja, Ma. Danisa ikut saja mau mama,” jawab Danisa ramah. Sedangkan Marissa yang mendengar jawaban dari wanita asing itu pun semakin terbakar oleh amarah. Dia sama sekali tidak menyangka, jika harus berurusan dengan wanita yang sama sekali tidak dikenal dan sudah ia hina tadi siang.Wanita yang ada di hadapannya itu