Share

7. Kembalikan

"Papa di mana, Ma?!" tanya Naya, saat dirinya yang baru datang dari rumah sahabatnya, hanya bertemu dengan Mama yang baru saja turun dari lantai dua.

"Di ruang kerjanya, memangnya ada apa? Kok tumben, baru masuk rumah sudah nanya Papa? Lagi pula kamu dari mana aja, Nay? Kenapa pulangnya malam begini?"

Mama menjawab sekaligus bertanya pada anak perempuannya yang baru saja memeluk dan mencium ke dua pipi.

"Dari rumah Ivana, Ma," jawab Naya, yang melangkah ke arah kamar yang di jadikan sebagai kantor Papa kalau di rumah.

"Kamu sudah makan malam? Kalau belum, sini temani mama makan," ajak Mama penuh harap.

"Masih kenyang, Ma. Di rumah Ivana tadi, aku terlalu banyak makan gorengan."

Naya menjawab tanpa menoleh.

"Oh iya, sekarang Ivana ulang tahun, ya? mama dan Papa tadinya juga mau ke sana, hanya saja tadi pagi ada insiden tidak mengenakkan sehingga membuat papamu terlupa tentang niatnya tadi."

Langkah Naya tiba tiba terhenti, perempuan cantik itu membalikkan badannya kembali ke arah Mama.

"Insiden tidak mengenakkan, maksud Mama, apa?" tanya Naya dengan wajah penuh selidik menatap Mama.

Naya semakin curiga saat Mama tak menjawab, hanya terdengar tarikan nafas panjang dengan sorot wajah kecewa

"Ada apa sih, Ma?" Naya mengulang pertanyaan yang sama untuk yang ke dua kali.

Naya bahkan membalikkan badan dan melangkah kembali mendekati Mama, dan duduk di kursi kosong tepat di samping perempuan yang telah melahirkannya itu.

"Perempuan yang sudah hampir membuat keluarga kita malu dulu, tadi pagi datang ke sini dan mengatakan permintaan maapnya kepada kita," ujar Mama dengan wajah yang tak bisa di artikan.

"Perempuan? Maksud Mama si Annabelle?" tanya Naya dengan kening mengkerut dan mata menyipit.

"Jadi perempuan set*n itu tadi ke sini?" tanya Naya terdengar bar bar, dengan wajah kembali memerah karena kesal, saat melihat Mama mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Benar benar tidak tahu malu!" desis Naya, setelah terdiam tadi.

"Bella tadi datang untuk mengatakan permintaan maapnya sekaligus meminta restu kepada mama dan papa karena sebentar lagi kakakmu harus menikahinya."

Mama menceritakan apa yang di inginkan Bella, tanpa menunggu anak perempuannya bertanya.

"Lalu?"

Naya tampak tak sabar saat Mamanya kembali menggantung cerita tentang si perempuan yang paling dia benci saat ini.

"Jangan bilang kalau Mama dan Papa merestui mereka?!" tuntut Naya dengan wajah penuh harap.

"Mama dan Papa tidak mempunyai sikap lain lagi, karena Bella sedang hamil saat ini dan anak itu adalah anak Faris."

Mama berkata dengan wajah bingung, dan mata yang sudah berkaca kaca.

"Hamil ...? Apa Mama percaya dengan apa yang di ucapkan si Annabelle?"

"Mama harus bersikap seperti apa Naya? Apa yang dikatakan Bella dibenarkan oleh kakakmu, tidak mungkin untuk tidak memberikan restu karena aku juga mempunyai anak perempuan yang tak ingin bernasib sama seperti Bella."

Seketika mata Naya membulat sempurna saat mendengar apa yang baru saja Mamanya katakan.

"Apa maksud Mama berkata seperti itu?! Ini berbeda, Ma! aku bukan Bella dan tak ada yang bisa membuatku bernasib sama seperti dia, karena aku tak pernah bersikap yang aneh aneh!"

Mama terhenyak, tak pernah sebelumnya dia mendengar Naya bersuara tinggi seperti yang baru saja dia dengar.

"Tapi yang menghamilinya adalah kakakmu!" ujar Mama, dengan suara lebih landai, berharap Naya pun kembali sedikit mengurangi volume suaranya.

"Pantas saja dia tadi berani mengusir Ivana dan menghina aku, ternyata perempuan itu sudah mendapatkan restu dari sini! Kelewatan si Anabelle!"

"Apa maksudmu? Bella mengusir Ivana?! Kamu tidak sedang bercandakan, Nay?"

Wajah Mama terlihat sangat kaget ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Naya.

"Harusnya Mama menolak! Apakah Mama tidak ingat bahwa di rumah yang di tempati oleh anak lelakimu saat ini, ada anak perempuan yang kau rayu untuk menjadi istrinya, dulu?!"

Naya terduduk tak mampu berkata apa-apa lagi dia sangat kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh Mama.

"Jangan berkata seperti itu. Mama ingat, kok! Maka dari itu sebelum Mas dan sahabatmu melangkah lebih jauh, ada baiknya diselesaikan sekarang!" jawab Mama, perlahan duduk di samping

"Siapa yang Mama maksud dengan sesuatu yang diselesaikan sekarang? Sebenarnya ada niat apa lagi waktu mama merayu Ivana untuk menjadi pengganti dari si Annabelle? Benar benar untuk nikah, atau hanya sekedar agar nama baik keluarga tidak tercoreng?!"

"Dengar Naya, apa pun yang terjadi antara Ivana dan Faris, mereka adalah dua orang yang hanya disatukan karena terpaksa, jadi ... Mama dan Papa pikir, salah satu cara agar mereka tidak saling menyakiti, ada baiknya mereka cerai sekarang!"

"Aku setuju! Mas Faris dan Ivana bercerai, tapi tolong ..., kembalikan status sosial Ivana, karena perempuan dengan status janda sering dipandang rendah!" sentak Naya, dengan mata memerah dan basah.

"Saat Mama dan Papa setuju dan mendukung mas Faris untuk menceraikan Ivana, saat itu pula anak perempuanmu ini harus menyiapkan hatinya untuk diperlakukan seperti yang Ivana terima, ini definisi karma yang sebenarnya, Ma!"

Tak menunggu jawaban dari Mamanya, Naya bangun dari duduknya dan melangkah menjauh, menaiki tangga menuju ke kamarnya.

"Bicara dengan siapa, Ma? Kenapa terdengar seperti sedang berdebat?" tanya Papanya Naya yang baru saja keluar dari ruang kerja dan mendapati Mama yang berdiri tercenung menatap Naya yang sudah tak terlihat di tangga.

"Dengan Naya—"

"Ada apa? Kenapa wajahnu jadi beraura beda?"

"Aku merasa telah melakukan hal yang jahat jika melakukan apa yang sudah kita sepakati tadi siang."

"Ini tentang Faris?"

"Naya benar, apa yang kita lakukan itu yang akan menjadi karma untuk keluarga kita, bukan karena Bella. Dia yang salah, pergi sesuka hati dan datang dengan keinginan yang memaksa kita mengabulkannya," ujar Mama, setelah sebelumnya menganggukkan kepalanya.

Hening sesaat ....

Berulang kali mata kedua pasutri itu terlihat saling pandang dalam diam.

"Sudahlah, Ma. Tak usah kita pikirkan lagi, besok aku yang akan bicara dengan Faris. Bagaimana pun juga yang tahu tentang rumah tangga mereka adalah yang menjalani bukan?"

Papa menghela nafas panjang, bangkit dari duduknya dan bergegas melangkah menaiki tangga, dengan dibuntuti mama dari belakang.

"Pa ... Apakah ini tidak bisa dibatalkan, Iva ulang tahun bulan ini, dan kita malah memberikannya hadiah perceraian. Bagaimana jika nanti Naya diperlakukan sama oleh mertuanya?!"

Mama menghela napas panjang saat lelaki yang dia ajak bicara tak memberikan reaksi apa pun atas pertanyaannya tadi.

"Pa ... Aku merasa menjadi orang paling jahat saat ini, karena tadi Naya cerita kalau Bella sudah berani mengusir Ivana."

Papa tiba tiba menghentikan langkah di tengah tangga, terlihat jelas betapa kaku sikap lelaki separuh baya itu setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri yang ada di balik punggungnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status