Share

6. Barang Yang Sudah Aku Beli

Keesokan  harinya Ilyin pergi ke rumah sakit. Wanita itu telah diberitahu oleh  Erina bahwa operasi ibunya berjalan lancar kemarin.

Ilyin memasuki ruang rawat ibunya, tatapannya langsung jatuh ke wajah rapuh ibunya yang pucat.

"Bu, aku di sini." Ilyin bersuara pelan. Dia menggenggam tangan ibunya yang dingin.

Perasaan Ilyin campur aduk, dia pikir dia akan kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.

Ilyin  tidak banyak bicara, dia hanya memandangi ibunya. Dia tidak akan  bercerita pada ibunya tentang apa saja yang telah dia lalui selama  beberapa waktu terakhir ini.

Pintu  ruangan terbuka, sosok Damian terlihat di sana. Pria itu mendekati  Ilyin. Kerinduannya pada wanita itu akhirnya tidak tertahankan.

"Ilyin."

Ilyin  terkejut mendengar suara Damian. Wanita yang tadinya duduk di kursi itu  langsung berdiri. Damian tidak seharusnya berada di sini, apalagi saat  dia juga berada di sini.

Sebuah  pelukan yang tiba-tiba membuat Ilyin semakin terkejut. Dia berusaha  mendorong Damian. Di depan ada Erina, jika Erina melihat tentang hal ini  dan melaporkannya pada Kallion maka hanya Tuhan yang tahu apa yang akan  terjadi pada Damian selanjutnya.

"Damian, lepaskan aku."

Damian menolak. "Ilyin, sebentar saja. Aku sangat merindukanmu."

Tidak bisa. Ilyin tidak bisa membiarkan Damian memeluknya lebih lama.

"Damian, tolong." Ilyin bersuara sekali lagi sembari mendorong Damian lebih kuat.

Hati  Damian sakit mendengar suara Ilyin yang tampak enggan menerima  pelukannya. Dia akhirnya melepaskan pelukannya pada tubuh Ilyin.

"Bagaimana  kondisi Ibu?" Damian beralih pada ibu Ilyin. Dia datang ke sini setelah  mengetahui dari asisten pribadinya bahwa ibu Ilyin telah dioperasi.

"Operasi  Ibu berjalan lancar." Ilyin ingin segera mengusir Damian dari ruangan  itu, tapi dia masih tidak cukup tega karena Damian datang ke sana untuk  menjenguk ibunya.

"Ini  untuk Ibu." Damian menyerahkan buket bunga yang harum pada Ilyin. Itu  adalah bunga favorit ibu Ilyin, dan Damian tidak pernah melupakannya.

"Terima kasih." Ilyin meraih buket bunga itu. "Damian, jika kau sudah selesai silahkan tinggalkan tempat ini."

"Aku belum berada di sini lima menit, tapi kau sudah ingin aku pergi. Apakah kau tidak ingin melihatku sama sekali?"

"Damian, mengertilah." Ilyin putus asa. Semakin lama Damian berada di dekatnya maka itu semakin berbahaya bagi Damian.

Akan  tetapi, semuanya terlambat. Pintu terbuka. Sosok dominan Kallion ada di  sana. Wajah pria itu suram dan dingin seperti biasanya.

Melihat keberadaan Kallion di sana membuat Ilyin merasa tercekik.

"Damian, pergi dari sini!" Dia segera mengusir Damian lagi.

"Ilyin, kau benar-benar berani." Suara dingin Kallion menembus tulang Ilyin.

Damian  kembali berhadapan dengan Kallion, dia selalu membenci aura superior  yang dimiliki oleh Kallion, hal itu membuatnya tampak kecil jika  dibandingkan dengan Kallion.

Kallion berdiri di sebelah Ilyin, tangannya memeluk pinggang Ilyin. "Kau memiliki nyali bertemu dengan pria lain di belakangku."

"Ini tidak seperti yang ada di pikiranmu. Damian datang ke sini untuk menjenguk Ibu." Ilyin segera menjawab.

"Apakah  seperti itu, tapi aku mencium aroma pria lain di tubuhmu. Aku  benar-benar benci barang yang sudah aku beli disentuh oleh orang lain."  Kallion memiringkan wajahnya menatap Ilyin. Lalu kemudian pria itu  bicara lagi. "Haruskah aku  memotong tangan orang lancang itu?"

"Tidak!" Rasa takut segera menyergap Ilyin.

"Tuan Kallion, kau tidak bisa bersikap sesuka hatimu!" Damian menahan amarahnya.

"Damian, pergi dari sini!" Ilyin menatap Damian khawatir.

"Aku  tidak bisa bersikap sesuka hatiku?" Kallion tertawa mengejek. "Kau  salah, aku bisa bersikap sesuka hatiku karena aku adalah Kallion  Heinrich!"

Detik  berikutnya Kallion mencium bibir Ilyin dengan rakus di depan Damian. Dia  akan menunjukan pada Damian sejauh apa dia bisa berbuat.

Dada Damian dipenuhi oleh kemarahan saat ini. Dia ingin meledak melihat pemandangan di depannya.

Ilyin mencoba mendorong Kallion, tapi kekangan Kallion lebih kuat.

Apa  yang dilakukan oleh Kallion selanjutnya lebih mengejutkan bagi Ilyin.  Pria itu menurunkan resleting dress yang dia gunakan dengan paksa, lalu  kemudian membukanya tanpa bisa dia cegah.

Kali  ini dia dipermalukan di depan Damian. Kallion, pria tidak berperasaan  ini sangat tahu bagaimana cara menghancurkan hati dan menginjak-injak  harga diri orang lain.

Kallion  menjatuhkan bra yang dikenakan oleh Ilyin ke lantai. Damian melihat  benda itu dengan matanya yang memerah. Rahang pria itu mengeras, dia  bergeraklalu meraih bahu Kallion dan hendak memukuli Kallion.

Akan  tetapi, menyentuh Kallion tidak akan semudah itu. Alih-alih memukul  Kallion, Damian terhuyung ke belakang karena tendangan Kallion.

"Damian!" Ilyin bersuara tercekat.

Kallion  mendekati Damian, mencekik leher pria itu dengan kaut. "Ini peringatan  pertama dan terakhir dariku untukmu, Tuan Damian. Jangan pernah berani   menyentuh barang yang sudah aku miliki, atau kau akan kehilangan kedua  tanganmu!"

Wajah Damian memerah karena sakit dan kesulitan bernapas.

"Kallion, lepaskan Damian!" Ilyin tidak tahan lagi. Dia ingin meledak karena rasa tidak berdaya yang membelenggunya saat ini.

Kallion  melepaskan tangannya dengan kasar, dia segera berbalik dan kembali  mendekati Ilyin. Dia melanjutkan apa yang tadi sempat terhenti.

Damian  tidak bisa melihat lebih banyak, dia akan mati karena penghinaan dan  rasa sakit. Pria itu keluar dari ruang rawat ibu Ilyin dengan ekspresi  muram. Dia masuk ke dalam mobilnya dengan kasar.

Tangan Damian melonggarkan dasinya dengan kasar, dia membuka kancing teratas kemejanya. Dia merasa tercekik.

Sekarang  dia tahu dari mana Ilyin mendapatkan uang untuk operasi ibunya, itu  pasti dari Kallion. Dia tidak mengerti kenapa Ilyin lebih memilih untuk  menerima uang Kallion daripada uang darinya.

Barang yang sudah aku beli? Damian mengingat kalimat yang diucapkan oleh Kallion beberapa saat lalu.

Apakah mungkin Ilyin menjual dirinya sendiri pada Kallion?

"Sialan!"  Damian memaki geram. Dia membenci kenyataan bahwa dia tidak bisa  melakukan apapun sekarang. Dia membenci kenyataan bahwa dia dikalahkan  oleh Kallion. 

Seperginya  Damian, Kallion melepaskan Ilyin. Dia menyeret Ilyin ke dalam kamar  mandi. Menyalakan air dan mengarahkan selang air pada Ilyin. Dia sedang   membersihkan aroma Damian dari tubuh Ilyin.

Setelah puas melampiaskan amarahnya, Kallion melemparkan selang itu dengan kasar ke lantai.

"Erina!"

Erina  masuk ke kamar mandi karena panggilan Kallion. Wanita itu tahu bahwa  dari suaranya, atasannya itu sedang sangat marah sekarang.

Sebuah tendangan mengarah ke perut Erina, tendangan itu kuat dan terarah. Punggung Erina menabrak dinding dengan keras.

Namun, Erina tidak meringis atau mengeluh. Wanita itu segera berdiri tegak lagi.

"Ini adalah kesalahan pertama dan terakhir yang bisa kau perbuat, Erina."

"Saya  mengerti, Tuan." Erina menjawab patuh. Dia tidak meminta maaf atas  kesalahannya karena dia tahu bukan permintaan maaf yang dibutuhkan oleh  atasannya.

"Bersihkan tubuhnya, bawa dia kembali ke hotel setelah selesai!"

"Baik, Tuan."

Kallion  segera pergi meninggalkan tempat itu dengan suasana hati yang sangat  buruk. Kekhawatiran Ilyin pada Damian membuatnya sangat ingin membunuh  Damian. Hubungan keduanya memang sudah berakhir, tapi perasaan Ilyin  untuk Damian masih ada. Dan dia membenci itu.

Begitu  mudah bagi Ilyin untuk melupakannya dan mencari cinta yang baru,  sementara dirinya tidak pernah bisa melupakan bayang Ilyin sedikit pun.

Rasa  sakit ditinggalkan, rasa sakit karena menahan kerinduan dan rasa sakit  karena tidak tahu di mana letak kesalahannya masih berdenyut menyiksa  sampai detik ini, tapi Ilyin tidak merasa bersalah sedikit pun atas rasa  sakit yang ditimbulkan oleh wanita itu padanya.

Cintanya  pada Ilyin terlalu dalam, oleh sebab itu kerusakan yang Ilyin  tinggalkan padanya setelah kepergian wanita itu sangat besar.

Dan  sekarang Kallion merasa dirinya begitu bodoh, dia tersiksa karena  kepergian Ilyin, tapi di tempat lain Ilyin bahkan tidak memikirkannya  sama sekali. Wanita itu menjalin hubungan dengan pria lain.

**

Ilyin dibawa kembali ke hotel oleh Erina. Sekarang dia sudah benar-benar seperti tahanan yang tidak bisa bergerak bebas.

Bahkan  untuk menjaga ibunya di rumah sakit pun dia tidak diperbolehkan.  Hidupnya saat ini menjadi lebih menyedihkan dari sebelumnya. Entah  sampai kapan dia akan berada dalam situasi ini.

Ilyin  berdiri di sebelah dinding kaca, pandangannya  jatuh ke luar. Saat ini  menikmati dunia luar akan menjadi sesuatu yang  mahal baginya.

Dia tidak tahu sejauh mana dia mampu bertahan dalam situasi yang menyesakan dada ini.

Lelah,  Ilyin membaringkan tubuhnya ke ranjang, ketika dia menutup  matanya  semua bayangan penghinaan yang dilakukan Kallion berputar menyiksanya.

Mata Ilyin terbuka kembali, tatapannya saat ini kosong dan hampa. Sudah tidak pernah terlihat lagi jejak kebahagiaan di sana.

Ilyin  berharap bahwa apa yang dia lalui saat ini hanyalah mimpi. Namun,  sekali lagi dia telah dihancurkan oleh harapannya lagi. Ketika dia  membuka matanya, dia harus menghadapi bahwa semua yang telah terjadi  adalah kenyataan.

tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status