Saqina Mazaya keluar merangkak dari rumah dengan tangan yang meremas perut, dia menahan rasa sakit luar biasa yang perlahan menjalar menyebar dari perut buncitnya itu. Sampai di teras rumah, tenaganya terasa hampir habis. Mati-matian dia menahan rasa sakit agar bisa keluar rumah meminta pertolongan barangkali ada seseorang yang lewat dan menolongnya. "To-tolong …," suara Saqinna lirih terdengar begitu memilukan. Tubuhnya ambruk tergeletak di atas lantai yang dingin. Deru nafasnya mulai tak beraturan, bahkan dia berpikir mungkin ini adalah saat dimana ajalnya akan menjemput. Butiran bening kembali membasahi pipinya. Dia merasakan sebuah cairan hangat merembes di balik rok yang dia pakai. Perlahan kesadarannya mulai lenyap hingga gelap menyergap. *** Aku mengerjapkan mata
"Maaf mas, aku menolak keinginanmu. Aku tak mengizinkan kamu menikah dengan Ayu." ucapku lugas.Brakk!Aku terkejut saat Ayu memukul meja dengan keras. Matanya menatapku dengan pandangan penuh amarah. Baru kali ini aku melihat sorot matanya sangat berbeda. Tak seperti biasanya dia seperti ini bahkan sampai memukul meja. Dia adalah perempuan lemah lembut yang tak mungkin berlaku kasar seperti ini."Berani-beraninya kamu menentang keinginan kami yang ingin menikah! Dasar perempuan tak tahu diri!" Ayu menudingku dengan hujatan yang begitu menyayat perasaanku.Buk
Hubunganku dengan Mas Rama memang penuh lika-liku sejak awal. Perjuangan mendapatkan restu dari kedua orang tuaku adalah halangan yang paling sulit di antara yang lain.Ayah dan Ibu menentang sebab saat itu calon suamiku itu belum memiliki pekerjaan tetap. Meskipun begitu aku tetap memberikan support padanya dan terus berusaha membujuk kedua orang tuaku untuk memberikan restu pada kami.Kedua orang tua dari Mas Rama sudah seperti orang tuaku sendiri. Mereka begitu menyayangiku layaknya anaknya sendiri bahkan aku sangat menyayangi mereka seperti orang tuaku juga.Akhirnya setelah sekian lama berjuang, kami mendapatkan restu dari orang tuaku dan kebet
Mas Rama memandangku dengan wajah mengiba. Biarlah. Aku sudah tak peduli lagi dengan perasaannya. Andai dia tak terlalu menyakitiku, aku mungkin masih berpikir dua kali untuk membongkar tabiatnya itu. Tapi, dia bahkan tak memikirkan perasaanku sama sekali. Untuk kali ini, aku tak ingin membelanya lagi."Sebenarnya, sebelum aku keguguran … Mas Rama dan Ayu sudah mengutarakan niat mereka untuk menikah. Tapi aku menolaknya." ujarku seraya menatap wajah tegang suamiku itu."Kami bertiga berdebat hebat, sampai akhirnya Mas Rama menendang perutku lalu meninggalkanku begitu saja dengan keadaan sekarat." lanjutku lagi.Air mataku sudah tak bisa kubendung la
Tok! Tok! Tok!Suara pintu diketuk dari arah luar membuyarkan lamunanku. "Boleh aku masuk, Sayang?" Suara yang begitu ku kenal, ya … suara dari suamiku.Aku tak menjawab, malas rasanya harus kembali bertemu. Masih ada sesak di dada yang tersisa. Aku memejamkan mata, tak ingin melihat wajahnya. Pintu terbuka perlahan, mas Rama masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu perlahan. Dia berbalik menatapku lalu berjalan mendekat lalu mendudukan diri di atas kasur.Kurasakan sebuah jemari memijat lembut kakiku. Aku tetap memilih diam tak bereaksi dengan apa yang lelaki itu lakukan. Entah ada angin apa sehingga dia memijat lembut diriku, sudah pasti dia ingin
Rama's POVAku tidak pernah menyangka jika keinginanku ingin menikah lagi hampir membuat rumah tanggaku hancur. Bahkan kehilangan calon bayiku. Sejujurnya, aku masih sangat mencintai istriku, Saqina. Tapi, bukankah perasaan memang bisa berubah dan terbagi? Bagiku, keinginan ini wajar saja. Apalagi tak ada salahnya aku menjadikan Ayu sebagai adik madu untuk Saqina. Apalagi, aku sangat mengenal Ayu, jauh sebelum aku dan Saqina menikah. Tapi, justru keinginanku ini membuat istriku marah besar.Padahal apa salahnya? Aku yakin bisa adil dalam hal perasaan dan materi. Apalagi, Saqina kini sudah bekerja membantu keuangan kami. Aku tak perlu terlalu memusingkan masalah nafkah, karena aku yakin sekali, Saqina bahkan menyayangi Ayu seperti adiknya, masalah nafkah tak mungkin jadi perkara.🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼Pagi itu, Ayu datang ke rumah untuk bertemu dengan istriku, memang sudah cukup lama mereka tak bertemu. Berbeda denganku, hampir setiap hari kami bertemu, jika tak bertemu maka masih ada ca