Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
"Panglima Longwei, lama kita tidak bertemu," kekeh Panglima musuh dengan zirah berwarna hitam membalut tubuhnya.Longwei, panglima yang diutus oleh kahyangan para dewa untuk menumpas pasukan jiwa iblis menatap sosok di depannya dengan tajam.Pria berbadan tegap di depannya dulunya adalah sahabat karibnya semasa mengabdi pada para Dewa kahyangan.Namun, sebab pengaruh jahat jiwa Iblis yang misterius, sahabatnya itu kini berbalik melawan para dewa Kahyangan."Geming, aku ulang sekali lagi. Hukum kahyangan sangat berat, kau masih ada waktu untuk merubah pikiran," ucap Longwei menatap tajam pria yang saat ini berdiri di hadapannya.Geming tertawa kencang, bahkan dia tidak gentar sedikitpun. Pria itu melayang mendekati Longwei yang bersiap dengan pedangnya."Apa kau buta, Longwei?! Para dewa hanya memanfaatkan orang-orang seperti kita untuk kepentingan mereka! Pada akhirnya nyawa yang kita miliki hanya alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka!" ucap Geming seraya menatapnya tajam.Longwei
Longwei menatap dalam paras wanita yang duduk di hadapannya. Wanita itu sibuk mengecek suhu badan Longwei dan mengajukan beberapa pertanyaan. Namun telinga pria tersebut seolah tuli, dia tidak mendengar apapun kecuali mata yang lekat menatap wanita itu. "Tuan? Apakah kau mendengar ku?" tanya Wanita itu melambaikan tangannya ke hadapan Longwei. Longwei memeluk wanita tersebut, buliran air mata mulai menetes membasahi pipi. Semua perasaan bahagia bercampur haru menyelimuti hati pria itu. "Maaf Tuan, apakah anda baik-baik saja?" tanya Wanita itu melepas pelukannya. "Maaf," ucap Longwei singkat saat pelukannya berhasil di lepaskan. Mata Longwei menyapu sekitar, sepertinya dia tidak berada di negri kahyangan melainkan di bumi. Tatapannya kembali pada Wanita yang duduk di hadapannya sambil menyodorkan segelas obat. Wanita itu tampak asing padanya, seolah dirinya lupa kalau pernah kenal dengannya. Semua kemungkinan buruk mulai berkeliaran di otak Longwei sampai dia menaruk kesimpulan
Tandu yang ditarik oleh dua ekor kuda melewati hutan lebat yang menyeramkan. Hutan dengan banyak pepohonan rindang masih di tambah angin malam yang begitu menusuk membuat suasana begitu mencekam.Suara gesekan ranting dan dedaunan yang diterpa angin membuat hawa terasa lebih mencekam. Para prajurit juga merasakan hal yang sama. Bulu kuduk merinding, terlihat sosok hitam kelam dengan tubuh yang amat besar mendekati mereka. Tandu yang di naiki Ling bergoyang dan hampir saja terbalik. Di saat bersamaan terdengar suara pedang yang saling bergesek. "Astaga, makhluk apa itu?" Ling terbelalak ketika membuka jendela tandu.Dia melihat seekor rubah dengan sembilan ekor yang cukup besar. Tingginya kurang lebih dua ratus meter, masih di tambah ekor yang menjulang di langit.Sepuluh prajurit mencoba melumpuhkan makhluk itu, tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk itu. Hanya dengan sekali kibasan ekornya semua prajurit tergeletak.Ling segera keluar tandu untuk membantu prajurit melawan siluman
Kereta kuda sampai di sebuah pedesaan, beberapa orang mengetahui kalau yang lewat adalah kereta dari kerajaan. Banyak orang yang memberi hormat. Sesekali terdengar teriakan orang yang menangis kesakitan. Ling hanya menutup mata, bibirnya mengatup rapat. Dia tak kuat melihat kepedihan rakyatnya. Longwei mengintip dari balik kelambu. Matanya terbelalak, jantungnya terasa teriris melihat semua ini. Banyak orang yang tergeletak di pinggir jalan, tubuh mereka di penuhi luka yang mengeluarkan darah. "Sejak kapan mereka terserang wabah seperti ini," tanya Longwei penuh selidik. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan lima kota di negri Qing sudah kehilangan penduduknya karena penyakit itu," ucap Ling menghapus air mata yang terus berderai. "Selama itu pula kami mengadakan ritual penyucian, tapi semua tidak membuahkan hasil. Penyakit tetap menyebar dan banyak gadis mati sia-sia," lanjut Ling bercerita. "Sudah hampir dua tahun aku mencari sosok naga hitam itu, aku berharap bisa menyelamatkan m