Foto-foto yang memperlihatkan kedekatan antara Karel dan Alexa pun dengan cepat tersebar di dunia maya, termasuk oleh Meita dan Arga, mantan suami Alexa yang bersyukur mantan istrinya telah mendapatkan calon pasangan. "Wah, pinter juga Al, nyari laki tajir kek gini," ucapnya pada sang istri, Dila. "Kenapa Al, Kang?" tanya Dila. "Lihat nih, Alexa lagi pacaran sama bule, kalau nggak salah direktur perusahaan apa lah," jawab Arga. "Wah, cakep tuh. Kalau Al nikah sama itu bule, lumayan Kang. Akang nggak perlu ngirim duit lagi, kan sudah ada yang nanggung biaya anak-anak," ucap Dila. "Nah, itu yang kita mau kan? Biar uangnya bisa kita pakai jalan-jalan. Sudah lama nih, kita nggak ke Singapura!""Iya, sudah tiga bulan kita nggak shopping ke Singapura, aku kan pingin belanja sepatu, tas, jam tangan baru, yang jelas bukan yang pasaran, yang banyak di mal-mal disini," ucap Dila sambil bergelayut manja pada lengan Arga. Arga pun tersenyum mesra dan mengecup kening Dila, sambil berucap sini
Matahari mulai meredupkan sinarnya dengan bergeser ke arah barat, menunjukkan senja segera tiba. Stand-stand pameran telah sepi dari pengunjung, bahkan sebagian dari mereka telah mengemas dagangan mereka dan bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan stand katering milik Alexa, yang telah rapi dan menyisakan kantong-kantong berwarna hitam berisi sampah. "Bu, saya langsung pulang, ya," ucap salah satu pegawai Alexa."Iya, kalian duluan aja. Saya masih ada perlu sebentar," sahut Alexa. Beberapa saat kemudian, Alexa terlihat berjalan menemui Sekar yang tengah menunggunya. "Yuk, kita jalan," ajak Alexa. "Eh, jalan? Mau jalan ke mana? ""Ke hatimu," canda Alexa sambil mengedipkan satu matanya. "Ish gelai! Kambuh?""Iya, belum dapat asupan es krim," jawab Alexa sambil tersenyum. "Wah bahaya. Eh tapi!""Tapi apa?!""Gimana tadi sama Pak Karel?" tanya Sekar. "Gimana apanya?" tanya Alexa balik. "Jadian nggak?"Alexa pun melayangkan pukulan ke lengan adik sepupunya itu. "Jadian dari Hon
"Apakah kamu kembali menyukai Alexa?"Mendengar pertanyaan sang bunda, Karel memejamkan matanya lalu merubah posisinya, dari bersandar menjadi sebaliknya. Ia mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan menyangga kepalanya, menandakan beban pikirannya yang rumit. "Entahlah, Ma. Mungkin aku menyukainya, mungkin rasa itu masih ada sampai saat ini, tapi entahlah, Alexa tetap seperti yang dulu, yang tidak memperdulikan rasa cintaku padanya," lanjut Karel. Sang bunda pun berpindah duduk ke samping putra pertamanya itu, lalu mengelus-elus kepala putra yang sekaligus telah menjadi kepala keluarga sejak usia belasan tahun. Karel pun meletakkan kepalanya di atas pangkuan sang bunda. "Karl, sekarang adalah masa dimana seharusnya kamu menikmati hidupmu, jangan kamu bebani dengan pikiran yang tidak perlu. Usiamu bukanlah remaja lagi, dimana trial and error sudah tidak berlaku di usiamu yang nyaris setengah abad. Do what you think is right, nggak usah overthinking, just relax. Kamu dapat
"Alexa! Al! Answer me, Al!" teriak Karel setengah panik. Setelah itu, terdengar suara telepon dimatikan, Karel pun memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya. "Why, Al? Why?" lirih Karel kemudian. Perlahan rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi, kemacetan pun semakin menjadi. Akhirnya Karel membatalkan rencananya untuk menemui Alexa dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dalam rintik hujan yang semakin lama semakin deras, membuat suasana hati Karel semakin kelabu. Di kegalauan hatinya, ia hanya dapat berharap agar Alexa melunakkan hati untuknya. Sementara itu, Alexa tengah memandang hujan yang membasahi jendela kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk. "Karl, why? Why now? Bukan dua puluh tahun yang lalu!""Aku bukan Al yang dulu lagi, Karl. Aku bukan Al yang selalu menjadi telingamu. Aku lelah, aku capek akan romantisme yang tidak jelas! Lalu sekarang kamu ingin menjelaskannya? Kamu ingin mengakhir pertemanan kita menjadi hubungan percintaan?""Aku nggak sanggup, Karl. A
Alexa kembali ke rumahnya dengan hati yang dipenuhi dengan tanda tanya akan masa lalu Karel yang tidak diketahuinya. "Aku nggak mungkin nanyain langsung ke Karel, bisa bahaya kalau salah-salah. But, apa sih? Wait, jangan-jangan masalah narkoba itu yang Meita maksud? Ah itu aku sudah tahu, but he's totally sober now. Trus masalahnya apa? Penggelapan dana? Mafia? Haish ini sudah seperti sinetron atau drama Korea!""Sudah ah, aku nggak mau ambil pusing tentang Karel. Sepanjang nggak ada efeknya di aku, ngapain ribet! Toh, kayak aku punya hubungan spesial sama dia, kan nggak? Dari dulu juga nggak. Karel tetap Karel yang nggak pernah memandang aku lebih dari temen curcolnya, titik nggak pake koma!""Jadi kamu jangan GR, kalau Karel baik sama kamu, Al. Karel memang baik, itu aja. Dia memang baik ke semua orang, jadi kamu sebenarnya nggak mendapatkan perlakuan lebih dari Karel," ucap Alexa kepada dirinya sendiri untuk menetralkan hatinya. Kali ini Alexa kembali menipu dirinya sendiri dengan
Sepekan pun berlalu, baik Alexa ataupun Karel masih tetap dalam keheningan dengan harapan semua rumor yang beredar akan menguap tanpa menyisakan sedikitpun berita tentang kedekatan mereka. Tetapi, keheningan itu harus terusik dengan munculnya foto-foto lama Alexa dan Karel, saat masih berseragam putih biru. Foto-foto dimana mereka berdua tergabung dalam kegiatan-kegiatan OSIS. Walaupun dalam foto-foto tersebut tidak memperlihatkan hubungan khusus diantara mereka berdua, tetapi sudah cukup untuk membuat sebuah opini publik akan kisah cinta keduanya. Di saat akhir pekan pun dinikmati Karel untuk bertemu dengan Mario di sebuah coffeeshop, setelah menghabiskan waktu bermain golf bersama. "Wah Karl, kamu benar-benar menjadi selebriti dadakan!" seru Mario penuh semangat, setelah melihat sahabatnya muncul di berbagai berita media online. "Karl, kenalin gue ke Alexa, dong! Gue mau tahu, secantik apa orangnya sampai-sampai seorang Karel bisa tiba-tiba bergerak!""Maksud Lo? Gue selama ini
Hari berlalu, pekan pun dilalui dan bulan pun dilewati tanpa adanya perkembangan hubungan antara Karel dan Alexa. Keduanya sama-sama dalam posisi diam, tanpa berharap suatu apapun. Aktivitas Karel dan Alexa pun berjalan seperti biasa dan rumor kedekatan mereka berdua pun menguap begitu saja dengan seiring berjalannya waktu. Meita pun merasa lega dengan tidak terjadinya kedekatan lebih lanjut antara mantan suaminya dengan Alexa. Tetapi efek dari hubungan menggantung antara Karel dan Alexa, dirasakan benar oleh Sekar yang kembali mendapatkan mode kulkas dari atasannya itu. Wajah kaku tanpa senyum, berjalan cepat tanpa melihat sekelilingnya, serta jam makan siang yang kembali dilewatkan oleh Karel. Maka dari itu, Sekar pun memberanikan diri untuk bertanya akan masalah yang dialami oleh atasannya itu. "Pak permisi, boleh saya masuk?" tanya Sekar dengan membuka sedikit pintu ruangan kerja Karel. "Masuk," jawab Karel. Sekar pun memasuki ruangan Karel lalu duduk di depan meja kerjanya.
Mendengar namanya dipanggil, Alexa segera mencari arah suara tersebut, yang ternyata berasal dari seorang wanita paruh baya, sekitar lima-enam tahun lebih muda dari sang bunda. Mata Alexa pun terbelalak setelah menyadari siapa wanita yang menyapanya. "Ibu, Mamanya Karel kan?" tanya Alexa. "Iya, saya mamanya Karel, ternyata ingatan kamu cukup baik, padahal terakhir Mama ketemu kamu di acara resepsi Karel, dua puluh tahun yang lalu," jawab mama Karel. "Ibu juga ingatannya kuat, masih ingat saya, padahal saya kan teman ada, tetapi tiadanya Karel," canda Alexa. "Ada dan tiada, bagaimana? Kamu itu adalah teman yang Karel butuhkan, selalu ada untuk telinganya dan selalu ada untuk memarahinya," balas ibu Karel, juga dengan bercanda. "Kalau untuk marahin Karel, sepertinya kebalik tuh, Bu. Soalnya, selama saya berteman sama Karel, lebih banyak dia yang ngomelin saya, tuan bawel pokoknya," seloroh Alexa yang membuat ibunda Karel tertawa. "Eh, kebetulan kita ketemu disini. Selesai belanja,