"Kenapa terus mengikutiku?" "Hei nona Dawson yang cantik, aku hanya menuju jalan keluar. "Ashton menunjuk papan yang bertuliskan EXIT yang berada di atas pintu keluar bandar udara di LA Amerika. Merasa terpatahkan dugaannya, Rihana melangkah secepat mungkin untuk menghindar dari Ashton. "Kamu kenapa berdiri di sini?" "Oh Godddd, tentu sedang menunggu jemputan nona. Memangnya kau pikir aku sedang apa disini?" Ashton tertawa geli. "Terserah kau saja." Tak berapa lama muncul George asisten Daddynya Rihana, melambaikan tangan dari arah pintu masuk. Seketika mata Rihana melotot, melihat papan yang bertuliskan ASHTON GARNER, di pegang oleh George. George mengedarkan pandanganya mencari-cari seseorang. "George George haiiiii, aku disini." Rihana berteriak sambil melambai-lambaikan tanganya. George mendekat ke arah Rihana." Maaf nona, tuan besar juga menyuruh saya untuk menjemput seseorang bernama Ashton Garner. "Untuk apa?" Tanya Rihana." "Tuan tidak memberitahukan alasanya nona, s
Pagi ini Rihana sedang melakukan joging di tepi pantai. Sebenarnya bentuk tubuhnya bisa di bilang kurus karena mirip dengan para model papan atas yang melakukan diet ekstrim.Rihana bersyukur karena gen Momynya menurun, sehingga sebanyak apa pun porsi makanan yang di makannya tidak akan membuatnya gemuk. Rihana melakukan olahraga rutin karena ingin menjaga staminya yang sudah terbiasa melakukan traveling dari negara satu ke negara lainya."Kita memang berjodoh." Ashton sudah muncul tiba-tiba, dan berhasil menghancurkan mood Rihana pagi ini."Kau lagi." Rihana memutar bola matanya ke atas."Hei tunggu." Ashton berlari mengejar Rihana yang menghindarinya. Sedangkan banyak mata lapar para wanita pengunjung pantai menatap Ashton yang topless menampakan otot-otot di perutnya yang terlihat lebih seksi oleh tetesan aliran keringat."Kalau hanya mau pamer otot di perutmu, tidak usah dekat- dekat denganku." "Pamer?" Ashton bingung."Tidak usah sok polos, lihatlah mata cewek-cewek di pantai, da
Sudah satu minggu ini Rihana bekerja di kantor resort milik Daddynya. Tidak ada kendala yang berarti dalam pekerjaanya. Selain karena Rihana lulusan dari jurusan bisnis managemen, ia juga sering menjadi brand ambassador dari beberapa produk kecantikan yang menjadikannya punya sedikit pengalaman dari pemasaran suatu produk. Bahkan ia sering di tawari untuk menjadi seorang model profesional beberapa merek pakaian. Ia selalu menolak tawaran tersebut karena tidak mau terikat dengan kontrak yang bisa membelenggunya dari kebebasan. Lain halnya soal pekerjaan yang berjalan lancar, soal calon suami yang belum ia temukan untuk di kenalkan kepada Daddynya membuat ia frustasi. "Aaaaaaa." Rihana meremas rambutnya, Ia menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya. "Ting." Notif dari akun jodoh onlinenya berbunyi tanda ada sebuah pesan masuk. Ia ragu untuk membukanya karena selama ini yang ingin mengajak kencan semuanya tidak ada y
"Ana kau terlihat lebih cantik di bandingkan dengan photo di medsosmu." "Hah kau merayuku, Ben." "Sungguh aku, tidak sedang menggombal. Eh tunggu dulu, sepertinyaaa aku pernah melihatmu.Dimana yaaa."Benedict mengerutkan keningnya. "Mungkin wajahku pasaran." Rihana menggidikan bahunya. "Ahaaa, kau adalah seorang youtuber yang terkenal itu'kan." "Jeli juga pengamatanmu Ben." Rihana mengangkat satu ibu jarinya. "Wah sungguh beruntungnya aku bisa berkencan dengan seseorang yang terkenal." "Jangan lebay Ben, Sepertinya kau juga bukan orang biasa." Rihana mengangkat ponselnya yang menampilkan photo dan bio Benedict Garner di sebuah laman situs internet. "A ha ha ha selain cantik dan terkenal, ternyata kau juga sangat cerdas Ana. Aku semakin tertarik." Ben meraih tangan Ana dan mencium punggung tangannya.
"Three some." Rihana menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya, sudah satu minggu sejak kejadian insiden kencan itu terjadi namun ia masih merasa malu bila mengingatnya. Bahkan ia mengabaikan pesan-pesan dari Benedict yang setiap hari masuk ke akun sosmednya yang ingin mengajaknya untuk kembali bertemu. "Hah sungguh memalukan." Rihana masih saja bergumam sambil malas-malasan duduk di kursi kebesarannya. Suara ketukan pintu menyadarkan Rihana untuk merapikan rambutnya yang acak-acakan karena ulahnya sendiri. "Masuk." George muncul dari balik pintu. "Nona kita dalam masalah besar." George mengatakan dengan wajah yang sedikit pucat. "Masalah apa George?" "Salah satu tamu pesta mengatakan bahwa cheese cake yang ada di list menu dessert tidak memenuhi standar." "Tidak memenuhi standar apanya George?" Rihana terkejut dengan keluhan tamu k
"Berkencan denganku." Ashton mengedipkan sebelah matanya sambil meremas pantat Rihana. "Kamuuuuuu." "Brukkkk Aduhhhh." Ashton mengaduh kesakitan setelah Rihana secara reflek mendorong tubuhnya dengan kuat sehingga terjungkal kesamping. "Maaf maaf. Kamu sih sedang sakit juga masih bisa berperilaku kurang ajar." Rihana meringis ngilu setelah melihat pelipis Ashton yang mengeluarkan darah akibat terantuk sudut meja yang berada di samping Ashton. "Sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Aku takut lukamu tambah parah." Rihana kembali memapah Ashton. "Jangan, aku nggak suka. Baru saja kemarin malam aku keluar dari sana. Aku benci bau obat-obatan yang membuat perutku mual." Ashton menggeleng. "Oke-oke, kita ke rumah sakit hanya untuk mengobati luka di kepalamu setelah itu kita langsung pulang ke apartemenmu." Rihana merasa kesal dengan sikap manja Ashton.&nbs
"Pagi Ri." Ashton tersenyum lebar saat ia melihat Rihana turun dari mobilnya di area parkir resort. "Pagi juga Ash." Rihana pura-pura cuek. "Kamu-----" Ucap mereka bersamaan. "Ehmmmm kamu dulu." "Kamu sudah sembuh Ash?" Rihana memperhatikan wajah Ashton yang masih kelihatan sedikit pucat. "Sedikit." Ashton melirik Rihana yang terkesan menghindarinya. "Mmmm." "Jangan kau gigit bibirmu, Ri. Nanti berdarah. "Ahhh." Rihana tergagap saat Ashton meraba bibir Rihana. "Pandangan mata mereka bertemu, bola mata berwarna biru milik Ashton serasa menembus manik coklat Rihana. Rihana hampir pingsan ketika embusan napas Ashton yang terasa panas menyapu wajahnya. Hatinya mengatakan harus menjauh, namun tubuhnya masih tetap mematung tak bergerak, bertolak belakang menghianati keinginan hatinya.&
"Minggir, minggir, permisi, awas nonaaaaa------" "Awwwww." Seorang gadis cantik menutup mukanya sambil berteriak. Ashton yang berlari mengejar kertas perjanjian yang terbawa oleh embusan angin, berhasil menghindari gadis yang ada di depannya. Namun naas, ia harus basah kuyup karena tercebur kedalam air mancur yang berada di depan hotel, jangan tanyakan bagaimana nasib kertas yang ia kejar tadi, sudah berubah menjadi bubur. "Ah síal, Ben bisa ngomel seharian, nih." Ashton negegakkan tubuhnya sambil mengibaskan jasnya yang telah basah. "Kamu nggak pa pa?" Seorang gadis cantik berambut pirang tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya kepada Ashton untuk membantunya keluar dari air mancur. "Oh tidak apa apa, terimakasih nona." "Maaf, pasti gara-gara aku, kamu jadi tercebur." Gadis itu menunduk meremas ujung gaunnya. "Eh tidak-tidak. Semua adalah salahku nona. Nggak ada hubungannya denganmu." Ashton terperangah ketika melihat wajah gadis itu yang terlihat sangat cantik apalagi sik