Share

Chapter 05 Bersama Pria Asing

Chapter 05 Bersama Pria Asing

_______

Dengan sangat pelan Jack membaringkan tubuh ramping perempuan yang terkulai lemah di pundaknya.

Lalu Jack membuka tali yang mengikat kedua kaki mulus dan jenjang perempuan tersebut. Perempuan itu masih belum juga sadarkan diri, dari efek obat bius yang Paman Ming dan anak buahnya berikan saat membekap lalu menutup kepalanya.

Jack terlihat melepaskan kancing kemeja putihnya, pada bagian atas. Kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya. Sebelum akhirnya mendekat ke tepi ranjang, untuk melepaskan ikatan tali pada tangan perempuan tersebut. Jack melakukannya di tengah kamar yang gelap.

Sementara itu. Perempuan tersebut hanya terkulai begitu saja, "Uhhh ...." rintihnya, tapi dilakukannya dalam keadaan tak sadar.

Jack langsung membuka kantong kain hitam yang menutupi kepala perempuan tersebut. Dan dilemparkannya ke sembarang arah kantong hitam, yang membungkus wajah perempuan tersebut semenjak tadi.

"Uhhh ---" keluh perempuan itu lagi, kini tubuhnya sembari menggeliat, dan satu kakinya terangkat , bergantian dan dengan high heels masih melekat.

Dalam gelapnya kamar tersebut, Jack terlihat menelan saliva, melihat tubuh seksi itu di atas ranjangnya. Ini kali pertama bagi Jack, bersama perempuan dalam keadaan seperti ini.

Kemudian Jack mundur, dan terhenti di tepi meja yang ada di kamar tersebut. Kemudian Jack menuang air pada gelas berkaki panjang, lalu membawa gelas itu mendekati tepi ranjang.

Jack mencipratkan air tersebut pada wajah perempuan yang ada di atas ranjangnya tersebut, menggunakan air tadi . Hingga beberapa kali Jack melakukannya, dan membuat perempuan tersebut merintih seperti tadi, tapi tak lantas berbicara apapun.

Kemudian Jack merogoh saku celananya, dan mengambil lintingan ganja miliknya. Lalu menyelipkan pada bibir tipisnya. Jack menghisap dalam-dalam lintingan ganja tersebut, sembari duduk di depan ranjang setelah sebelumnya menarik kursi yang ada di sudut ruangan tersebut. Jack menunggu sampai perempuan yang ada di atas ranjang tersebut siuman, sembari sesekali melirik pada arloji yang melingkar di tangannya.

"Masih lama," kata Jack, kemudian berdiri lalu meninggalkan tepi ranjang tersebut.

Jack mengambil satu botol Whiskey yang sudah berjajar di atas meja, lalu membawa menepi pada pembatas kamar yang dominan kaca, tentunya kaca anti peluru.

Jack menyingkirkan tirai yang menutupi kaca tersebut. Srat! Sret!! Karena itu justru menghalangi pandangannya tertuju pada halaman villa ini, tempat di mana para anak buahnya berjalan mondar-mandir menjaga keamanan tempat tersebut.

Sembari terus menyedot lintingan ganja, dan menenggak Whiskey, Jack memerhatikan para anak buahnya diluar sana. Setelah cukup lama, kemudian Jack menoleh setelah kembali melihat arlojinya, lalu Jack mengulum senyum kecut, tapi tak lantas mendekati ranjang.

Setelah cukup lama, perempuan tersebut pun akhirnya terbangun, sesuai prediksi Jack, "Uh--" Keluh perempuan itu, tapi sangat lirih.

Jack pun mendengar suara keluar dari bibir perempuan yang belum diketahuinya bahwa itu bukanlah Nona Wang Yihan---melainkan Hien Chan.

'Di mana ini??' batin Hien, ketika mendapati dirinya sudah berada di sebuah kamar yang gelap.

Namun ketika akan bangun, Hien merasakan keadaannya sangat lemah. Jangankan untuk berdiri, menggeliat pun sangat susah dilakukannya.

Hien berusaha untuk mengenali ruangan ini. Tapi tidak ada yang bisa ditangkap oleh sepasang manik hazzel milik Hien saat ini. Kecuali hanya kelip pada ujung lintingan ganja dari celah bibir tipis Jack, dalam ruangan yang gulita itu. Dan kemeja putih, tapi tetap saja samar tertangkap olehnya.

Tanpa sepengetahuan Hien, sepasang mata sipit dan tajam tertuju padanya, Jack meletakkan botol Whiskey yang sudah kosong, malam yang sangat dingin ini tak mampu diusir dengan minuman beralkohol yang sudah ditenggaknya, membuat Jack mendekap erat tubuhnya, kemudian berbalik badan, menghadap ke arah ranjang itu, dengan lintingan ganja masih terselip.

Asap ganja itu pun mengepul pada ruangan tersebut. Jack sudah tiga kali menyalakan lintingan ganja, dan itu membuat Hien kembali mual, "Huuekk! Huuekk!" Sembari meremas perutnya, dan berusaha untuk duduk.

Akan tetapi , Hien belum juga mampu melakukannya, hingga Hien cuma bisa meringkuk di atas ranjang empuk itu, sementara perutnya kembali terasa mual, seperti ketika di klub malam tadi.

'Kenapa aku diatas ranjang??' batin Hien, matanya menatap langit kamar tersebut, sementara kedua tangannya meraba-raba, memastikan bahwa dirinya tidak salah mengira.

Hien bertanya-tanya. Juga menerka-nerka dan mencoba menghubungkan dengan apa yang dialaminya saat di klub malam tadi. Spontan, ketakutan mulai menghampiri Hien.

'Apa aku diculik Mafia??' batin Hien, dan bisa memastikan bahwa dirinya adalah korban penculikan.

Hien pun meraba kepalanya, yang terasa sangat berat, dan pusing. Meskipun demikian, Hien berusaha untuk bangun, dan akhirnya berhasil duduk pada tepi ranjang.

Akhirnya, setelah bersusah payah kaki jenjang Hien pun menyentuh lantai, dengan meraba-raba dinding, Hien berusaha untuk menemukan saklar lampu. Itu tujuannya supaya mendapatkan jawaban atas dugaannya ini. Dan bisa mencari keberadaan kamar mandi, untuk memuntahkan isi perutnya.

Akan tetapi, ketika saklar lampu ditemukan. Ketika lampu terang, sungguh Hien terkejut! Melihat dalam kamar ini ada seseorang. Dan tanpa sepengetahuannya pria bertubuh sixpack itu sedari tadi dalam kamar tersebut, dan sedang menatapnya tajam, penuh dengan kemarahan.

Meskipun kamar sudah terang, tapi saat ini pandangan Hien masih buram. Sangking buramnya, Hien berulang kali mengucek matanya bergantian, meskipun tetap saja samar. Akan tetapi , dengan adanya lampu, cukuplah membantu Hien melihat sosok disana adalah seorang pria yang asing baginya.

"Siapa kamu??" tanya Hien, sembari berpegangan pada dinding, atau bisa-bisa tubuhnya jatuh tersungkur, karena kepalanya masih nyut-nyutan.

Tak ada jawaban dari bibir Jack yang masih terselip lintingan ganja. Jack justru berjalan. Pyarr , tapi tanpa sengaja kaki Jack justru menendang botol Whiskey, dan jelas saja membuat Hien sadar, bahwa dugaannya benar. Ditambah lagi, Jack justru menutup pintu yang tadi masih dibiarkan terbuka, lalu menguncinya dengan sempurna.

Kemudian Jack menjatuhkan lintingan ganja yang terselip pada bibirnya, lalu menginjak-injak dengan sadisnya. Dan hal itu membuat Hien semakin kebingungan dengan ini semua, dan refleks mundur beberapa langkah,saat Jack mendekatinya dengan langkah pelan. Ditambah lagi, ekspresi Jack membuat tubuh ramping Hien gemetaran dengan sendirinya, menahan ketakutan luar biasa.

Dalam sekejap, Hien berusaha menghindar, ketika Jack sudah didepannya, "Si-siapa kamu?" tanya Hien dengan suara pelan dan gemetaran, wajahnya pun berpaling.

Tak ada jawaban atas pertanyaan tadi, Jack cuma menggeleng seraya melonggarkan kerah kemejanya. Hien melirik pada pria yang membisu didepannya, "A-apa kamu yang tadi menculik 'ku?!" tegas Hien, meskipun terbata-bata, tapi nohta suaranya terdengar keras, dan memberanikan diri untuk menatap mata tajam didepannya.

Pertanyaan Hien justru membuat Jack mengurutkan keningnya, lalu tertawa-tawa , "Haha! Hahaha!" Seraya mendongak menatap langit kamarnya, lalu tawa itu terhenti, Jack kembali ke meja yang tak jauh dari tubuh Hien bersandar pada dinding.

Sepasang manik hazzel milik Hien pun mengikuti gerakan Jack berada. Jack kembali membuka botol Whiskey, lalu kembali sambil meneguk Whiskey yang ada di genggamannya.

Cuma satu kali tengguk, isi Whiskey tandas, lalu Jack melempar botol itu ke sudut ruangan.

Pyarr!! Suara botol pecah membuat jantung Hien kembali senam erotis, dan berdegup sangat kencang.

Ditambah lagi, Jack kembali mendekati, dan semakin mendekatinya. "Tuan! Tolong .... lepaskan aku .... Kita tidak pernah punya masalah! A-a-aku tidak terlibat apapun," kata Hien, sadar bahwa sosok didepannya pastilah seorang mafia, terlihat dari gestur tubuhnya, pun ruangan mewah ini. Dan juga penampilannya.

Plak! Plak!

Tak ada jawaban dari bibir Jack, justru tamparan beruntun diberikannya pada perempuan yang sok tak merasa bersalah didepannya ini. Dan dua tamparan mendarat sempurna di wajah Hien , hingga pemilik tubuh ramping itu terjatuh di atas ranjang.

"Auhkh!"

"Auhkh!" keluh Hien tadi, sembari memegangi rahang.

Jack yang sudah dari tadi memilih diam pun akhirnya angkat bicara, "Tidak punya masalah katamu??!!"

"Hahaha! Hahaha!" sambung Jack dengan kelakar dan tawa menggema.

Hien berusaha untuk duduk, lalu mendongakkan kepalanya menatap Jack yang bertubuh tinggi yang sudah didepannya, "Hentikan tawamu, Tuan! Tolong jelaskan kepadaku! Sepertinya Anda salah orang!" mohon Hien, seraya membenahi gaun yang sangat seksi dikenakannya. Terlalu mengespos bagian dada, dan area pahanya, dan itu membuat Hien tak nyaman atas tatapan Jack.

"Aku tidak pernah punya masalah dengan orang seperti Anda .... Tuan!" lanjut Hien, berusaha untuk menjelaskan, hingga rasa mual dan pening kini tak lagi dirasakannya.

Jack memilin senyuman aneh, "Seharusnya kita memang tidak pernah punya masalah," jawabnya dengan suara datar.

Hien berusaha untuk mencerna, tak bisa dipungkiri bahwa suara Jack menggetarkan jantungnya.

"Tapi kamu terus berbuat masalah, Wang! Kamu yang mematik api, sehingga aku muak!" tegas Jack sembari mencengkeram kuat dagu Hien dengan tatapan penuh kebencian.

'Wang??' batin Hien.

Kemudian Hien pun pun menjawab, "Tapi aku tidak mengenalmu, Tuan! Mana mungkin aku mematikan api kemarahanmu??"

Mendengar Hien melakukan pembelaan, justru membuat Jack marah.

Plak!!

Satu tamparan kembali mendarat telak lagi, "Auhkh!!" keluh Hien, sembari meraba rahangnya yang terasa begitu memanas, akibat tamparan barusan. Kemudian menoleh seraya menyingkirkan rambutnya berhamburan ketika mendapatkan tamparan kembali.

Sembari menahan tangisannya , Hien membalas tatapan kemarahan Jack, "Kau tidak mengenalku?"

Hien cuma mengangguk atas pertanyaan dari Jack barusan, "Hebat sekali! " lanjut Jack, semakin marah, seraya menarik pinggul Hien, lalu mencengkeram erat lengan perempuan seksi tersebut.

Hien cuma bisa membisu mengunci rapat mulutnya, "Setelah sekian lama kamu mempermainkan aku! Mengambil banyak uang dariku! Menerima hadiah dariku! Justru kamu bersenang senang dengan pria lain!!" lanjut Jack, semakin marah atas sikap Nona Wang Yihan, tapi itu pikirnya, "Cuhh!!" Jack membuang ludah ke samping, muak atas akting Nona Wang Yihan yang terlihat sangat-sangat natural.

Aroma alkohol dari Whiskey dan Baijiu tercium oleh Hiean, dan kombinasi itu membuat perut Hien kembali akan muntah, kala napas Jack menerpa wajahnya.

Diam, Hien masih memilih diam dan mengikuti pembicaraan yang tak nyambung dengan pikirannya, ditambah lagi ketika Jack melanjutkan amarahnya, "Bahkan pergi dengan memakai gaun hadiah dariku! Murahan ---- !!" olok Jack , lalu kembali memalingkan wajahnya setelah bicara, "Cuhh!!"

'Gaun darinya??' batin Hien.

"Tu-tuan ...!" Tapi terhenti, Hien tak punya kesempatan untuk melanjutkan ucapannya barusan, karena Jack melanjutkan amarahnya, "Untuk berkencan dengan pria lain!!"

"Dasar Sampah!"lanjut Jack, sembari mengentakkan kasar cengkraman tangannya di lengan Hien.

Entakan kasar dari Jack tadi membuat tubuh ramping Hien terhuyung, tapi Jack buru-buru kembali menyambar lengan perempuan tersebut. Ketika tubuh Hien kembali ke dalam dekapan Jack , Hien pun buru-buru merapikan gaunnya yang terkoyak.

Akan tetapi, justru Jack menarik secara brutal gaun yang dikenakan oleh Hien, hingga robek. Dan Hien yang spontan mengelak, justru membuat gaunnya terlepas.

" Oh Lord! No!! " pekik Hien sungguh sangat ketakutan atas sikap pria yang masih asing dilihatnya tersebut.

Hien mengayunkan langkah mundur, dan menyembunyikan tubuhnya dengan melipat tangannya, untuk menutupi dadanya yang terpampang nyata tanpa bra. Padahal seingatnya sebelum masuk ke toilet klub malam tadi, dirinya memakai bra tapi ketika pakaian yang dikenakannya sudah berubah menjadi gaun, bra itu pun lepas, raib entah pergi ke mana.

"Tuan .... Ja-jangan mendekati aku," mohon Hien, dengan sangat.

Continued .... Bang JM ✍️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status