"Mas, bangun!" Aku membangunkan mas Zaki, yang tidur di sebelah kanan ku.
Mendengar suaraku, dia terlihat sedikit kaget dengan membuka matanya perlahan. "Kenapa, Dek?" Tanyanya dengan nada yang terdengar khawatir."Tengah malam seperti ini siapa yang sedang masak ya Mas?"Aku menatap mas Zaki yang sedikit berpikir, dengan mata melirik kekanan dan kekiri. Jujur saja saat ini hatiku di landa kecemasan yang luar biasa.Aku merasa takut yang teramat, bulu kudu merinding setiap kali tercium aroma masakan seperti saat ini. Terlebih pada saat tengah malam seperti kali ini."Tetangga dekat kebun sebelah mungkin Dek." tangannya menunjuk arah yang dia maksudkan. "mungkin lagi masak untuk besok pagi, ayo tidur lagi Dek, aku masih ngantuk berat ini." Mas Zaki mengajak aku untuk kembali tidur, namun aku tidak menurutinya.Kubiarkan Mas Zaki kembali tidur, terdengar dengkuran halus darinya. Secepat kilat dia kembali mengarungi mimpi yang terjeda, sebab karena terusik olehku.Rasa penasaran belum juga hilang, seakan kurang puas dengan jawaban suamiku tadi, seperti dahaga yang belum hilang. Pun mata ini, entah mengapa tidak mau terpejam meskipun sudah di paksa untuk tidur.Krik ... Krik ... Krik ....Suara jangkrik berirama seperti kidung yang terdengar merdu, ramai deritnya menjelma seperti melodi di tengah gelapnya malam hari.Suasana di tengah perkebunan karet yang rindang, bagiku cukup menguji nyali. Setiap terdengar gemuruh angin menggurkan dedaunan dari atas pohon, terasa seperti berada di dalam cerita atau film horor.Rumah berdinding kayu tanpa cat dan terlihat gersang yang aku tempati ini berada di tenggah perkebunan sawit dan karet yang cukup luas.Suasana yang asri dengan pepohonan yang rindang dan tinggi, menambah kesan tersendiri jika siang telah berganti malam. Tanpa adanya aliran listrik di sini membuat setiap sudut jalan dan rumah-rumah di sekitar sini terlihat gelap dan sepi.Seperti malam ini, terasa sunyi hanya dihiasi dengan suara bermacam-macam binatang malam yang menemani. Kukukan burung hantu terdengar merdu membuat bulu kuduk sedikit merinding. Begitu juga dengan lolongan anjing yang melengking dan saling sahut-menyahut.Kali ini bukan hanya binatang malam yang menemani tapi juga bau harum masakan yang tertangkap Indra penciumanku.Seperti sebelumnya, setiap tenggah malam seperti ini pasti akan muncul bau masakan yang menyeruak di dalam ruangan.Aku mengendus keberadaan aroma masakan yang begitu kuat, dahiku berkerut sedikit heran, mengapa kemunculannya selalu tengah malam seperti saat ini.Meskipun hanya hari-hari tertentu saja aku mencium aroma masakan, akan tetapi rasanya begitu mengusikku.Perasaanku berkecamuk memikirkan siapa yang sedang memasak di tengah hutan disaat pertengahan malam seperti ini. Mungkin ucapan suamiku tadi ada benarnya, jika tetangga kami sedang memasak.Aku kembali mencium aroma masakan yang begitu menyengat, kembali membangunkan Mas Zaki. Tubuhnya sedikit terguncang cukup kuat hingga membuat suamiku kaget dan langsung terduduk."Apalagi Dek!" Nadanya terdengar marah."Maaf Mas, udah buat kamu kaget." Jawabku merasa bersalah."Kenapa lagi Dek?" Tanyanya lagi."Anu Mas. Ini, emm ....""Masakan?""Hehe, Iya.""CK. Kamu ini, kurang kerjaan banget ngurusin orang masak.""Aku penasaran." Jawabku sambil meringis cangung."Mungkin, ibu Sri yang sedang memasak, kan cuma beliau tetangga terdekat kita." Mas Zaki memberitahu."Masa bisa masakannya tercium sampai ke sini? Mas kan tau jarak pondok kita dan kebun Bu Sri cukup jauh." Sebab jarak kebun kami dan tetangga lumayan jauh dengan jarak perkebunan seluas lima hektar lebih."Ya namanya juga kebawa angin, pasti menguap berhambur di udara dan tersapu kemana-mana."Ucapan mas Zaki benar juga, namanya terbawa angin pastilah bisa kemana-mana. Aku berfikir serata terus mencium aroma masakan yang semakin menyeruak kembali memenuhi seluruh ruangan ini.Semakin lama semakin kuat terasa hingga di dalam tenggorokan. Aroma masakan yang sedikit berbau masam dan gosong. Sudah tidak terhitung berapa kali, aku mencium aroma masakan yang tidak sedap di hidung.Bermacam-macam bau khas aroma-aroma bumbu yang terkadang tercium seperti wanginya semur ayam. Harumnya rendang daging. Bahkan wangi kue-kue tradisional pun ikut menyalami hidup mancung ini .Merasa aneh saja bila di pikirkan mengingat tempat dan waktu yang kurang lazim untuk mengolah masakan. Perutku terasa mual dan kepala sedikit pusing, beginilah acap kali Indra penciumanku mengendus bau ini.Aku menoleh ke arah suamiku yang entah sejak kapan sudah kembali mendengkur itu. Berulang kali membangunkan mas Zaki, namun laki-laki itu tak bergeming sedikitpun."Mas, bangun, aku takut." Suraku pelan. Dan terus megoyang-goyangkan badannya."Hmm ... tidur aja Dek. Nanti juga hilang sendiri kok." Jawab mas Zaki dengan mata terpejam.Mas Zaki pernah menceritakan kisah legenda hutan ini kepadaku. Jika di dalam hutan Sumatra itu terdapat mahluk mitologi yang menempati pedalaman hutan, yang biasa di panggil dengan sebutan BUNIAN.Atau bisa di bilang bangsa jin penghuni hutan Sumatra. Menurut warga sekitar sini mahluk itu juga beraktivitas seperti layaknya manusi pada umumnya. Namum kebenarannya masih di ragukan oleh sebagian orang, dan menjadi dongeng yang terus di wariskan hinga turun temurun.Bau itu muncul kembali, aromanya semakin tajam menusuk hidung. Perutku terasa mual, saat aromanya semakin menyengat mendorong masuk melalui lubang hidung dan menjalar ke tenggorokan.Aku berusaha untuk melawan rasa mual ini, menutupi pernapasan dengan selimut, namun aroma itu terus menganggu seakan mendorong kuat ingin menerobos masuk kedalam perut.Nafasku terasa sesak, begitu aneh dengan aroma masakan yang terus menerus mendorong kuat menerobos masuk membuat hidung terasa panas dan sulit bernapas seperti mencium aroma cabai yang di goreng.Aku merasa ada yang janggal dan terkesan tidak wajar, dengan lantang aku membacakan Ayat Kursi dan surah pendek yang aku bisa. Baru beberapa Ayat yang terbaca, bau itu menghilang secara perlahan.Rasanya begitu lega, meskipun aku sedikit kelelahan sebab tenga seperti terhisap oleh sesuatu yang mencoba masuk bersamaan dengan bau masakan tadi.Aku begitu lelah dan sudah sangat mengantuk. Kurebahkan tubuh mencari posisi ternyaman untuk tidur. Memejamkan mata perlahan-lahan.Saat kesadaran ini hampir hilang sepenuhnya dengan, aku terkejut dan kembali terjaga ketika terdengar suara berderit di dinding.Kkreett ... kreettt ...._________Terima kasih sudah membaca. 🥰Bab. 02.Suara kuku tajam mengaruk dinding pondok ini, lebih tepatnya di luar kamar ini. Aku bergidik ketika kembali mendengar benda tajam menggores papan kayu.Kkreet ... kreettt ....!Ini kali pertama aku mendengar suara mirip benda tajam yang sengaja digoreskan lalu di tarik. Jantungku berdetak naik turun, rasanya begitu takut.Baru sebentar saja bisa sedikit lega, sebab bau yang mengganggu tadi telah hilang, kini muncul kembali gangguan lain yang lebih menegangkan.Aku urungkan niat untuk membangunkan mas Zaki, kemungkinan besar dia akan marah kembali seperti tadi.Kenapa malam ini begitu terasa lama, mungkin aku terlalu gelisah karena takut atau memang waktu yang tidak bergerak sejak tadi.Kkreet ... Kkreet ... Kkreet!Aku terperanjat ketika dinding kayu di sebelahku berderit dan sedikit memantulkan getar-getar samar.Kini degup jantungku berdetak lebih kuat, panas dingin hawa di kamar ini menjalar ke beberapa bagian tengkuk leher dan persendian.Alih-alih menghilang, suara itu j
BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN03.Menjelang fajar aku bergegas turun untuk membuatkan sarapan, terlihat mas Zaki tengah sibuk dengan berbagai macam benda yang entah apa namanya, karena aku tidak begitu tau.Sudah menjadi pekerjaannya setiap menjelang pagi seperti ini mempersiapkan berbagai macam pekakas seperti pisau sadap dan lain sebagainya yang berhubungan dengan perkejaanya sebagai penderes getah karet."Mas mau sarapan apa pagi ini?""Terserah kamu saja." Jawabnya tanpa menoleh.Aku bergegas ke dapur untuk membuat menu sederhana yang biasa aku buat. Di luar rumah langit masih terlihat gelap bercampur cahaya oranye aku bisa melihat jelas sebab ada beberapa dinding yang berlubang.Mengingat pagi sudah semakin dekat aku memilih sarapan sederhana yang mudah dan cepat. Tidak butuh waktu lama, cukup lima belas menit saja nasi goreng buatanku sudah matang."Mas, masakannya sudah siap." Aku memanggil mas Zaki."Iya, tunggu sebentar." Teriaknya dari lantai dua pondok kayu ini.Sambil menung
BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN04.Sejak kejadian siang tadi, aku hanya diam mengurung diri di dalam kamar. Menahan lapar dan haus hanya karena takut jika sewaktu-waktu pemilik kuku dan telapak kaki misterius itu muncul tiba-tiba.Hari sudah mulai sore, tapi mas Zaki belum juga pulang. Di dalam ruangan yang tidak begitu luas seperti ini, lama-lama membuat bosan.Ragu-ragu aku membuka jendela kamar. Menghirup udara segar yang tertiup dari luar memberikan suasana hati sedikit tenang. Selama disini tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan hanya sekedar memasak dan bereskan pondok kecil dua lantai ini.Deru langkah kaki terdengar menginjak daun-daun kering dari arah jalan. Aku mengintip, memastikan siapa yang datang. Senyumku mengembang, ketika melihat mas Zaki sudah pulang.Aku berjalan sedikit berlari menuruni tangga, menyambutnya kedatangannya dengan.senang."Assalamualaikum." Suara mas Zaki mengucapkan salam."Wa'alaikumsalam.""Maaf ya pulangnya kesorean." Ucapnya tulus."Gak apa-apa
BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN05.Sorot lampu motor, sekilas menyinari, seseorang yang berada di pintu rumah itu. Aku memperjelas penglihatan ini, ketika motor yang kami kendarai melintas tepat di depannya.Sosok laki-laki kurus berperawakan tinggi dan mengenakan baju serba hitam, tengah berdiri dan. "Aaaaa ....!" Aku berteriak sekencang mungkin dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan.Mas Zaki terkekeh geli mendengar teriakanku. "mangkanya, nurut kalo di kasih tau. jangan ngeyel." Ucapnya meledek."Gak lucu tau." Aku mencerbikkan bibi, merasa kesal dengan suamiku itu. "Mas, yang tadi aku lihat itu orang atau bukan?" Tanyaku lagi."Demit.""Demit?" Tanyaku kembali."Iya, apa lagi kalo bukan demit. Rumah itu sudah puluhan tahun tidak ada yang menghuni." Aku terkejut dengan penjelasan mas Zaki. Aku bergidik ketika mengingat kembali sosok yang menyerupai manusi tadi. Seorang laki-laki dengan tubuh tergantung di tengah pintu, bola mata yang terbelalak dengan lidah menjulur.Sesekali
BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN06.Mas Zaki menarik tubuh ini menjauh dari depan pintu. Jantungku berdebar, tangan dan kaki masih sedikit gemetar."Mahluk apa itu mas?" Aku bertanya dengan terbata-bata.Belum sempat mas Zaki menjawab, terdengar suara mahluk itu melompat ke atap ini, berjalan kesana kemari di atas sana. Aku menatap mas Zaki dengan wajah takut.Suamiku itu berjalan menuju jendela, menyibakkan tirai dan mengintip keluar. "Sini dek." Menyuruhku untuk mendekat.Dengan langkah gemetar aku berjalan menuruti perintahnya. Dari balik jendela aku melihat makhluk yang begitu menyeramkan dan sangat menakutkan.Matanya begitu tajam menatap ke arah kami, tubuh hitam penuh bulu itu kembali melompat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain.Kikikik ... Kikikik ...."Astaghfirullah. Mahluk apa itu mas.""Itu namanya ...." Mas Zaki menghentikan ucapannya. "Ah, besok saja aku beritahu." Sambungnya lagi.Hening, kami sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. "Apa yang memb
Angin kencang di luar sana begitu riuh, suara gemuruh angin beradu dengan bunyi ranting dan daun yang berhamburan. Gelapnya malam dan dinginnya angin menggambarkan kesunyian di tempat ini.Ranting-ranting yang terhempas mengenai atap memantulkan bunyi dentuman. Malam ini terasa sangat dingin, aku menarik selimut untuk menutupi separuh tubuh.Sejak pagi tadi mas Zaki belum juga kembali, sudah di hubungi berkali-kali akan tetapi tidak aktif dan selalu diluar jangkauan.Teringat akan nomor misterius yang tadi bicara mengancam membuatku tidak nyaman, padahal seingatku di sini tidak pernah sekalipun bermasalah dengan siapapun.Ini pengalaman pertama untukku di dalam bangunan yang berada di tengah hutan dan baru kali ini aku di tinggal lama oleh mas Zaki. Bukan tidak takut, tapi ini semua karena salahku sendiri yang tidak mau ikut ketika tadi pagi di ajak pergi.Mata rasanya sudah sangat mengantuk tidak sanggup lagi menunggu kepulangan mas Zaki, lagipula suamiku selalu membawa kunci cadangan
.Semenjak kejadian mimpi itu, aku semakin takut dan rasanya ingin segera pergi dari tempat ini. Akan tetapi mas Zaki menolak saat aku menyampaikan usulanku untuk membangun rumah di kota.Alasannya belum mendapat pekerjaan yang cocok untuk mengurus perkebunan miliknya. Tidak ada alasan untukku membangkang kepada keputusan mas Zaki.Meskipun sudah menceritakan kejadian yang aku alami, dari bau masakan hingga teror mahluk yang mengerikan, bahkan telpon misterius dan mimpi aneh yang terjadi beberapa waktu lalu.Menurutnya itu hanyalah tahayul, halusinasi semata. Meskipun sudah menunjukkan batu berukuran kecil berwarna hitam yang di berikan oleh gadis yang bernama Bainong di dalam mimpi.Seperti biasa aku berada di rumah seorang diri, karena hari ini mas Zaki pergi memanen buah kelapa sawit. Dia berangkat sejak pagi bersama kedua rekannya.Melihat halaman rumah berserakan dengan daun-daun kering aku bergegas membersihkannya. Aku menoleh saat mendengar suara motor yang mendekati pondok.Ter
Suara tawa mahluk berbulu itu datang kembali. Aku menoleh ke arah mas Zaki yang mudah sekali tertidur baru saja dia bangun sekarang sudah mendengkur.Dengan perasaan takut aku berjalan menuju jendela kamar ini, tanpa berpikir panjang lagi aku menyibakkan gorden melihat siapa gerangan tertawa malam-malam seperti ini.Cahaya bulan menerangi gelapnya malam di luar rumah. Remang-remang masih bisa aku melihat meskipun samar. Dengan penuh kewaspadaan aku terus mencari dari kanan dan kekiri seterusnya sampai akhirnya mata ini menangkap sesuatu.Bayangan hitam tengah berdiri membelakangi ku dibawah sinar rembulan, dia berjalan terseok-seok Lalau membalikan badannya ke arahku. Mataku membulat ketika melihat sosok mahluk yang menyeramkan itu.Dia menyeringai menujukan gigi dan taringnya yang tajam, mata merahnya melihat bringas ke arahku.Aku bergidik ngeri, melihat mahluk yang kini berada di hadapanku itu. Kuku tajamnya membuat bulu kuduk meremang. Telapak tangan mendadak dingin dan berkeringat