Jalan semakin mendaki dan medan semakin terjal, berbatuan, aku dan profesor fokus pada medan yang semakin terjal dan landai. Pemandangan indah tersaji di depan kami, bukit kecil cantik dan menawan diselubungi awan terasa dingin. Aku menempel tubuhku pada profesor yang terlihat biasa-biasa saja tidak kedinginan dan ngos-ngosan. Rasanya aku kekurangan oksigen membuat aku membuka mulutku lebar-lebar. Melihatku profesor tertawa terbahak-bahak. “Kita istirahat di batu di depan,” katanya memelukku erat-erat. “Mau kupanaskan?” tanyanya. “Pakai apa?” tanyaku dengan nada menggoda. “Dengan tubuhku, tapi nanti di telaga , aku akan memanaskan tubuhmu.” Bisiknya tepat di gendang telingaku. Kamipun mencapai batu yang ditunjuk oleh profesor. Kami duduk, aku melihat sekelilingnya sunyi senyap tidak ada tanda kehidupan,”Prof, hanya kita berdua di sini?” tanyaku. “Yeah, Ini milik kita, kita bisa lakukan apa saja di sini.” “Ini wilayah milik orangtua angkatmu?” tanyaku. “Bukan! Hari ini dan beso
Malam terakhir di pondok kami tidur di ranjang single yang terbuat dari kayu . Kami mengangkat jerami dari tanah yang telah mengalaskan dirinya untuk kami bergumul dan berpagut ke atas tempat tidur. Api di perapian sudah redup karena kayu bakar sudah habis Profesor sutradara yang mengatur semuanya, aku hanya mengikuti keinginannya. Dia yang masak, dia mencuci peralatan makan, aku hanya duduk di kursi melihat dia beraktivitas.Kadang-kadang profesor menghampiriku, mengelus kepalaku, mencium bibirku kembali beraktivitas. Tidak ada signal, kami menghemat baterai ponsel kami untuk perjalanan pulang ke rumah keluarga Black. “Kita cepat naik ke tempat tidur, selama bulan masih masuk ke dalam pondok, “kata profesor mengangkatku dari kursi dan membaringkan di tempat tidur, dibukanya kemejaku, menatap tubuhku yang disinari sinar bulan.Membuka kaosnya, hanya celana pendek di tubuh kami masih tersisa. Kami memanaskan tubuh kami dengan berpelukan di tempat tidur, aku melingkarkan tanganku di at
Mengapa Mrs.Black menyalahkanku sebagai perempuan liar, mengapa dia tidak menyalahkan anaknya? Bukankah hubungan intim terjadi jika dua orang sepakat melakukannya? Tidak tahukah dia betapa liarnya Tom ketika menggauliku? Keliarannya ditransfer ke tubuhku membuat aku tertular keliarannya sehingga kami lepas kendali? Apakah dengan s*ks ada cinta? Apakah cinta menuntut s*ks?pertanyaan yang selalu menyerbu benakku. S*ks pertama dengan daddy aku lakukan karena ingin merasakan sesuatu yang katanya nikmatnya tak berujung. Setelah melakukannya aku ingin melakukannya lagi, lagi dan lagi. Setiap melakukan s*ks dengan daddy, lama-lama aku merasakan cintanya dalam setiap rengkuhan dan pagutannya, merasakan hubungan emosional setiap melakukan s*ks dengan daddy, ada dorongan untuk membuatnya bahagia demikian juga sebaliknya. Aku pikir aku jatuh cinta pada daddy. S*ks pertama dengan profesor Tom aku berpikir dia memanfaatku untuk melampiaskan hasrat dan gairahnya yang dibungkus rapi dengan l
Aku bangun ketika sinar matahari menerpa tubuhku yang telanjang. Keringat karena hubungan intim semalam , hawa panas di dalam mobil membuatku semakin berkeringat ketika sebagian sinar matahari menerpa tubuhku. Aku menggeliat, mencari pakaianku yang jatuh berhamburan di lantai mobil. Mencari ranselku yang ada di lantai bawah mobil, mengambil handuk menyeka keringat yang terasa lengket di seluruh tubuhku, belum lagi air yang kami keluarkan dari milik kami membuat seluruh tubuhku terasa gerah. Profesor masih tertidur lelap, mulutnya terbuka disertai desisan dengkur Profesor membuat aku ingin membuat sedikit kenakalan. Aku mengambil ponselku dan mengabadikannya yang sedang tidur dengan mulut terbuka kemudian mengambil video dan mengabadikan seluruh gestur tubuhnya . Aku mengupload dan mengirim ke Whatapp profesor dengan caption Dewa Amor tertidur lelap setelah bercinta habis-habisan dengan dewi Aphrodite. Untung p*nisnya tidur, kalau tidak memberontak mita masuk ke dalam lobang nikmatk
Pemakaman Mrs. Black tanpa kehadiran profesor membuatku gelisah, sebagai orang Timur yang mengedepankan tradisi menghormati orangtua, entah orangtua kandung, orangtua angkat , orang tua asuh atau siapapun yang namanya orangtua yang berperan serta membuat seseorang dapat berhasil dalam hidupnya hendaknya dihormati sampai akhir hayatnya. Aku berusaha membujuk profesor untuk hadir tanpa diriku, dia marah dan kemarahannya diakhiri dengan s*ks. Bagi profesor tubuhnya yang meledak-ledak setelah mencapai puncak kenikmatan membuatnya tenang, stress dan depresinya hilang. Ketika melakukan hind setelah menikmati s*ks dengan kekerasan, dia memelukku, bagaikan anak kecil dia terisak-isak dalam pelukanku. Dia tahu aku sangat menderita karena kekerasan yang dilakukannya, nyeri , sakit diselubungi nikmat yang hanya sebentar kurasakan dan aku hanya pasrah dalam kungkungannya, menatapnya dengan tatapan menahan sakit. Profesor tahu apa sebabnya aku mendesaknya untuk hadir kepemakaman , takut kala
Satu hal yang membuatku risih adalah sikap profesor yang ingin tahu aktivitasku di luar kampus, mungkin dia tidak bisa menguasaiku dua puluh empat jam, aku harus melapor apa saja kegiatanku di dalam kampus apalagi kegiatan di luar kampus. “Berikan jadwal seminar,conseling, diskusimu di luar kampus.” Kata profesor ketika sedang membimbingku di ruang kerjanya. “Jadwal kuliah kan sudah ada saya kirim, persetujuan tema disertasiku masih belum mendapat jawaban dari prof. Felix. Aku sudah berikan temanya pada awal kuliah S3, aku sedang konsultasikan sehingga jika waktu disertasi tiba pada semester tiga, aku tinggal kerjakan.” “Mengapa dia belum menyetujui tema disertasimu?” “Hmm, kadang-kadang prof. Felix ada kegiatan mendadak, profesor Felix itu tidak mempunyai manajemen waktu, tidak seperti prof semua aktivitas pakai manajemen waktu, kecuali kalau olah ranjang, “ kataku. “Milikmu sangat enak, sulit pakai manajemen waktu, “ bisik profesor membelai kupingku. “Prof?” “Apa sayang?” t
Waktu telah menunjukkan jam lima sore, aku menatap layar laptop kemudian memejamkan sejenak setelah seharian belajar di kamar asrama. Hari ini tidak ada mata kuliah yang harus aku ikuti. Aku menekan tombol shut down, layar langsung mati. Menggeliat sebentar, merapikan buku dan catatan-catatan, berdiri menarik handuk masuk ke kamar mandi. Langkahku terhenti ketika ponsel berdering dari prof Felix. “Hallo” sapaku. “Jessica, you know my house?” tanyanya. Aku menepuk jidatku mendengar pertanyaan profesor Felix, ternyata aku tidak tahu rumahnya dan lupa menanyakannya. “Jessica?” “Hallo?” “The driver will pick you up, can you ready by six?” tanyanya. “I’ll be ready.” Jawabku. “Ok. Later when he arrives he will call you.” “Thank you prof.” jawabku dengan sopan. Segera aku mandi, melumuri wajah imutku dengan pelempab , kemudian menempelkan bedak padat, berakhir dengan lipstick warna nude,langsung memakai gaun batik yang telah kusiapkan kemarin. Aku mematutkan di depan cermin, gaun
Selama perjalanan menuju apartemen Profesor Black mereka tidak berbicara, aku menutup mulutku malas untuk berbicara dengan profesor yang berakibat pasti dia melecehkanku secara verbal belum lagi nanti di apartemennya aku akan mengalami kemarahannya. Ternyata apa yang kupikirkan bahwa profesor akan melampiaskan kemarahannya tidak terbukti.Kami tetap diam seribu basa, aku masuk ke kamar tidur, mengganti bajuku dengan pakaian tidur, piayama yang kubeli senanda dengan piayama profesor. Biasanya kalau tidur kami berdua tidak memakai satu helai kain, pure nude, sesuai keinginan profesor.Untuk menunjukkan bahwa aku membangkang, aku pakai piayama. Profesor melihatku memakai piayama tidak menanggapi, keluar kamar tidur. Aku langsung membaringkan tubuhku yang terasa lemah, kepalaku pusing, tubuhku menggigil. Aku menarik selimut dan bedcover menutupi seluruh tubuhku.Keesokan harinya, aku serasa mau tumbang, badanku terasa hangat, kepalaku pusing bagaikan dipalu ketika aku membuka mataku, t