Palu telah diketuk. Calvin mendapatkan hukuman berlapis atas kejahatan yang sudah Calvin lakukan. Pembunuhan terhadap Aletta, pembunuhan terhadap Leon, dan percobaan pembunuhan terhadap Qyra, membuatnya mendapatkan hukuman seumur hidup.
Delillah yang menghadiri persidangan itu tidak kuasa menahan tangis. Ia tidak menyangka bahwa putra yang selalu ia banggakan telah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan. Delillah begitu kecewa terhadap Calvin, tapi mau bagaimanapun Calvin adalah putranya. Ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian.
Berbeda dengan Moreno yang tidak mau menganggap Calvin sebagai anaknya lagi. Kenyataan bahwa Calvin telah membunuh Aletta begitu menghantam Moreno. Ia tidak pernah berpikir bahwa perjodohan yang ia lakukan membawa petaka. Ia tidak pernah berpikir bahwa anaknya akan begitu tega pada Aletta. Moreno merasa sangat bersalah, ini semua terjadi karena dirinya.
Kenneth juga berada di sana, tatapan matanya ber
Atthaletta Evangellyn hidup kembali sebagai Raquella Qyra setelah dirinya tewas tenggelam di lautan karena konspirasi jahat suami dan adik tirinya yang berselingkuh di belakangnya.Aletta bersumpah, jika ia diberikan kesempatan hidup untuk yang kedua kalinya maka ia akan membalaskan semua rasa sakit tak tertahankan yang pernah ia rasakan. Dan Aletta mendapatkan kesempatan itu, bukan sebagai dirinya melainkan sebagai Qyra -wanita malang yang bunuh diri di tempat yang sama dengan tempat kematiannya.Melalui tubuh Qyra, Aletta memasuki kediamannya yang dulu sebagai baby sitter putrinya, atau lebih tepatnya putri adik tiri dan suaminya yang dengan bodoh ia rawat selama 5 tahun tanpa tahu asal usul anak itu.Aletta mendatangkan badai untuk adik tiri dan suaminya. Menagih setiap rasa sakit yang ia rasakan. Merampas kembali apa yang sudah suami dan adik tirinya renggut darinya.Tidak ada lagi Aletta yang penuh kasih sayang. Yang ada hanya Qyra yang dipenuhi pemb
Sebuah mobil berhenti di tepi tebing bebatuan. Seorang pria keluar dari mobil itu dengan wajah dingin, kemudian pria itu membuka pintu penumpang dan menarik paksa seorang wanita keluar dari sana. Suara deburan ombak yang menyapu tebing menyambut mereka."Kenapa kau membawaku ke sini?!" Wanita yang mengenakan dress bermotif bunga menatap pria berpakaian rapi di depannya dengan tajam. Matanya yang berair menunjukan bahwa ia tengah menahan tangis. Tangan wanita itu mengepal, menandakan bahwa amarah tengah menguasainya saat ini."Karena kau sudah mengetahui tentangku dan Briella, maka kau harus mati." Pria itu menjawab dengan nada dingin yang menusuk.Mata sang wanita melebar. Menatap tak percaya pria di depannya yang tak lain adalah suaminya. "Setelah menyelingkuhiku, sekarang kau ingin membunuhku?! Kau benar-benar kejam, Calvin!"Pria yang bernama Calvin itu tak peduli dengan makian istrinya."Tidakkah seharusnya kalian bersujud meminta maaf padaku s
"Apa yang ada dipikiran gadis bodoh ini. Bagaimana mungkin dia mencoba bunuh diri!" suara kesal bercampur khawatir itu terdengar di telinga Aletta."Ibu sudahlah. Yang terpenting Qyra bisa diselamatkan." Suara asing lainnya juga terdengar."Apa yang nanti harus aku katakan pada ayah dan ibunya jika dia tidak bisa diselamatkan."Aletta masih mendengarkan suara penuh kecemasan itu. Saat ini Aletta tengah berpikir apakah di akhirat terdapat bau khas rumah sakit karena penciumannya menangkap bau itu. Aletta cukup akrab dengan bau rumah sakit karena hampir tiap hari ia menjaga ayahnya yang mengidap penyakit kanker sebelum akhirnya meninggal karena digrogoti oleh penyakit mematikan itu.Perlahan bulu mata Aletta terbuka. Ia penasaran seperti apa dunia setelah kematian. Hal pertama yang Aletta lihat ketika membuka mata adalah langit-langit sebuah ruangan yang berwarna putih."Qyra!"Aletta merasakan hangat di tangannya. Perlahan pandangan Aletta tu
Mata Aletta menatap layar ponsel di depannya. Baris demi baris ia lihat, ibu jarinya bergerak memindahkan berita yang ia baca.Senyum sinis terlihat di wajah Aletta. Calvin dan Briella bahkan tidak puas hanya dengan membunuhnya, hingga dua manusia laknat itu membuat skenario menjijikan yang membuat dirinya menjadi hina.Kematiannya disamarkan menjadi sebuah aksi bunuh diri. Dan alasan dari aksi hina itu adalah bahwa dirinya — Aletta Evangellyn, melakukan perselingkuhan dan tertangkap basah oleh Calvin. Bukan hanya itu, foto perselingkuhan yang menjadi bukti kuat juga tersebar di media online.Aletta tertawa sumbang. Bukankah Calvin dan Briella sangat pintar dalam mengarang cerita?"Ada apa? Kau kenal siapa mereka?" Laura yang sejak tadi berdiri di sebelah ranjang Aletta menatap Aletta dengan wajah bingung.Aletta mengembalikan ponsel yang ia pinjam dari Laura tanpa menjawab pertanyaan Laura atau mengucapkan kata terima kasih. Hatinya saat ini
Aletta berdiri di depan pintu masuk rumah sakit bersama dengan Laura dan Gretta yang selalu menjaganya saat berada di rumah sakit. Hari ini Aletta telah diperbolehkan pulanh oleh dokter, dan ia masih harus mendatangi rumah sakit beberapa kali lagi untuk memeriksakan keadaannya.Sebuah taksi berhenti di depan tiga orang itu. Laura membukakan pintu untuk Aletta dan ibunya, kemudian memasukan barang-barang bawaannya ke bagasi mobil.Taksi melaju, membelah kota S yang pagi itu cukup lengang. Pandangan mata Aletta hanya tertuju pada tepi jalanan. Menatap rindangnya pepohonan hijau yang berbaris rapi di sepanjang jalan.Pikiran kosongnya buyar ketika ia merasa kehangatan menjalar di tangannya. Ia melihat ke arah sana dan menemukan Gretta menggenggam tangannya. Aletta segera menarik tangannya, membuat Gretta tersenyum hampa. Wanita paruh baya itu merasa sedih karena keponakannya masih menganggapnya orang lain.Taksi sampai di sebuah rumah kecil yang sudah nampak
Pikiran Aletta kini berpusat pada bagaimana cara melakukan pembalasan. Dengan wajah yang ia miliki saat ini, Aletta yakin bisa menggoda Calvin. Namun, Aletta terlalu muak jika harus menjalin sebuah hubungan dengan Calvin meski saat ini ia memakai tubuh orang lain.Aletta memutar otaknya, apa yang harus ia lakukan agar bisa masuk ke dalam kediaman Calvin. Jika ia ingin menghancurkan Calvin dan Briella maka ia harus berada sedekat mungkin dengan dua orang itu.Pelayan. Aletta harus menjadi pelayan di kediaman itu.Dengan kesibukan Briella sebagai model, ia yakin Briella tak akan sudi melakukan pekerjaan rumah tangga. Briella juga tak akan menyerah dengan karirnya yang saat ini sedang cemerlang. Sudah pasti Calvin akan menggunakan pelayan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Dan Aletta tahu ke mana ia harus mencari informasi apakah Calvin sedang mencari pelayan atau tidak.Tanpa Aletta sadari taksi yang ia tumpangi telah sampai di depan kediaman
Aletta telah mendapatkan informasi dari security kediaman Calvin. Saat ini kediaman itu memang membutuhkan pelayan. Tanpa membuang waktu, Aletta segera mengirimkan lamaran untuk posisi pelayan. Tidak masalah baginya menjadi pelayan di sana, apapun akan ia lakukan demi pembalasan."Meisie!" Lagi-lagi Aletta melihat Briella mengejar Meisie yang berlari dari rumah.Aletta yang berada di tepi jalan mengamati ketidakmampuan Briella mendekati Meisie. Saat ini Briella tengah menggenggam tangan Meisie, meminta Meisie untuk masuk kembali ke kediaman Calvin."Lepaskan aku!" Meisie memberontak. Ia menggigit tangan Briella dan akhirnya terbebas. Meisie berlari tanpa peduli sekitar.Aletta melihat ada mobil yang melaju kencang. Hatinya berdenyut tak karuan, kakinya melangkah cepat. Berlari untuk menyelamatkan Meisie. Tidak bisa dipungkiri, kasih sayang Aletta untuk Meisie tidak pernah berubah meski Aletta tahu bahwa Meisie bukan putrinya."Meisie!"
"Kenneth! kapan kau datang?" Calvin meninggalkan meja kerjanya dan melangkah menuju ke seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.Kenneth tersenyum hangat. "Apa aku datang di saat yang tidak tepat, Kak?" Kenneth melihat ke tumpukan berkas yang ada di meja kerja kakaknya."Oh, tidak, Ken. Kau tidak mengganggu sama sekali." Calvin membuka kedua tangannya lebar, lalu memeluk adiknya yang jarang ia lihat. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kakak merindukanmu."Kenneth membalas pelukan Calvin. "Ayolah, kita baru bertemu dua bulan lalu." Kenneth melepaskan pelukannya."Dua bulan? Kenapa rasanya seperti sudah 2 tahun, ya?" gurau Calvin. Ia duduk di sofa begitu juga dengan Kenneth."Aku turut berduka atas kematian istrimu, Kak." Kalimat belasungkawa dari Kenneth membuat senyum di wajah Calvin memudar. Pria itu kini memasang wajah kehilangan bercampur kecewa. "Semua pasti terasa berat bagimu.""Tidak ada kehilanga