Share

Bab 2

Lagi-lagi ketika Diana bangun, ia mendapati tubuhnya terasa lemas. Selain itu, ia juga merasakan sakit pada punggungnya, seperti tertimpa sesuatu yang sangat berat. Diana membuka matanya perlahan, manik abu-abunya memindai keadaan sekitar. Sepi.

Hanya dengan memperhatikan dinding di depannya Diana tahu jika ia dalam posisi duduk, ia dapat merasakan pinggulnya sedikit pegal dengan punggung yang terasa sakit setiap bersentuhan dengan dinding. "Ugh ... Sakit sekali," gumamnya lemah.

Diana memperbaiki posisi duduknya agar punggungnya tidak terasa lebih ngilu, rambut pirangnya kusut. Diana mengabaikannya. Ia harus menenangkan rasa sakit ini dulu.

Sret

Diana berhasil memperbaiki posisi duduknya, Diana diam sejenak seperti tengah mencoba mengingat sesuatu. "Astaga!" Spontan saja Diana terlonjak ketika semua ingatannya kembali masuk bersamaan ke dalam otaknya. Seperti air yang ditumpahkan dari dalam ember. Ingatan itu merasuki kepalanya begitu saja.

"Serigala ... Astaga, di mana aku sekarang?" Diana kembali memindai sekitarnya dengan lebih seksama, di sini gelap jika saja tidak diterangi oleh cahaya obor yang digantung di dinding. Menghasilkan cahaya yang hanya remang-remang.  Di sudut ruangan ini Diana dapat melihat pintu, oh tidak, itu memang satu-satunya pintu untuk keluar dan masuk.

Trang

Saat masih sibuk dengan pikirannya, Diana di kejutkan oleh sebuah suara. Suara seperti besi-besi yang bersentuhan. Asal suara itu dari balik pintu, Diana yakin itu.

Diana menatap pintu itu waspada, meski itu tidak berguna karena kondisinya yang tidak berdaya. Untuk berdiri saja Diana tidak tahu apakah ia mampu atau tidak. Jadi, waspada pun tidak ada gunanya jika tidak ada usaha. Pintu itu mulai berderit, menandakan si pembuka mulai menariknya.

"Kau sudah sadar?" Orang itu mendekati Diana, Diana menatap pria itu waspada. Apalagi pria itu hanya bertelanjang dada, Diana tidak yakin pria itu akan berbuat baik kepadanya nanti.

Diana beringsut mundur ketika orang itu menggapainya, menyebabkan tangan pria itu tergantung di udara. "K-kau siapa siapa?" tanya Diana.

Pria itu menarik tangannya kemudian berdecak. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, tapi aku akan membawamu kepada Alpha. Ia yang akan mengintrogasi mu." 

Diana berpikir keras. Alpha? Ia tidak mengenal seseorang dengan nama itu. "Aku ada di mana?" tanya Diana lagi. 

Adam, Beta dari Diamond Pack itu mendesah. Gadis yang mereka temui di hutan ini banyak tanya juga. Tanpa aba-aba ia menarik tangan Diana, hal itu sukses membuat Diana memekik kaget.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Diana meronta tapi pria itu sangat kuat, terlihat dari tubuhnya yang besar. Diana yakin pria ini gemar berolahraga.

"Aku akan membawamu, jadi, jangan melawan jika tidak ingin terluka." Adam tidak berkata apa-apa lagi, ia hanya menarik agar Diana berdiri.

Mau tidak mau Diana akhirnya berdiri juga, tapi Diana meringis ketika punggungnya terasa sakit karena gerakan yang ia lakukan.

"Akh ...."

Adam menatap Diana, gadis itu terlihat meringis seraya memegangi punggungnya. "Tadi punggungmu tertimpa pohon," kata Adam. Ia melangkahkan kakinya keluar dari sana diikuti Diana yang mengekor di belakang.

"Tertimpa pohon?" Diana pasti sudah gila, bukannya langsung mati, ia malah tertimpa pohon. "Oh, iya sebelum pingsan tadi aku melihat serigala. Apakah kau yang mengusirnya?" tanya Diana begitu saja. Diana pikir pria di depannya inilah yang menyelamatkannya.

Spontan Adam menghentikan langkahnya, gadis ini berkata seolah-olah serigala adalah hewan biasa. Apakah ia tidak tahu Werewolf?

"Kenapa berhenti? Apakah itu benar? Kalau benar aku sangat berterimakasih karena kau sudah menyelamatkan aku dari hewan buas itu." 

Adam kembali melanjutkan langkahnya, gadis ini seperti berasal dari dunia lain. Ia harus lekas membawanya kepada Dedrick. Sang Alpha.

~~~

Diana merasa ngeri. Bagaimana tidak? Ia berjalan sepanjang lorong remang-remang ini dengan suara orang-orang yang seperti tengah disiksa. Jeritan, suara pukulan, dan pastinya bau anyir membuat Diana menatap Adam dengan pandangan waspada.

Apakah aku berada di sarang pembunuh? Pikiran itu terlintas di benar Diana.

"Argh!" 

Kembali Diana tersentak, suara teriakan kesakitan itu membuat Diana ngilu. "Pe-permisi, sebenarnya ini di mana?" Kembali Diana memberanikan diri untuk bertanya setelah sejak tadi bungkam.

"Penjara." Adam menjawab singkat. 

Diana meneguk ludah. "A-anu. Aku mau pulang di mana pintunya?" Diana seketika ingin pergi dari sini, apalagi ketika ingat jika seseorang bernama Alpha akan menginterogasi dirinya.

"Kau harus menjawab beberapa pertanyaan dari Alpha terlebih dahulu, setelah itu kau boleh pergi. Tergantung keputusan Alpha nantinya." 

Adam tidak berbohong, memang begitulah Dedrick. Alpha-nya itu akan menginterogasi orang-orang yang masuk ke wilayahnya, jika orang itu adalah mata-mata jangan harap akan melihat matahari besoknya. Dedrick akan membunuhnya dengan siksaan semalam. 

Siksaan semalam, adalah metode menyiksa mata-mata selama satu malam. Mereka akan dibuat untuk mengakui siapa yang menyuruh mereka, jika mereka tutup mulut maka mereka akan disiksa sampai mati. Begitulah kejamnya Dedrick Caldwell.

"Alpha?" Diana menggunakan nama orang itu. Diana menarik nafas dan membuangnya perlahan, ia hanya perlu menjawab apa yang terjadi dengan jujur dengan begitu ia pasti akan keluar dari sini. Diana yakin itu. 

"Baik, aku akan mengikutinya."

Meski tidak tahu di mana sebenarnya ia berada, Diana tetap ingin meninggalkan kesan baik. Ia harus mengikuti aturan di sini jika tidak ingin terluka.

Adam tidak menjawab, gadis ini terlihat benar-benar tidak tahu. Padahal kekejaman Alpha Dedrick sudah menyebar ke mana-mana, ke seluruh Pack Werewolf. Mungkin ia akan mendapatkan jawaban nanti.

Adam dan Diana tiba di depan sebuah pintu, pintu itu tertutup rapat. Diana yakin seseorang bernama Alpha pasti ada di sana. Adam mengetuk pintu itu dan setelah mendengar suara, Adam mendorong pintu itu.

"Ayo," katanya pada Diana.

Diana mengangguk dan mengikuti Adam untuk masuk ke sana. 

Ketika masuk ke dalam sana, Dana meneguk ludahnya. Tiba-tiba saja ia merasa hawa aneh di sini, jantungnya berdetak kuat hingga Diana takut terjadi sesuatu pada jantungnya. Ruangan ini juga gelap.

Diana mengedarkan pandangannya, di ruangan ini ia melihat sebuah kursi kosong. Sebenarnya ada dua tapi telah di duduki oleh seseorang. Diana yakin pria itu adalah si Alpha. Diana tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena pencahayaan yang minim di ruangan ini, apalagi obor itu digantungkan di dinding tepat di belakang si Alpha duduk. Diana hanya bisa melihat siluet tubuh besar pria itu.

Kenapa tubuh mereka besar sekali, Diana mengeluh dalam hati.

Adam mendekat kepada Dedrick laku berdiri di belakang Alpha-nya itu. Dapat Adam lihat Dedrick yang menatap Diana tajam.

"Duduklah." Adam mempersilahkan Diana duduk.

Diana duduk di depan Dedrick, bersiap menerima pertanyaan, menjawabnya, dan keluar dari sini. Tidak bisa Diana pungkiri jika ia merasa sangat terintimidasi sekarang. Walau tidak melihat wajah pria itu, Diana yakin pria itu menatapnya dengan tatapan tajam. Diana bisa merasakannya.

"Siapa kau?" Dedrick mengajukan pertanyaan pertama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status