Share

Aku Istri Rahasia Suamiku
Aku Istri Rahasia Suamiku
Penulis: Putri rahmania

Bab 1

  

“Mas … aku hamil,” ucap Syifa kepada laki-laki yang duduk di sampingnya sambil memberikan alat tes kehamilan kepada Rudi.

“Hah!hamil,” jawab Rudi sambil terlihat kaget.

“Iya, aku hamil anakmu Mas," jawab Syifa sambil meyakinkan Rudi.

"Gawat, jika gadis ini benar-benar hamil habis ‘lah riwayatku, apa kata orang jika aku menikahi gadis kampung dan tidak berpendidikan seperti ini," pikir Rudi sambil melirik ke arah Syifa dengan pandangan bingung.

"Mas! Kenapa diam, kamu mau tanggung jawab kan?" tanya Syifa sambil menyenggol pundak Rudi.

“Apa! kamu yakin itu anakku?” tanya Rudi dengan tatapan kaget dan takut jika Syifa memang sedang mengandung darah dagingnya.

“Apa maksudmu Mas, aku tidak pernah berhubungan badan dengan laki-laki manapun selain kamu!" bentak Syifa sambil menangis.

“Ya mungkin saja itu anak laki-laki lain, kita hanya berhubungan badan sekali jadi tidak mungkin bisa hamil secepat itu,” jawab Rudi dengan nada ketakutan. 

"Jangan asal bicara ya Mas! Aku hanya melakukan hubungan itu cuma dengan kamu, pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku ini!" bentak Syifa kepada Rudi sambil berdiri.

“Jangan harap aku akan bertanggung jawab dan menikahimu," jawab Rudi sambil meninggalkan Syifa yang mulai meneteskan air mata. 

Setelah mendengar ucapan Rudi, Syifa langsung berlari sambil menangis. Dia tidak menyangka laki-laki yang dia percaya saat ini tega menyakitinya. Sejenak Syifa terdiam sambil terisak memikirkan kesalahannya karena telah mempercayai Rudi. Syifa memang hanya gadis kampung yang tidak begitu paham tentang indahnya cinta dan kecanggihan dunia luar, tetapi dibalik sifat lugu dan kampungan yang dia miliki membuatnya menjadi seorang gadis yang sangat lembut dan patuh. Syifa yang merasa sakit terhadap sikap Rudi kini memilih duduk di dekat sungai kecil yang tidak jauh dari desanya. Sepanjang hari Syifa menangis sambil memikirkan nasib anak yang dia kandung.

Sesaat Syifa mulai mengingat tentang indahnya hubungan terlarang yang telah dia lakukan dengan Rudi. Sore itu Rudi yang baru selesai mengawasi sebuah Proyek pembangunan di desa itu berniat untuk menemui Syifa dan mengajaknya jalan-jalan dengan menggunakan sebuah motor milik salah satu pekerja. Syifa yang dari awal memang memiliki perasaan lebih terhadap Rudi pun bersedia untuk menerima ajakan sang kekasih. 

 “Sore ini kamu terlihat begitu cantik,” ucap Rudi sambil mendekat ke telinga Syifa dan membelai rambut panjang Syifa.

“Terima kasih Mas,” jawab Syifa lembut sambil menutup matanya.

Rayuan demi rayuan Rudi ucapkan sambil perlahan-lahan mengecup bibir mungil Syifa, Syifa yang Saat itu sudah terlena dengan rayuan Rudi mulai membalas setiap kecupan yang dilakukan sang kekasih dengan mata masih tertutup. Ciuman dan cumbuan yang mereka lakukan akhirnya membuat mereka melakukan hubungan suami istri di gubuk tersebut. Syifa yang sudah terlena dengan rayuan manis sang kekasih begitu sangat menikmati setiap permainan Rudi terhadap tubuhnya.

“Apa boleh kita melakukan hubungan terlarang ini Mas,” tanya Syifa dengan mata yang masih tertutup.

“Tidak masalah Sayang, aku akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadamu nanti," jawab Rudi sambil menyusuri setiap lekuk tubuh syifa.

 Langit senja hari itu menjadi saksi bisu hubungan terlarang antara Rudi dan Syifa, ciuman dan kecupan liar pun Rudi lakukan hampir di seluruh tubuh Syifa. Syifa yang mulai menikmati perlakuan Rudi terhadapnya mulai membalas setiap ciuman Rudi. Sehingga terjadilah hubungan terlarang atas dasar cinta antara Rudi dan Syifa di sebuah gubuk tua.  

Terlihat sebuah noda darah segar yang keluar dari area sensitif Syifa karena robeknya sebuah mahkota kewanitaan Syifa. Setelah puas melakukan hubungan layaknya suami istri, Rudi pun mengantar Syifa pulang ke rumahnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Syifa yang saat itu merasakan sakit di bagian sensitifnya berusaha untuk tetap berjalan tegak di hadapan orang tuanya. 

Pertemuan yang tidak disengaja antara Rudi dan Syifa terjadi saat Syifa diminta oleh Ibu Sari untuk mengantar makanan yang dipesan Rudi kepada Sang ibu. Rudi yang saat itu bekerja sebagai kontraktor di perusahaan sang ayah mulai jatuh cinta saat melihat wajah manis Syifa yang hanya bekerja sebagai buruh tani di sawah milik Pak Kades . Selain sebagai seorang buruh tani Syifa juga bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako kecil di pasar. Syifa yang sedang melamun akhirnya tersadar setelah mendengar suara adzan magrib dari salah satu masjid. 

“Seandainya aku mendengarkan kata-kata Ibu untuk tidak terlalu percaya dengan ucapan laki-laki semua ini pasti tidak akan terjadi, apa yang harus aku lakukan sekarang, tidak mungkin aku bicara kepada Bapak dan Ibu tentang kehamilanku, ya mungkin lebih baik aku sembunyikan saja kehamilanku ini, lagi pula perutku juga tidak terlihat besar,” pikir Syifa yang saat itu belum terlalu paham tentang masa kehamilan.

Menurut Syifa yang saat itu masih berusia 19 tahun hamil adalah sebuah masa di mana ada seorang bayi di dalam perut seorang perempuan yang akan keluar setelah berusia 9 bulan. Dia tidak tahu bagaimana perjuangan serta tahapan-tahapan yang dialami seorang perempuan selama masa kehamilan. Setelah mengetahui kehamilan Syifa, Rudi yang awalnya sering berkunjung bahkan mengajak Syifa jalan-jalan keliling kampung setiap sore kini justru menjauhi Syifa.

Syifa yang saat itu hanya bekerja di sebuah toko kecil di sebuah pasar tradisional yang tak jauh dari rumahnya, kini harus berjuang mengumpulkan uang lebih banyak lagi untuk kehidupan keluarganya dan anak dalam kandungannya. Setelah uang yang dikumpulkan dirasa cukup Syifa pun berangkat ke sebuah Bidan yang bernama Indri, Bidan Indri adalah seorang bidan yang terkenal di desanya. Informasi itu pun dia dapat dari percakapan seorang Ibu-Ibu saat berbelanja di toko tempat dia bekerja.

"Selamat Sore, Bu Bidan," sapa Syifa sambil masuk ke ruangan Bidan. 

"Selamat sore Mbak, ada yang bisa saya bantu Mbak," tanya Bidan Indri saat Syifa sudah duduk di kursi. 

"Saya … saya mau memeriksakan kehamilan saya Bu," jawab Syifa ragu-ragu. 

"Oh … silahkan tidur disini, Mbak," perintah Bidan Indri kepada Syifa sambil menunjuk ke arah sebuah kasur kecil di pojok ruangan.

Syifa yang masih awam dengan kehamilan hanya bisa menurut dengan apapun yang diperintahkan sang Bidan desa  kepadanya. Tahap demi tahap pemeriksaan telah dilakukan oleh sang Bidan, Terlihat rasa takut di wajah Syifa saat Bidan Indri mulai melakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Setelah Bidan Indri selesai beliau meminta syifa untuk kembali duduk di kursi.

"Bagaimana hasilnya Bu Bidan?" tanya Syifa dengan sedikit ragu. 

"Sehat kok Mbak … ngomong-ngomong  suaminya kenapa tidak ikut, soalnya saya mau menjelaskan tentang kehamilan Mbak Syifa, apalagi ini kehamilan pertama dan dengan usia Mbak Syifa yang masih terlalu muda," ucap Bidan Indri. 

"Suami saya … ehm … itu dia sedang bekerja di kota Bu," jawab Syifa ragu-ragu.

"Baik kalau begitu saya jelaskan sekarang ya Mbak, kehamilan Mbak Syifa sehat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi, saya harap Mbak Syifa jangan terlalu capek dan mengangkat yang berat -berat karena kandungan Mbak Syifa masih terlalu muda, ini saya berikan beberapa Vitamin untuk Mbak Syifa dan janin yang di dalam kandungan,"  jelas Bidan Indri sambil menyerahkan sebuah kantong berisi beberapa vitamin. 

"Terima kasih Bu Bidan,  kalau begitu saya permisi dulu Bu," ucap Syifa sambil menerima kantong plastik, kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan Bidan Indri.

Setelah keluar dari ruangan Bidan, Syifa langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah. Ditengah perjalanan Syifa bertemu dengan Rudi yang sedang berjalan dengan 2 orang sahabatnya yang sekaligus salah satu pekerja di proyek yang sama dengan Rudi ke arah balai Desa. Karena saat ini di Balai Desa memang sedang ada acara bersih Desa jadi banyak warga yang sudah hadir di balai Desa sejak sore,  untuk menyaksikan rangkaian acara yang diadakan oleh Kepala Desa. 

"Assalamualaikum Mas Rudi," ucap Syifa sambil berhenti dan melihat ke arah Rudi.

Rudi yang saat itu sedang bercanda dengan karyawannya sama sekali tidak menjawab salam yang diucapkan Syifa, bahkan dia tetap berjalan tanpa melihat ke arah Syifa. Hal ini membuat kedua sahabat Rudi sedikit curiga dengan sikap Rudi kepada Syifa. Hingga membuat salah satu teman yang bernama Reno mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Rudi. 

"Tumben, Bos kita yang tampan ini cuek kepada sang pujaan hati," ledek Reno sambil memegang pundak Rudi.

"Iya nih … memang kalian sedang bertengkar ya Rud?” tanya Anjas.

“Kan hubunganku hanya sekedar taruhan saja … dan sekarang kalian harus membayar aku ya," jawab Rudi sambil terus berjalan dan tertawa.

“Gila kamu … anak orang hanya dijadikan bahan taruhan saja,” ledek Reno dan Anjas sambil tertawa.

***

Kehamilan Syifa  saat ini sudah menginjak usia 3 bulan, rata-rata Ibu hamil mulai merasakan mual, muntah dan kelelahan. Suatu pagi saat Syifa baru saja bangun dari tidur, tiba-tiba dia merasakan mual yang luar biasa hingga dia harus berlari ke kamar mandi selama beberapa kali. Kejadian itu berlangsung selama satu bulan, hingga membuat sang Ibu curiga, dan mulai bertanya kepada Syifa.

"Kamu kenapa toh Nduk, Ibu lihat kamu sering muntah-muntah hampir sebulan ini, kamu baik-baik saja kan?" tanya sang Ibu sambil duduk di samping Syifa yang sedang berbaring ditempat tidur.

Syifa yang mendengar ucapan sang Ibu langsung terkejut dan terdiam. Saat itu yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya menyembunyikan kehamilannya yang sudah memasuki usia 3 bulan. Bagaimana cara menyampaikan kepada orang tuanya tentang apa yang sudah terjadi kepadanya. 

"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang," batin Syifa sambil membalikkan badan.

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status