Share

Pesan dari orang yang tidak dikenal

Apa yang bisa kau lakukan dengan tubuhmu yang kecil ini, dengan sekali sentakan aku mampu mematahkan tulang mu," ucap mas Arman datar dan dingin.

Aku hanya diam dan kaku, tak bisa ku bayangkan bila mas Arman serius dengan kata katanya barusan, bagaimana jika dia benar-benar mematahkan tulang ku dengan kedua tangan kekarnya?

"Jika kamu masih mau hidup dan selamat lebih baik ikuti saja semua kata-kata ku dan jangan pernah campuri urusan ku dan Nita," ucapnya

"Dan ingat status mu saat ini hanyalah pembantu berkedok istri, jangan pernah kau ajari saya tentang pernikahan aku tak pernah tertarik padamu," lanjutnya.

Berdebar jantungku berdebar nafasku tercekat saat tangan kirinya mencengkeram leherku dengan kasar, penampakan nya seperti malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawaku kapanpun.

"Sa-sakit Mas," ucapku terbata-bata menahan sakit di pergelangan tangan dan leherku.

Bukannya iba denganku mas Arman justru memperkuat cengkeramannya di tanganku menambahkannya rasa nyeri disana, air mataku yang tertahan kali ini pun tumpah tak kuasa menahan sakit.

Setelah puas melihatku tersiksa dia pun melepaskan cengkraman tangannya membuatnya langsung lega dan menghirup nafas sebanyak mungkin.

"Aku bisa berbuat jauh lebih sakit dari ini, jadi ingat jangan pernah macam-macam denganku dan Nita apalagi sampai menyentuh kulitku dan dia!" ancam mas Arman lagi, kemudian ia berlalu meninggalkan ku.

Air mata yang sempat tertahan kini ku luruhkan semua, aku tidak menyesali keberanian menampar mas Arman, aku hanya menyesal karena menikah dengannya.

Semua hubungan tidak sehat ini tidak akan terjadi bila aku tidak gegabah. Aku yang salah dari awal begitu percaya dengan kemanisan cinta palsu.

****

Usai sholat magrib ku rebahkan tubuhku di ranjang kemudian membuka handphone dan mengecek tulisanku di sebuah platform online yang ku buat pagi tadi, betapa girangnya aku ternyata banyak orang yang membaca kisah ku dan dipenuhi oleh berbagai komentar.

[Beneran kisah nyata ini neng, duh kesian banget sih nasibnya] tulis seseakun bernama Wati.

Ya memang nasibku sih tapi kayaknya kalau aku tidak gegabah gak bakalan gini deh nasibku, batinku.

[Duh situ cuma mau di jadikan babu, ngapain nikah kalau cuma dijadikan babu mbaknya] tulis akun lainnya.

Dan aku satu komentar yang lumayan menekan mental ku.

[Bodoh banget sih mau di gituin, ceraikan saja suami modelan begitu, mbaknya pantas bahagia jangan mau dah di sia siakan begitu masih muda jalannya masih masih panjang]

Aku begitu tertampar saat membaca komentar itu , memang benar kata orang yang berkomentar itu aku yang bodoh, dan aku juga masih muda masih memiliki langkah perjalanan hidup yang panjang. 

Diri ini sangat berterimakasih dengan komentar yang membangun seperti itu, biarpun sedikit kasar namun mampu membuat mata hatiku terbuka dan menyadari apa yang harus ku perbuat sekarang.

Cerai, ya cerai itulah pilihanku sekarang biarlah ku sandang status janda daripada harus menderita terus-terusan seperti ini.

Aku tahu perceraian merupakan hal yang dibenci oleh Allah, tapi juga dihalalkan bila memang hubungan pernikahan ini tidak berjalan semestinya dan juga melenceng dari syariat agama.

Yang harus kulakukan sekarang adalah berterus terang pada Mama dan Papa agar mereka dapat membantu ku. Sejujurnya aku merasa sangat bersalah terhadap keduanya karena menutup nutupi keadaan pernikahanku yang tidak sehat dari awal. 

Ting! 

Sebuah pesan W******p masuk dari sebuah nomor yang tak ku kenali, awalnya aku hanya cuek namun beberapa pesan masuk berturut-turut dari nomor yang sama pula.

Dengan penuh rasa penasaran kubuka pesan singkat tanpa berpikir panjang lagi. Dan apa yang ku lihat membuatku benar-benar sangat terkejut, pasalnya dalam pesan itu menampilkan foto-foto mas Arman dan Nita yang sedang bermesraan dalam suatu restoran.

[Siapa kamu? darimana kami mengenal saya dan mas Arman suami saya] 

Bukannya memberi jawaban tentang siapa dirinya, pengirim pesan itu justru mengirimkan foto-foto mas Arman yang lainnya.

[Siapa kamu?] tanyaku penuh dengan rasa penasaran.

[Tidak penting siapa saya, yang terpenting aku sudah memberikanmu informasi tentang siapa suami sebenarnya]

Rasa penasaran terus mengganggu pikiranku, siapa orang yang mengikuti mas Arman itu dan darimana dia mendapatkan nomor W******p ku karena seingat ku diriku tak pernah memberikan nomor ini ke orang lain dalam waktu dekat ini.

[Baiklah tapi tolong beritahu saya darimana anda bisa mendapatkan nomor saya]

[Sekali lagi itu tidak penting sekarang waktunya untuk kamu bangkit dari semua ini, suatu saat kita akan bertemu Anisa]

Balasannya membuat ku tak dapat berkata-kata apapun, di sisi lain aku sangat penasaran pada si pengirim pesan ini dan sisi lainnya dia juga ada benarnya aku harus bangkit dari semua ini, toh suatu saat aku akan tau siapa dia sebenarnya.

****

Pukul 21.15 belum ada tanda-tanda kepulangan mas Arman dan Kayla, mataku sudah terkantuk-kantuk tapi mereka belum kunjung pulang. Ku putuskan untuk tidur karena pasti mas Arman membawa kunci sendiri, sebelum tidur aku terlebih dahulu mengecek semua pintu dan jendela terlebih dahulu.

Berada di rumah sendirian saat malam hari membuat ku sedikit merinding, apalagi jika malam tiba suasana di kompleks perumahan ini akan sangat sunyi. Itulah sebabnya aku tak berani mematikan satu pun saat malam tiba.

Tok tok tok ! 

Suara ketukan pintu berasal dari pintu depan, aku bergegas keluar kamar dan membuka pintu karena aku berpikir mas Arman dan Kayla sudah pulang.

Dan....... saat pintu sudah ku buka lebar tak ada satu orang di sana, angin malam berdesir membangkitkan bulu bulu kudukku, jantungku pun berdebar hebat, mataku memeriksa sekeliling namun tak ada seorang pun di sekitar rumah ini, dan semua rumah rumah disini sudah tertutup rapat. Lalu siapa yang mengetuk pintu rumah ini malam malam begini? apa maksudnya melakukan semua ini? apakah sengaja agar aku jantungan.

Entahlah siapa yang berbuat iseng kepadaku malam ini, badanku sudah gemetaran karena takut, bibirku seakan-akan terkunci dengan rapat sehingga aku tak dapat mengeluarkan suara sedikitpun.

Tiba-tiba kakiku merasakan telah menginjak sesuatu, dan saat ku tengok ternyata aku menginjak sebuah kotak berwarna merah pekat dengan pita di atasnya, dengan cepat kuambil kotak itu dan masuk rumah kemudian kembali mengunci pintu kemudian berlari menuju kamar secepat mungkin karena aku penasaran apa ini kotak ini.

*****

Aku mau nanya nih ada yang tahu gak isi kotak merah itu apa? kalau ada yang tahu komen dong.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Baharudin Haris
sialan luh katanya gratis taik luh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status