Share

Chapter 12

“Sepertinya bekas lukanya nggak terlihat lagi.”

Matanya yang besar berubah seperti bulan sabit ketika mengamati pelipisku. Maksudku dia mengamati bekas luka sewaktu aku membenturkan kepala di rumahnya. Ah, menyebalkan kenapa dia masih saja ingat. Bukankah sangat memalukan? Apa mau dikata, sudah terlanjur.

Setelah menghabiskan menu yang mungkin bisa dibilang makan malam, kami beranjak. Sekaleng minuman soda dingin dia lemparkan padaku dari jarak dekat yang mendarat mulus dalam genggamanku. Di ikuti tawanya yang berderai sebelum dia mendorong pintu kedai. Lalu kami keluar dengan langkah yang berjauhan. Aku sengaja berjalan cepat-cepat. Tak sudi beriringan dengannya.

“Ternyata konsentrasi kamu masih bagus. Buktinya kamu sigap dengan gerakan tak terduga.”

Senyumnya melebar. Aku tak menimpali hanya menyengir sepintas.

“Besok saya hubungi kamu kalau mobil kamu sudah selesai diperbaiki. Euh. Tapi saya nggak punya nomor kontak yang sekiranya bisa dihubungi.”

Dia mendongak ke atas menghentika
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status