Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa
Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny
Part 1"Mas, Beras habis gas juga habis! " Ucap Kartika dengan wajah sedih, sementara suaminya-Bagas, yang sedang asik bermain game online di HP androidnya tanpa mau tahu beras dan gas sudah habis. "Kamu ngutang dulu diwarung Uwak Midah dek, aku lagi gak punya uang" Sahut Bagas tanpa menoleh ke arah Kartika, ia malah sibuk melanjutkan permainan game onlinenya. Laki laki berusia tiga puluh lima tahun itu, tak peduli saat kebutuhan rumah sudah habis, makanan tak ada sama sekali. Untuk bekerja saja ia malas, banyak sekali alasan yang ia buat, entah dimana naluri sebagai seorang Ayah dan suami dalam dirinya. "Aku udah malu ngutang terus sama wak Midah Mas, hutang kemarin aja belum kita bayar, kamu malah suruh aku ngutang lagi, kerja dong Mas, jangan cuma main HP aja! " Rutuk Kartika kesal melihat suaminya yang malas bekerja. "Sekarang lagi belum ada panggilan kerja, kalau udah ada pasti nanti aku kerja kok. udah deh, kamu jangan rewel""Kalau gak ada panggilan ditempat kamu kerja, ka
Part 2 Kartika pulang kerumah dengan hati kesal dan dada sesak, bagaimana tidak? suaminya malah tidur saja tak bergerak sama sekali. DUAARRRGeram karena suaminya tidak bekerja, Kartika membanting pintu. Kemarahannya sudah sampai di ubun ubun. "Ada apa sih ribut ribut? Ganggu orang tidur saja? " Bentak Bagas merasa tidurnya terganggu. Naik pitam Kartika melihat perangai suaminya itu, sudah malas bekerja malah marah marah. Malas meladeni suaminya, katika memilih kedapur lalu memasak nasi. Lauk dari rumah emak sudah diletakkan diatas meja, tak lupa ditutupnya dengan tudung saji. Pukul 11.00 Kartika berangkat menjemput dua anaknya disekolah. Bagas masih belum beranjak dari tidurnya, malang nian nasib Tika, sudah susah malah dapat suami malas. Berapa saat kemudian, Tika sudah pulang dengan memboncengi dua bocah disepedanya, satu didepan dan satu dibelakang. "Sudah sampai mah, Adit turun dulu" Ucap si bungsu tak sabar ingin cepat makan siang. "Hati hati nak, jangan lari lari" Kart
Part 3Hari yang ditunggu Kartika akhirnya tiba, pagi ini ia sudah bersiap siap berangkat ke Toko Bakso Abangnya, Wahyu. "Mas... Bangun, aku mau berangkat kerja, kamu anterin anak anak sekolah ya" Ujar Kartika membangunkan suaminya. "Alah... Kamu saja yang antar" sahut Bagas yang masih tidur dengan posisi telungkup. Kesal mendengar ucapan suaminya, Kartika mengambil bantal lalu melempar ke arah Bagas. "BANGUNNN..." kesal Kartika melihat suaminya yang malas bangun pagi apalagi bekerja. "Kamu udah janji kemarin akan antar anak anak dan ngurus rumah, sementara aku kamu suruh bekerja. Hari ini akan aku lakukan sesuai permintaan mu, aku akan bekerja. Lekas bangun, dan antar anak anak sekolah, cepat" Habis kesabaran Kartika menghadapi suaminya itu. "Ah... Kamu apa apaan sih? ganggu aku tidur aja ""Bangun gak? Kalau kamu gak mau bangun dan antar anak anak sekolah, aku gak akan bekerja, biar kamu dan anak anak kelaparan, aku akan pulang ke rumah orang tuaku"Mendengar ancaman Kartika,
Part 4"Tika... !" Suara seorang laki laki memecah keheningan diruang berukuran 5 x 5 meter itu. "Pak Bos... " Tiga wanita senior tika seketika kaget melihat kedatangan Bos mereka, Pak Wahyu. "Kamu kok disini Tika? Siapa yang nyuruh kamu kerja di dapur? " Wahyu kaget melihat adik bungsunya berada di dapur dengan tangan berlumur adonan Bakso. "Mbak Surti" Jawab Kartika singkat. Seketika wajah Wahyu berubah pias, ia ingin marah dan mengeluarkan kata kasar, tapi dihadapan anak buahnya ia tak mungkin bersikap tidak baik. "Ayo, cuci tanganmu, ikut Mas sekarang" "Iya Mas" Kartika segera mencuci tangan di atas wastafel. Setelah mengeringkan tangan, ia segera mengekor kemana Abangnya pergi. Sebelum keluar dapur Kartika sempat pamit pada ketiga seniornya itu. "Mbak, aku pamit ya. Makasih udah ngajarin aku ngadon bakso""Ngih.. Sama sama mbak Tika, semoga kita ketemu lagi ya""Pasti, kita kan satu tempat kerja"Setelah Kartika berlalu meninggalkan dapur, ketiga wanita itu saling adu pen
Part 5"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar. Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya. Kriet... Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek. "Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan. "Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik. "Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya. "Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelapara
Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak