Empat puluh hari telah berlalu, Mia mulai menata kembali hidupnya setelah kehilangan sang ibu, sekarang bisa bebas bertemu dengan Bintang membuatnya bertahan menghadapi apapun yang akan datang. "Gilang, hari minggu aku mau ajak Bintang nonton sebelum aku balik ke panti." Mia menghubungi mantan suaminya. "Boleh, mmm... apa kamu siap ketemu sama Ali?" Hati Gilang tiba-tiba bergemuruh mendengar Mia mau kembali ke panti. "Siap-siap saja, toh dia sudah bersama istrinya.""Kalau ada apa-apa kabari aku, ya.""Tenang dia tak akan menggangguku," hibur Mia sebelum mengakhiri percakapan. Di kantornya Gilang tengah merenung sambil memainkan ponsel, ia sedang menunggu kabar dari pengacara yang mengurus perceraiannya. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan, dia merubah posisi duduk saat asisten membuka pintu dan mempersilahkan seorang pria masuk. "Silahkan, sudah ditunggu sama Bapak," ucap wanita cantik itu kemudian mengangguk pada Gilang memberi hormat sebelum pergi. "Ah... Pak Thomas, apa
Tampan, kaya, misterius, itulah sosok pemuda bernama Gilang. Meskipun anak konglomerat dia sangat jauh dari kata play boy, bahkan terkesan menjauhi wanita, sikapnya itu membuat para wanita di kampus tergila-gila.Di sisi lain Gilang suka pergi ke klub menghabiskan malam dengan minum minuman keras. Beberapa mahasiswi di kampus berusaha menarik perhatiannya, alan tetapi tak satu pun yang berhasil mendekatinya."Gilang, kamu lihat cewek itu dari tadi merhatiin kamu," bisik Robi memberitahu Gilang.Pemuda itu menoleh sekilas ke arah gadis yang di maksud oleh Robi, gadis itu melempar senyum manisnya, Gilang memalingkan wajah dengan cepat tanpa membalas senyuman itu. Raut kecewa jelas tergambar di wajah mahasiswi itu."Cakep 'kan?" Robi memandang gadis itu."Sana lo deketin!" seru Gilang acuh."Gue nggak habis pikir, lo tuh sukanya cewek yang seperti apa sih, itu cewek-cewek pada ngantri, tapi nggak ada satu pun yang menarik perhatian lo." Robi me
Setelah kejadian hari itu, Mia semakin dekat dengan Gilang. Pria itu tak lagi menghindar dan bersikap baik padanya. Gilang memang bukan pria brengsek yang meninggalkan wanita setelah apa yang mereka lakukan, dia punya rasa tanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat."Kamu jadian sama, Mia?" tegur Robi."Gue ... ya, begitulah." Gilang tak menampik kedekatannya dengan Mia."Gue ikut senang, akhirnya lo laku juga." Robi tertawa."Sial*n lo!" Gilang meninju lengan Robi.Sebenarnya Gilang sama sekali tidak ingat kejadian malam itu, dia hanya takut akan timbul masalah di kemudian hari gara-gara malam itu.Kedekatan Gilang dengan Mia membuat para mahasiswi patah hati. Pemuda itu tak lagi sendiri, di mana ada Gilang di sana pasti ada Mia.Wanita mana yang tidak silau dengan kekayaan, Gilang adalah tiket menuju ke sana. Tentu saja Mia tak melepaskan pria itu begitu saja."Gilang, nanti malam kamu mau ke klub?" tanya Mia sebelum pul
Setelah keributan yang terjadi tadi malam, pagi itu Dirga sudah menunggu Gilang di ruang makan. Gilang yang tidak mengerti kejadian itu langsung duduk menghampiri papanya dengan santai."Tadi malam kamu dari mana?" tanya Dirga mulai menginterogasi putranya."Biasa," jawab Gilang tanpa beban."Tadi malam ada wanita mabok nyariin kamu!" suara Dirga mulai meninggi, Gilang terkejut tak biasanya sepagi ini papanya marah-marah."Apa, siapa?" Gilang mengeryit bingung."Lihat di kamar tamu, wanita itu tidur sedang di sana!" Dirga menatap tajam putranya yang masih kebingungan.Mendengar ucapan papanya, Gilang bangkit dan memeriksa kamar tamu, betapa terkejutnya saat melihat Mia tengah tidur di kamar itu."Hah, Mia?" Gilang semakin bingung, dia kembali ke ruang makan dengan wajah tak berdosa."Pacarmu?" tanya Dirga sinis."Bukan, anu ...." Gilang semakin bingung menjelaskan tentang siapa Mia sebenarnya."Dia bilang kamu tin
"Apa, menikah?" Ratih, ibu Mia terkejut mendengar ucapan pemuda yang baru saja diperkenalkan oleh putrinya."Maaf Bu, kami sudah ---" Gilang menunduk takut."Ada apa ini, Mia?" Wanita itu menatap putrinya yang malah tersenyum bahagia."Aku dan Gilang mau menikah, Bu. Tolong restui saja kami." Mia memohon pada sang ibu yang terlihat kecewa.Ratih membesarkan Mia seorang diri setelah kepergian suaminya. Dia putri satu-satunya yang menjadi harapan hidupnya, belum juga lulus kuliah dan mendapatkan kerja sekarang malah meminta restu untuk menikah.Meski penampilan Gilang terlihat baik dan mapan, Ratih ingin putrinya menjadi wanita mandiri. Bukan seperti ini yang ia rencanakan sebelumnya.Ratih meminta waktu untuk membicarakan hal ini berdua dengan putrinya, dia menyuruh Gilang pulang, dan akan memberi keputusan nanti.Setelah Gilang pergi, Ratih menatap putrinya dengan lekat, mencoba memahami apa sebenarnya yang dia inginkan."Apa y
Hari bahagia itu akhirnya tiba, hari di mana Mia dan Gilang mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Mia lah yang paling berbahagia, impian hidup bergelimang harta sudah menjadi kenyataan, sementara Gilang harus menelan pil pahit yang akan ia jalani seumur hidup.Pesta pernikahan diadakan dengan sangat mewah di salah satu hotel bintang lima, beberapa mahasiswi yang dulu mengidolakan Gilang harus kecewa saat mendengar kabar pernikahan pria yang menjadi idaman mereka.Mereka langsung terbang berbulan madu ke pulau dewata setelah acara resepsi pernikahan selesai. Semua sudah diatur oleh Dirga, Gilang hanya tinggal melaksanakan.Turun dari pesawat, mereka langsung diantar kesebuah villa mewah, Mia sangat bahagia ini kali pertama dalam hidupnya tidur di villa semewah ini. Dia langsung memeriksa ruangan dan sekitar, kamar tidur yang dihias dengan mawar merah berbentuk hati serta sebuah ucapan selamat dari pihak villa, ada juga kolam renang private, Dirga benar-ben
"Mia pulang dulu, Bu," pamit Mia pada sang ibu setelah melepas rindu."Ingat pesan Ibu, jadilah istri yang baik, berbakti pada suami juga mertuamu," pesan Ratih pada putrinya sebelum pergi.Tak lupa Ratih membawakan rendang kesukaan besannya sebagai ucapan terima kasih. Wanita itu juga berpesan pada Gilang agar menjaga putrinya dengan baik."Baik, Bu. Kami pulang dulu," pamit Gilang sambil mencium tangan Ratih sebelum pulang.Tak ada hal yang paling menyenangkan selain melihat putrinya bahagia, meski awalnya dia sempat kecewa dengan keputusan Mia. Kini Ratih merasa lebih tenang, setidaknya apa yang diinginkan oleh Mia sudah menjadi kenyataan.Rupanya Dirga sudah pulang dan sedang bersantai di ruang keluarga saat mereka tiba di rumah. Mia langsung menyapa lalu mencium tangan mertuanya dengan hormat."Dari mana kalian?" tanya Dirga pada putra dan menantunya."Dari rumah Ibu, ini dibawain rendang kesukaan Om sama Ibu." Mia menunjukkan bu
"Gimana Bro, jadi kita mau buka usaha?" tanya Robi saat bertemu Gilang."Ya jadi dong, gue sekarang udah punya istri nanti kukasih makan apa kalau gue nggak punya kerjaan," sahut Gilang."Gue kira lo nggak serius sama, Mia." Robi terkekeh."Awalnya gitu, tapi kulihat dia baik, papaku juga sayang sama dia, ya sudah lah lo tau kan gue pria yang nggak neko-neko kalau soal cewek.""Gue tahu lo dengan baik, Bro. Berapa cewek yang kamu pacarin selama ini, dan gue tahu lo bukan cowok brengsek, meski lo sering diselingkuhin sama cewek lo." Robi kembali tertawa diikuti Gilang.Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP, Robi mengenal baik sahabatnya itu mereka hanya suka mabok tapi tidak pernah bermain perempuan.Awal Gilang mulai mabok gara-gara diselingkuhin sama pacarnya waktu SMA, dia berusaha melupakan wanita itu dengan mabok setiap malam. Ditambah lagi kepergian mamanya yang membuatnya merasa sangat kehilangan.Untuk urusan bercin