...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...Dengan tubuh yang bergetar dan dada yang berlumuran darah, Shen Yiyi mencoba mengumpulkan seluruh kesadarannya untuk tetap bertahan hidup.Sembari menahan gelombang rasa sakit yang menyengat di dadanya, kedua tangannya terlihat mengepal karena sebuah pengkhianatan!"Kau! Mengapa kau melakukan hal ini kepadaku, Wei Yuna?!", dengan mata memerah karena amarah, Shen Yiyi melihat ke arah iblis wanita yang baru saja menusuknya itu."Ha..ha..ha!! Shen Yiyi kau begitu naif! Selama ini aku menipumu karena menginginkan semua yang kau miliki. Sayangnya, kau terlalu bodoh untuk mengetahuinya!", katanya sambil tersenyum dengan sinis sembari mengambil beberapa dokumen dari dalam tas Guccinya itu, kemudian melemparkannya tepat di pangkuan Shen Yiyi yang sedang tersimpuh tak berdaya."Apa maksudmu?!!" Shen Yiyi balik melemparkan dokumen itu ke lantai sehingga semua kertas-kertas itu berserakan kemana-mana.Meskipun Shen Yiy
..."Tit. Tit. Tit...", bunyi mesin monitor denyut jantung terdengar samar-samar memenuhi sebuah ruangan bernuansa putih dimana seorang gadis muda berusia 22 tahun sedang terbaring lemah diranjangnya.Udara dari mesin pendingin yang menusuk kulit desertai dengan aroma disinfektan yang begitu kuat seakan mengusik kenyamanan wanita yang sudah beberapa waktu ini telah tertidur pulas dalam kondisi koma setelah sebuah kecelakaan menimpanya.Perlahan, kedua mata indah yang dihiasi bulu panjang nan lentik itupun mulai terbuka menampilkan sepasang bola mata cantik yang terlihat sedang beradaptasi pada cahaya terang yang menyilaukan kedua matanya.Selama beberapa detik, Shen Yiyi berusaha mengamati suasana yang ada di dalam ruangan itu yang nampak tidak asing lagi baginya. Alisnya yang tebal tampak mengernyit setelah hidung mancungnya mencium bau disinfectan yang sangat kuat disana."Dimanakah ini?", batinnya sebelum ia merasakan sebua
...Pagi ini, sinar matahari yang sangat cerah terlihat menerobos masuk melalui sela-sela celah jendela kaca yang ada di ruangan berwarna putih gading itu. Kilauan cahayanya begitu menyilaukan yang seakan-akan mengetuk-ngetuk kedua pasang mata yang sedang terbaring di atas ranjang pasien yang ada disana.Bergerak-gerak karena ada yang mengusiknya, kedua mata indah yang berbentuk seperti buah almond itupun nampak mulai terbuka perlahan-lahan memperlihatkan kedua mata berwarna cokelat keemasan yang begitu unik dan memikat. Sayangnya, kedua mata yang seharusnya indah itu tertutupi oleh polesan maskara dan eye liner yang sangat amat tebal dan memuakkan sehingga menyembunyikan keindahan kedua biji matanya yang sempurna. Beberapa saat kemudian, kedua bulu mata lebat nan lentik yang ada disana terlihat menari-nari diikuti oleh gumamam dari sang pemiliknya."Emm..". dengan lirih, Shen Yiyi mengangkat kedua lengannya dan sedikit menggerakkan pinggangnya k
...Di dalam apartemen bernuansa kuning gading yang mewah dengan lantai terbuat dari batu marmer yang berkilauan, seorang wanita berkulit seputih batu pualam dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai terlihat sedang memperhatikan bingkai-bingkai foto pernikahannya yang masih kosong.Dahulu, ia sangat yakin bahwa suatu saat nanti ia akan berhasil mengisi bingkai-bingkai foto yang sengaja dipasangnya terlebih dahulu itu. Keyakinannya seakan sangat besar sehingga ombak lautpun rasanya tidak mampu untuk menyapunya. Sayangnya, pernikahan itu hanyalah sebuah lelucon dan tidak pernah ada. Bingkai yang kosong itu adalah bukti nyata dari kisah pernikahannya yang tidak pernah dirayakan maupun dipublikasikan sehingga tidak ada yang tahu selain orang-orang yang berada di lingkaran mereka, dan itu hanya segelintir orang saja.Meninggalkan bingkai itu, Shen Yiyi mengarahkan pandangannya pada seluruh hal yang berada di ruang tamu yang ada disana.
...Di kediaman Wei, seorang wanita muda berusia 25 tahun terlihat mondar-mondar di depan pintu masuk rumahnya, seakan ia sedang menunggu seseorang. Parasnya yang bengis seakan menyiratkan sebuah kekhawatiran akan sesuatu yang tidak dapat terkatakan.Beberapa waktu kemudian, sebuah pesan muncul pada layar ponselnya yang membuatnya semakin geram. Ya, pesan itu berasal dari seorang pria yang menjadi suruhannya.Dari: xxx"Wanita itu sudah keluar dari rumah sakit."Begitulah pesan yang membuat Wei Yuna merasa sangat murka dengan isi beritanya. Shen Yiyi, sepupunya itu, rupanya tidak mati!"Sialan!", gumamnya kemudian sambil memukulkan kepalan tangannya ke atas sandaran sofa yang ada disebelahnya.Tidak beberapa lama kemudian, kehadiran seseorang yang sangat ditunggu oleh Wei Yunapun akhirnya datang juga.Tanpa menunggu orang tersebut masuk dengan sempurna, Wei Yuna telah terlebih dahulu melontarka
...Pada malam hari di kediaman Mu, Mu Shenan terlihat sibuk di ruang kerjanya yang telah lama tidak digunakannya itu. Disana, tumpukan dokumen yang baru saja dikirim oleh asisten Bai sore tadi, cukup membuat Mu Shenan tenggelam di dalam dunianya sendiri bagai sebuah mesin yang tidak mengenal lelah.Benar! Ia adalah pribadi yang tidak pernah merasa lelah! Sampai-sampai seluruh pegawainya pun menganggapnya sebagai dewa kemakmuran yang menjelma dalam wujud pria tampan berdarah dingin. Tidak heran jika di bawah kepemimpinannya, perusahaan Mu mampu menjadi gurita bisnis di negaranya, bahkan mulai menancapkan taringnya di negara-negara lainnya.Namun kali ini, saat ia membalikkan berkas-berkas itu, tanpa sadar mata tajamnya terpaku pada amplop berwarna merah yang menarik perhatiannya.Sembari memainkan pulpen Visconti Ripple berlapis berlian edisi terbatas di tangannya, Mu Shenan mengambil dokumen itu dan membukanya.Penasaran dengan