Adik Ipar Malangbab 14POV Devan"Aku pulang gadis kecilku!"Harusnya itu yang kukatakan pada dia. Gadis kecil yang sudah berani mencuri hatiku. Membuat aku jadi seseorang yang kata temen-temen 'sapi tua makan rumput muda'. Mereka dapat kata-kata itu dari pepatah cina.Setelah berada jauh, dan tak tinggal bersama dengannya lagi, aku mulai merasakan apa yang dinamakan rindu dan tak ingin jauh darinya. Berusaha menahan hati dan godaan jari-jari nakal yang berusaha untuk menghubunginya terus menerus. Kali ini aku kembali.Baru beberapa hari aku tinggal di sini, duniaku dalam sekejap hancur karena jamuan makan malam untuk keluarga suaminya Laras.Aku terjebak di antara rumitnya masalah internal keluarga Om Arifin. Seorang lelaki yang mengkhianati istrinya, dengan memp*rkosa adik iparnya sendiri.Ingin sekali memaki gadis kecilku, bahkan membuang namanya dari sudut hati ini. Tak bisa menjaga mahkotanya sendiri di usia belia.Setelah melihat rekaman kamera pengawas itu, serta mendengar pen
Adik Ipar MalangBab 15 POV Devan"Maafkan aku Om, Tante. Ijinkan aku menikahi Lilis. Aku tak bisa berjanji, tapi kebahagiaan Lilis dan anaknya akan menjadi yang paling utama untukku.""Aku ... tidak bisa," lirih Om Arif.Beliau menatapku dengan lekat. Darah seakan berhenti mengalir, ketika mendengar jawabannya. Benarkah dia tidak bisa memberiku ijin untuk menikahi Lilis?"Aku tidak bisa menentukannya, Devan. Keputusan ada di tangan Lilis. Tadi kamu lihat sendiri, bukan? Saat aku meminta Evan untuk bertanggung jawab, Lilis menolaknya mentah-mentah. Bagaimana dengan kamu yang akan menggantikan Evan untuk bertanggung jawab padanya? Dia pasti akan merasa tidak pantas untukmu, dengan kondisinya yang seperti ini."Ternyata Om Arif bukan bermaksud menolakku. Berarti masih ada sedikit harapan."Aku tahu itu. Paham dengan cara berpikirnya Lilis. Aku akan perlahan-lahan memberi pengertian, bahwa aku serius ingin menikah dengannya.Selain itu, semoga dengan aku menikahi Lilis, Evan dan Laras b
Adik Ipar Malang Bab16 (Datang ke Rumah)POV LilisAku sudah kembali dari rumah sakit, kemarin. Tadi setelah sarapan disuruh langsung istirahat di kamar. Kata Ayah, sebaiknya aku tak sekolah dulu, karena harus memeriksakan kondisi mental akibat peristiwa itu, dengan menjalani psikoterapi.Pikiran ini tiba-tiba teringat dengan perkataan Kak Devan saat di rumah sakit kemarin. Laki-laki itu meminta agar dia yang bertanggung jawab akan janin yang sedang kukandung. Dia ingin menikahi aku.Terdengar suara ketukan dari luar. Aku langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Sejenak aku terdiam melihat orang yang sudah mengetuk pintu kamarku. Hingga suara panggilan Kak Devan menyadarkan dari keterdiaman ini."Lilis!" panggilnya agak kencang."Y-ya. Ada apa, Kak?" tanyaku agak linglung."Boleh aku masuk?" Suaranya kini lembut.Aku diam tak menjawab. Tiba-tiba teringat kejadian menjij*kan itu, karena kejadiannya di tempat ini, di kamarku sendiri. Sepertinya Kak Devan membaca gerak-gerikku ya
Adik Ipar Malang Bab 17 A Lamaran DiterimaPOV Lilis"Tentu ada larangannya. Mertua tidak ada di rumah, yang ada di rumah hanya calon istri saya. Bagaimana bisa aku membiarkan calon istriku berada di rumah hanya berdua dengan seorang laki-laki sepertimu," ujar Kak Devan sambil menekan kata 'Calon Istri'."Calon istri?" tanya kakak ipar terkejut. Matanya membelalak lebar hanya sebentar, kemudian kembali semula. Sayangnya, aku sempat melihatnya sekilas.Aku juga terkejut dengan pernyataan Kak Devan barusan. Hati ini berdesir mendengar kata itu keluar dari mulutnya. Sekuat tenaga menahan senyum yang ingin sekali tersungging di bibir ini."Ya. Calon istriku." sahut kak devan dengan senyum mengejek.Ekspresi wajah Kak Evan mengeras, kedua alisnya mengkerut, matanya memandang Kak Devan dengan tajam."Lilis mengandung anakku, aku yang berhak untuk menjadi calon suaminya," geramnya."Ck, tak sadar diri. Sudah punya istri satu, masih belum cukupkah?"Kak Devan bersikap santai menghadapi kemar
Adik Ipar MalangBab 17 bPOV LilisAku dan Ayah terkejut, tapi setelah diperhatikan, tak ada wajah bercanda yang diperlihatkan Kak Devan."Kamu itu mau cepat-cepat bukan karena kebelet, kan?" tanya Ayah."Tentu saja bukan. Kenapa Om selalu berpikiran rendah tentangku.""Memang seperti itu kenyataannya," ejek Ayah mengangkat sudut bibirnya sebelah.Aku hanya menepuk jidat. Kalian berdua ini, kalau sudah berkumpul pasti seperti kucing dan tikus, tapi anehnya bisa kompak dalam suatu urusan. Ayah juga akan keluar dari sikapnya itu, hanya kepada Kak Devan. Tanda bahwa Ayah dekat dengannya."Karena Lilis sudah menerima lamaran saya, aku yang akan menyiapkan segala keperluan pernikahan ini. Tapi, kita hanya akan menikah siri dulu, untuk menutupi aib kamu dan keluarga. Kamu nggak apa kan, Lis?" tanya Kak Devan dengan kikuk, sambil menggaruk kepalanya yang kuyakin tidak gatal.Aku mengangguk setuju. Ini saja sudah sangat
Adik Ipar MalangBab 18 A Laras MarahPov Laras"Kenapa kamu tega berkhianat? Apa kurangnya aku? Kenapa harus berselingkuh dengan adik aku sendiri? Apa aku kurang memuaskan untukmu?" tanyaku dengan hati jengkel.Sepulang dari rumah sakit, aku mencecar Evan dengan berbagai pertanyaan. Saat ini kami berada di ruang tamu, berdiri dan saling berhadapan. Aku menatapnya tajam, tapi dia hanya menatapku datar."Seharusnya pertanyaan itu kamu tanyakan pada dirimu sendiri. Apa kamu sudah melakukan kewajiban sebagai seorang istri?" Dia berbicara dengan nada datar. Mendudukkan dirinya di sofa , wajahnya datar tanpa ekspresi. Sedikit mendongakkan kepala, karena aku berdiri di depannya."Maksud kamu apa? Kenapa kamu tidak menjelaskannya saja? Beri tahu aku, apa kurangnya dari aku ini sebagai seorang istri?" tanyaku geram sekaligus gregetan."Kamu seharusnya mencari tahu sendiri, apa kurangnya kamu. Bagaimana seharusnya menjadi seorang istri yang baik."Bukannya menjawab pertanyaan dengan penjelasan
Adik Ipar MalangBab 18 B Laras MarahPov Laras"Ayo sarapan dulu! Aku sudah memasak nasi goreng untuk sarapan kita."Ajakanku menghentikan gerakkan tangannya yang hendak mengambil air minum di dispenser. Dia hanya melihatku, kemudian menggulirkan matanya ke arah dua piring nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja."Mungkin sudah terlambat bagiku, tapi aku ingin berubah lebih baik, terutama untuk memperbaiki hubungan kita," ucapku dengan senyuman manis.Evan diam saja, tapi tetap duduk dan mulai memegang sendok di tangan kanannya. Aku juga duduk di sebelahnya, memandangi dia makan. Dia hanya makan dua suap."Boleh aku beri saran?" tanyanya.Aku mengangguk."Sebaiknya kamu belajar memasak dari ibu, mama atau Lilis." Setelah itu dia meletakkan sendok dengan menelungkup di atas piring. "Terima kasih sarapannya."Evan berdiri dari kursinya dan pergi berangkat kerja, meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa banyak.Aku mencicipi masa
Adik Ipar MalangBab 19 Rencana Evan POV EvanDulu aku sangat berharap kalau Laras akan kembali bekerja di kantor ini bersamaku. Tapi sekarang berubah, rasanya aku kurang suka kalau dia kembali, apa lagi dia akan jadi sekertarisku.Besok lusa, Laras baru bisa bekerja di sini. Sebaiknya aku manfaatkan untuk menjenguk Lilis. Mudah-mudahan dia sudah kembali sehat. Entah kenapa aku jadi sangat merindukannya. Mungkin karena ikatan batin dengan calon anakku.Semua pekerjaan ditangguhkan ke asistenku. Biar saja nanti sepulang dari menjenguk Lilis, aku baru akan mengeceknya. Tak apa kalau harus lembur.Sampai di depan rumah mertua, aku langsung mengetuk pintu. Menunggu sampai ada yang membukakan. Di jam seperti ini biasanya tidak ada orang di rumah, dan yang ada di rumah pasti hanya Lilis, karena dia sedang sakit.Benar. Begitu pintu terbuka, Lilis yang menyambutku. Meski terlihat dia sempat terkejut melihatku, dan mundur beberapa langkah, aku tetap harus bicara dengannya."Ma-maaf ada perlu