Share

3. SISI LAIN SEORANG AWAN

Hari itu, Awan tidak mood seharian di sekolah. Semua pelajaran hari ini, tidak satupun yang hinggap di kepalanya. Meski semua itu tidak masalah, karena Awan masih bisa belajar sendiri seperti kebiasaannya selama ini.

Gosip tentang dirinya yang membuat seisi sekolah menertawakan dan mencemoohnya, membuat Awan tidak bisa berkonsentrasi belajar. Ia bahkan tidak bisa tidur siang seperti kebiasaannya selama ini. Kondisi ini sangat menganggunya.

Saat ini, Awan tidak bisa berbuat apa-apa. Meski begitu, Awan bukan tipe orang yang akan berdiam diri selamanya ketika dia dihina. Ia bersumpah, begitu menemukan siapa pelaku yang telah menyebarkan fitnah tentang dirinya, ia akan membuat orang itu membayar mahal atas apa yang telah dilakukannya.

"Awan, ini!"

Seorang gadis cantik dengan lesung pipit tipis di sudut pipinya, menyerahkan sebotol minuman mineral ke tangan Awan, saat ia baru saja melewati sebuah warung di jalan samping sekolah. Itu bukan jalur utama dan jarang di lewati oleh siswa dan hanya ada satu warung yang sering dijadikan tempat nongkrong oleh siswa-siswa nakal di sekolah mereka.

Tidak hanya sendiri, ada dua orang cewek dengan seragam SMA yang sama dan secara khusus menanti Awan lewat sana. Tidak hanya seragam, keduanya memiliki kecantikan dan juga tinggi yang sama. Selain orang yang telah lama mengenal keduanya, akan sangat sulit untuk membedakan keduanya.

Mereka tahu, Awan seringkali pulang lewat jalan ini. Sehingga, mereka sengaja menunggu Awan di sana. Selain itu, tujuan mereka menunggu Awan kali ini, karena kejadian yang menghebohkan sekolah mereka hari ini. 

Keduanya satu sekolah dengan Awan, namun beda kelas dan jurusan. Dua dara cantik ini berada di kelas 11 IPS. Meski begitu, berita tentang Awan telah menyebar dan hampir semua orang mengetahuinya.

Mereka melihat banyak orang menggosipkan Awan dan bahkan ada yang terang-terangan menghina Awan secara langsung. Meski begitu, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga yang bisa mereka lakukan adalah menghibur Awan. 

Keduanya khawatir, jika Awan akan terpukul karena berita tersebut. Itu sebabnya, mereka sengaja menunggu Awan pulang dan menghiburnya.

Mereka adalah Kirana dan Karina.

"Terimakasih!" Ucap Awan menerima botol minuman dari tangan Karina dan tanpa sungkan meminumnya.

Melihat dari gelagat keduanya, Awan bisa tahu kalau mereka ingin menghiburnya. Seketika, perasaan Awan menjadi hangat. Tidak salah, sahabat adalah orang yang paling mengerti perasaan sahabatnya.

Di saat semua orang merendahkan dan menghinanya, masih ada sahabatnya yang bersedia untuk menghiburnya.

"Kamu, tidak apa-apa, 'kan?" Tanya Kirana dengan ragu-ragu.

Awan tersenyum dan bersikap seperti ia yang biasanya, "Aku gak apa-apa."

Dua saudara kembar cantik ini bermaksud untuk menghibur Awan. Tapi, melihat Awan baik-baik saja, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Keduanya juga mengajak Awan pergi ke toko buku sebagaimana hobi Awan selama ini atau ke taman hiburan. Namun, semua ide itu di tolak oleh Awan.

"Kalian tahu sendiri, ibu tiriku seperti apa! Aku harus pulang cepat. Kalau tidak, dia bisa berubah menjadi nenek lampir." Tolak Awan seraya bercanda.

Tidak ada rahasia yang ia tutupi dari dua sahabatnya tersebut. Itu sebabnya, ia bisa bercanda lepas dengan mereka.

Tapi, tidak begitu dengan Kirana dan Karina. Meski mereka sempat tertawa karena candaan Awan. Tapi, di saat itu pula, mereka merasa kasihan di dalam hati untuk Awan. 

Bagaimana tidak? 

Mereka tumbuh bersama dan mereka tahu, jika Awan sangat dimanja oleh ibunya semasa hidup. Segala kebutuhan Awan selalu tercukupi. Bagaimanapun, keluarga Awan termasuk golongan berada.

Hanya saja, semenjak ayahnya menikah lagi dan Awan tinggal bersama ibu tirinya, kehidupan Awan seakan berubah seratus delapan puluh derjat. Dari seorang pangeran menjadi seorang budak.

Sungguh miris!

Ibu tiri Awan mengendalikan semuanya dan memperlakukan Awan tidak ubahnya seperti seorang pembantu.

Pernah mereka menanyakan pada Awan, kenapa ia bisa bertahan dengan kehidupan seperti itu?

Saat itu, Awan hanya memberikan dua jawaban yang tidak pernah mereka mengerti, "Aku tidak bisa meninggalkan rumah yang memberiku kenangan bersama ibu dan aku, tidak bisa hidup tanpa keluarga."

Baik Kirana ataupun Karina tidak mengerti, bagaimana Awan masih mengatakan jika keluarganya yang sekarang adalah keluarga. Sementara, orang-orang yang ia anggap sebagai keluarga, malah memperlakukannya dengan kejam.

Mereka berpisah di persimpangan jalan, karena arah rumah mereka berbeda.

Sementara itu, di ujung gang yang di lewati Awan, ada tiga orang siswa yang juga sengaja menunggu Awan. Mereka sengaja tidak menunggu bersama Kirana dan Karina, karena ingin membahas masalah yang sangat pribadi bersama Awan. 

Ekspresi ke tiganya tampak seperti orang yang sedang menahan kesal.

Begitu melihat Awan, ke tiganya segera menghampiri dan mencegat Awan, "Bos, kalau lu mau, kami bisa menghabisi anak-anak manja ini untukmu!" Ucap pria yang memiliki badan paling besar tanpa basa-basi.

Mereka sangat kesal ketika melihat semua siswa di sekolah mereka menghina Awan. Tanpa orang-orang itu ketahui, bahwa Awan itu sebenarnya adalah orang yang sangat kuat.

Pria berbadan bongsor yang bicara sebelumnya sudah merasakan kengerian dari sisi lain Awan ini.

Di balik sosok Awan yang cuek dan terkesan pemalas, ada sisi sadis yang membuatnya sangat mengerikan. 

Nama pria berbadan bongsor tersebut adalah Teo dan dua rekannya bernama Rinaldy dan Mukhtar. 

Ketiganya bukan siswa biasa, Teo sendiri adalah siswa terkuat dan pemimpin dari siswa bengal di sekolah mereka. Rinaldy adalah juara Tae Kwon Do di sekolah mereka. Sementara Mukhtar adalah seorang atlit tinju dan kekuatan tinjunya tidak perlu di pertanyakan.

Ketiganya bisa disebut sebagai pemimpin siswa-siswa badboy di sekolah mereka. 

Di hari pertama Awan masuk sekolah, ia sengaja menemui satu per satu dari ketiganya untuk menantang mereka bertarung. 

Awan telah mengalahkan ke tiganya. Meski begitu, Awan tidak pernah menyebarkan hasil pertarungan tersebut pada siapapun. Semuanya terjadi di tempat sepi dan selesai begitu saja setelah pertarungan usai. Semenjak itu, Awan sudah dianggap sebagai pemimpin bagi ketiganya.

Melihat Awan dihina dan direndahkan oleh orang-orang dan Awan terlihat hanya diam tanpa berniat membalas mereka, malah membuat Teo dan yang lainnya marah.

Teo hampir saja memerintahkan anggotanya untuk memberi pelajaran pada orang-orang ini. Jika saja, tindakannya tidak akan merusak dan membuat heboh sekolahnya sendiri, ia pasti sudah melakukannya. Selain itu, Teo harus memastikan Awan mengijinkannya terlebih dahulu.

Bagaimana pun, bagi mereka, Awan sudah seperti pemimpin.

"Gak usah, bang! Biarkan saja. Nanti, isunya juga akan hilang dengan sendirinya." Balas Awan dengan tenang.

"Tapi..."

Awan menggeleng dan menahan Teo. Ia tahu, kemampuan Teo dan kawan-kawannya. Mereka sangat mampu untuk memberi pelajaran pada semua orang yang telah menghina dirinya hari ini. Tapi, buat apa? Itu hanya akan membuat suasana menjadi semakin gaduh. Awan tidak mau membuat keadaan menjadi panas karena dirinya. Selain itu, jika pihak sekolah mengusutnya, dirinya pasti akan terlibat.

Teo, Rinaldy dan Mukhtar mungkin tidak akan masalah. Mereka memiliki dukungan dari orang tua mereka yang masing-masing memiliki jabatan penting. Separah-parah hukuman yang akan mereka terima, paling cuma skorsing.

Sementara dirinya? 

Bisa-bisa, ia akan langsung dikeluarkan dari sekolah jika terdapat bukti dirinya terlibat atau menjadi penyebab dari kerusuhan yang terjadi.

Sebelum semua itu terjadi, ia menekan Teo dan yang lainnya agar tidak melakukan usulan mereka barusan.

"Daripada memberi pelajaran mereka, aku lebih suka kalau abang-abang bisa menemukan siapa orang yang telah menyebar fitnah ini." 

"Hmn, benar juga!" Ujar Teo mengangguk dan memahami maksud Awan.

"Baik, gue akan kerahkan anak-anak buat nyari pelakunya."

"Tapi, lu beneran gak apa-apa, 'kan?" Tanya Teo memastikan untuk terakhir kalinya.

"Iya, gue gak apa-apa."

"Baguslah! Gue senang mendengarnya."

"Ngomong-ngomong, si Bram udah jawab tantangan lu. Dua hari lagi, malam minggu di ruko Polo Gebang."

Mendengar kalimat terakhir Teo, Awan tersenyum senang dan mengangkat jempolnya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
student
bab 3 nya ilang Thor, lngsng loncat ke bab 4
goodnovel comment avatar
bruly prajoko
lanjutttt da...
goodnovel comment avatar
ichakue
Lanjut lagi Thor SALAM RENDANG jangan lupa????!!!!!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status