Share

bab 2. Kumohon Bantu Aku!

Kira -kira tidak lama berselang dari bermain bola dengan anakku, tiba-tiba mataku pusing dan badan lemah sekali. Aku baru ingat aku dan Surya belum makan siang.

"Nak, ayo berhenti dulu. Makan dulu yuk, ibu pusing, Surya juga makan dulu ya." Pintaku memelas.

"Nggak mau, pokoknya main bola." Jawab Surya cemberut.

" Nanti kalau Surya mau makan, ibu belikan permen dan coklat deh." Bujukku.

"Iya sudah, Surya mau makan, tapi suapin kan tadi pagi Surya makan sudah makan sendiri, sekarang dsuapin ibu ya." Pinta Surya.

"Oke Sayang, yuk makan dulu." Aku menggendong Surya dan masuk ke rumah.

Didalam rumah ternyata sudah ada mas Arya yang sedang menyantap makan siang.

"Mas, habis makan, tolong temenin Surya mainan ya, aku capek banget. Mau istirahat sebentar saja. "

Suamiku mengangguk sambil terus mengunyah makanan.

"Makanya kalau punya anak jangan didekep aja, ajarin anaknya main sama anak tetangga dan nggak bikin kamu repot. " Sahut suamiku.

"Lo, Surya ini udah sering aku ajak main ke rumah tetangga. Tapi Surya gak mau, mungkin dia juga masih adaptasi karena baru 5 bulan kita tinggal di sini . Lagian seharusnya Mas juga bawa Surya jalan-jalan keliling kampung atau kemana. Kan Mas yang tinggal lama di sini daripada aku yang pendatang." Omelku.

Kali ini aku tidak tinggal diam kalau disalahkan dalam mendidik anak. Aku sudah berbuat banyak dalam rumah tangga ini.

"Hhhh....iya deh, iya, nanti aku temenin main bola. Ayo sekarang Surya makan dulu ya." Kata suamiku.

Usai makan, suamiku bergegas sholat. Sementara aku masih menyuapi Surya. Dan betapa terkejutnya aku saat selesai makan, malah mendapati suamiku tertidur di depan tv. Segera kumatikan tvnya dan menegur suamiku.

"Mas, bangun Mas, ini lo, katanya mau ngajak main Surya. La kok tidur sih, apa kurang puas tadi tidurnya?"

Suamiku hanya menggeliat dan berkata, "Sebentar dulu, ngantuk ini, besok aku kirim barang ke Jakarta lagi."

Aku kecewa sekali. Sudah dari subuh tidur sampai siang, sekarang tidur lagi.

"Nak, Ibu lelah sekali, main bolanya nanti sore ya, sekarang ibu ceritakan Nabi Nuh saja ya, kemarin kan belum selesai." Tawarku.

Surya tampak berpikir sejenak. "Emm, boleh deh, Bu,"

Lantas aku membimbingnya ke kamar dan mulai bercerita.

Tak berapa lama, kulihat Surya tertidur, aku bersyukur dalam hati dan ikut tidur juga.

Adzan Ashar membangunkanku. Bergegas keluar dari kamar tidur dan bersiap sholat. Kulihat suamiku masih mendengkur di depan TV.

"Mas, mas, bangun, sholat dulu, " ucapku. "Sebentar, masih ngantuk, "sahutnya.

"Halah biarin, yang penting sudah kubangunkan, dan kuingatkan sholat, " batinku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kadang aku lelah selalu mengingatkannya untuk sholat, tapi bila bukan aku yang mengingatkan, lamtas siapa lagi.

Usai sholat di Masjid, kulihat beberapa anak sudah berkumpul di ruang tamu. Aku memang membuka jasa baca Iqro' dengan bayaran seikhlasnya. Kalau di desa seperti ini ada yang membayar berupa sembako, dan ada yang berupa uang. Semua kuterima dengan senang hati.

"Assalamualaikum, ustadzah, " sapa anak didikku serempak.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, tunggu sebentar ya, ustadzah bangunin Surya dulu biar ngaji bareng." Jawabku.

"Iya, ustazdah," jawab mereka.

Segera aku menuju kamar, menggendong Surya, dan mengajaknya ke kamar mandi.

Setelah Surya siap, mengajipun dimulai. Semua anak didik mengajiku ada 8 orang. Termasuk Surya.

Jam 16.45 semua telah selesai mengaji. Dan mereka pamit pulang.

"Mas, gas nya habis nih, tolong belikan dulu ya, aku masih tanggung ini ngupas bawang buat sambel." pintaku.

"Lah , kok aku ke warung, mana ada laki-laki ke warung beli gas." Jawab mas Arya.

"Bukannya Mas sering ke warung beli rokok, gak ada salahnya kan kalau ke warung beli gas?" tanyaku sebal.

"Beli aja sendiri, aku lagi buka youtub nih, kalau masangin gas aku mau." Sahutnya.

"Duh, memang kalau istri sehat dan gak sakit, mana mau mas Arya beli gas." Batinku.

Aku lantas menyambar jilbab dan pergi ke warung sendiri dan langsung kupasang sendiri. Padahal dulu sewaktu masih belum menikah, selalu bapakku yang beli gas dan memasangnya untuk ibuku.

"Ya Allah, aku harus kuat demi anakku, walaupun kenyataannnya aku sudah teramat lelah." Batinku.

Next?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suaminya kebangetan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status