"Di temukan 3 mayat lelaki tergeletak di perubahan kecil. Pihak keluarga sama sekali tidak tahu menahu tentang kejadian tersebut. Terkhir korban mengatakan bahwa dia akan pergi keluar kota untuk bekerja.
3 pria itu berumur 28 tahun, ketiga-tiganya di temukan tewas karena bunuh diri, dengan bukti tembakan yang masih mereka pegang. Sejauh ini polisi masih menyelidiki kasusnya, dan belum mengetahui apa motif bunuh diri dari 3 pria tersebut."
"Bunuh diri lagi? Baru beberapa jam lalu ada berita bunuh diri."
"Wahh... Benarkah?"
"Iya, sekitar jam 5 tadi sore di temukan mayat di dusun sebelah."
"Kita harus berhati-hati ya berati mulai sekarang."
Seketika suasana menjadi ricuh, akibat ocehan-ocehan serta tanggapan beberapa orang setelah mendengar berita menegangkan di televisi. Budaya membicarakan orang lain apalagi orang yang telah meninggal sangat sulit di hilangkan.
Gadis yang sedari ta
Hara melangkahkan kakinya menuju apartement barunya, dia baru saja pulang dari kantor Dery, setelah mengajak lelaki itu balikan. Sekarang status dirinya telah memiliki seorang pacar, sepanjang jalan Hara tersenyum menyeringai, dia merasa bangga pada dirinya karena hanya dengan waktu sekejap dia bisa menaklukan hati Dery, mantan kekasihnya tersebut yang sekarang telah menjadi kekasihnya kembali.Hara merenggangkan tubuhnya sebelum membuka knop pintu. Tubuhnya sangat lelah akibat tak tidur semalaman, dia sibuk menyusun barang-barang yang dia bawa dari rumah lama ke apartement barunya. Hara sekarang tinggal di apartment bersama Abil sang adik di suruh oleh nyonya Eliana. Dia telah bekerja di bawah naungan wanita tersebut mulai hari ini. Bagaikan memenangkan lontre yang bernilai besar, Hara bisa memiliki semuanya mulai sekarang."Aku pulang...," seru Hara melihat sekeliling yang terlihat kosong. Dia berjalan menuju kamar Abil."A
Pria berpakaian serba hitam masuk ke salah satu mension, mension ini sangat berbeda dengan mension bisanya, mension ini digunakan bukan untuk tempat tinggal namun digunakan untuk menyimpan senjata dan tempat bekerja."Apa wanita itu sudah menjalankan tugasnya?" tanya pria tersebut kepada salah satu anak buahnya yang sedang memandang monitor."Sudah tuan, dia menjalankan tugasnya dengan baik.""Bagus, ada gunanya juga aku menahan nafsuku selama ini karena mendidik dia untuk menjadi anak buah yang hebat," ucap pria itu berjalan menuju ke salah satu senjata miliknya."Kalau begitu masuk ke misi selanjutnya," lanjut pria itu dengan senyum menyeringgan menatap monitor yang memperlihatkan seorang gadis sedang menonton tv dengan beberapa berkas yang berserakan di sekitarnya.DrrrtDrrrtPria itu mengambil ponselnya yang bergetar, dia melihat nama yang muncul yaitu Eliana."Bagaimana pekerjaanku
Pagi yang cerah, matahari hari bersinar sangat indah. Leon baru saja selesai mandi, dia sedang merapikan pakaiannya. Hari ini dia bangun lebih cepat dari Naya, lebih tepatnya dia sama sekali tak tidur karena terus memandang wajah Naya yang begitu tenang saat sedang tidur.Setelah selesai merapikan pakaiannya dan rambutnya, Leon berjalan mengendap-ngendap mengambil tap dan machbooknya secara perlahan agar Naya tidak terbangun."Tu--""Sstttt....." Luke menutup mulutnya berjalan mendekati Leon sambil mengendap-ngendap."Ayo tuan berangkat," bisik Luke di telinga Leon yang di jawab anggukan oleh Leon."Pergilah keluar, sebentar lagi aku akan keluar. Aku harus pamit terlebih dahulu dengan Naya," balas Leon dengan berbisik juga.Luke mengangguk, dia berjalan keluar dari kamar Leon sambil mengendap-ngendap.Leon yang telah memastikan Luke sudah keluar dari kamarnya berjalan mendekati Naya yang masih tertidur pulas.Cu
Helikopter turun di hotel milik keluarga Mark, Leon dan 4 sahabatnya bergegas segera turun."Apa sudah bisa di lacak, siapa yang melakukannya?" tanya Leon kepada anak buah Mark yang menjemputnya di depan hotel."Tuan Mark mencurigai satu orang tuan," ucap Juan sambil fokus menyetir."Siapa?" tanya Kenzo yang mulai mengecek cctv yang di kirimkan tim Nara."Saudara tiri tuan Leon," seru Juan memberhentikan mobilnya tak jauh dari lokasi bar milik Leon, terlihat di sekitar bar ada 3 mobil pemadam."HAH?! SAUDARA TIRI?" pekik Kenzo terkejut.Leon dan Juan tidak menjawab mereka sudah lebih dulu turun dari mobil. Leon berlari menuju Mark yang berdiri dengan wajah khawatir."Apa ada korban?" tanya Leon menatap bar yang habis terbakar."Tidak, hanya luka-luka kecil," sahut Mark memandang pasrah."Bagaimana bisa kau tidak ada di tempat?" Steffen angkat bicara."Aku tadi mendapatkan tele
Helikopter milik Leon mendarat sempurna di halaman belakang rumah Leon. Anak buah Leon berdiri di pintu belakang menyambut kedatangan 2 helikopter, Nara yang berdiri paling depan tersenyum saat melihat sang kekasih Steffen kembali dengan selamat. Semua anak buah Leon membungkuk saat Leon lewat, Leon tak membalas membukuk dia langsung saja masuk meninggalkan 4 sahabatanya."Si Leon ngapatu cepat amat jalannya," ujar Steffen melihat punggung Leon yang mulai menjauh."Naya sakit," ucap Nara membuat 4 sahabatnya terkejut."Sakit? Sakit apa?" tanya Dejun kepada Nara."Sepertinya Naya banyak pikiran, membuat datang bulannya tidak teratur dan membuatnya sakit perut.""Aishh... Pasti rasanya sakit sekali tidak seperti biasanya kau datang bulan," seru Steffen. "Kaau pergilah liat ke adaan Naya, aku dan yang lain akan bersih-bersih terlebih dahulu."Nara mengangguk, "Baiklah."Nara berjalan menuju kamar
"Lebihh cepatt lagii Lukee... Lebih cepat lagiii..." seru Naya yang sekarang sedang berada di mobil dengan rasa yang penuh khawatir. Darah yang berada di perut Leon terus keluar tak henti-henti."Iya nyonya iyaa." Luke menaikkan pedal gasnya, saat semua mobil telah menepi."Ku mohon bertahan lah Leon... Hiks.... Bertahanlah..." tangis Naya pecah melihat wajah Leon pucat pasih. Apalagi tadi saat dia melihat saat Leon tertembak di depan matanya sendiri. Flasback on"NAYA AWAS!!"Leon berlari kearah Naya, sedangkan Naya yang samar mendengarkan teriakan Leon tetap berdiri di tempat sambil tersenyum.DorrDorrLeon memeluk Naya erat, membuat 2 tembakan berhasil mengenai perutnya. Kemeja putihnya telah berganti warna menjadi merah. Semua orang yang berada di acara itu berteriak kuat."LEON!!""Syukurlah kau tidak kenapa-napa," ucap Leon sambil tersenyu
"Leon apa kau yakin ingin pergi kerumah ayahmu?" Kenzo menarik bahu Leon."Iya, aku sangat muak dengan dirinya!" kesal Leon dengan wajah yang sudah terlihat memerah."Jangan lakukan itu, luka di perutmu masih basah, bisa berdarah kembali jika kau banyak bergerak.""Aku tidak peduli, aku ingin membunuhnya sekarang," ucap Leon membuka bagasi mobilnya dan mengambil pistol yang dia buat sendiri."Leon, jangan membuat Naya menangis untuk kedua kalinya, aku akan mengurus semua ini aku akan memperketat semua pengamanan dan turun ke lapangan sendiri untuk memata-matai ayah mu.""Jika aku tidak kerumahnya sekarang, dia akan masuk ke rencana selanjutnya Kenzo, kau macam tidak tau bagaimana ayahku," cerca Leon menatap Kenzo dengan penuh amarah."Cukup-cukup cobalah tenang, ada hal yang ingin ku memberi tahu kepada mu, kalau anak buah kita ada yang berhasil masuk ke dalam
Leon menikmati suasa kafe yang bernuansa perkebunan ini, dia dapat menikmati kenikmatan udara yang masuk delama lobang hidungnya, sengguh sejuk, padahal hari sudah terbilang siang, matahari sudah hampir berada di atas kepala."Udah alam engga kesini rasanya masih sama aja ya," ucap leon memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan napasnyang sangat nikmat sampai dirinya tak ingin melewati satu kenikmatan pun."Iyaa, masih asri bahkan lebih asri jika di lihat-lihat," sahut Kenzo yang melihat-lihat sekelilingnya."Gue pengen buat belakang rumah gue kayak gini, kira-kira butuh berapa tukang kebun ya?""Lo gila, mau letak bunga-bunga cantik kayak gini di belakang rumah? Ingat helikopter lo bejibun ya Leon, belum terbang helikopter lo masih di panasin di bunga udah berceceran kemana-mana," celetuk Kenzo mengingat belakang rumah Leon ada 4 helikopter dan 3 pesawat wing."Iya juga ya, kalau gitu gue beli rumah lagi deh untuk di bi