Share

BAB 3: PEMBOBOLAN DATABASE

Aku membuka laptopku sambil duduk di atas kasur. "Kalian ingat siapa nama samarannya? Mr. Lion?" 

"Benar, Mr. Lion," jawab Manda. 

"Aku sedang coba membobol data dari reservasi konser itu," ucapku pelan. Aku mengotak-atik laptopku sambil mencoba kode-kode yang telah kupelajari selama satu semester kemarin.

"Aku tidak sabar," seru Freya dengan mata berbinar-binar. "Jika kita berhasil menjalankan misi ini, poin kita akan naik pesat. Nama kita akan diumumkan pada kelulusan."

"Maaf aku tidak kompeten soal coding, Suri," sesal Manda saat duduk di sebelahku.

"Tidak apa-apa, Manda. Aku yakin Suri juga tidak jago membaca gerak bibir. Iya kan, Suri?" sahut Freya sambil mengamati layar laptopku. "Kalau aku sih, suka semua pelajaran bahasa, kecuali bahasa pemrograman." 

"Tidak masalah. Ini bidang kesukaanku," jelasku kembali fokus dengan laptop. Manda mengambil minuman dan menyodorkannya padaku, sedangkan Freya menyobek kemasan keripik kentang dan menyuapiku. Aku jadi agak geli dengan tingkah laku mereka berdua. "Girls, santai saja ya? Aku juga banyak kekurangannya, karena itulah aku butuh kalian. Mungkin Pak Ferdy juga sudah membaca track record kita masing-masing di daftar nilai, sehingga Beliau memasang kita bertiga dalam satu tim dalam misi rahasia ini."

"Aku tidak bisa diam saja nanti aku mengantuk," keluh Manda. "Jika kau butuh sesuatu, bilang saja ya,"

"Haha, baiklah," ujarku. Dua menit kemudian, aku coba mengakses website penyelenggara konser. "Hmm, menarik. Penyelenggara konser ternyata menggunakan pihak ketiga sebagai provider ticketing. Aku sudah menduga ini tidak mudah."

"Apa nama providernya?" tanya Freya.

"TicketZone," jawabku. "Dilihat dari track recordnya, mereka memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam sistem pertiketan."

"Sampai mana kau bisa masuk ke dalam database mereka?" Manda penasaran.

"Sulit, aku mungkin bisa belajar dulu, tapi waktu kita tidak banyak," jawabku berpikir. Tiba-tiba aku terpikir sebuah ide bagus. "Aku akan masuk ke forum hackers. Siapa tahu, ada yang pernah membobol database provider tiket konser ini."

Aku scroll terlalu banyak chat, bergonta-ganti forum, dan akhirnya aku menemukan apa yang aku cari.

"Ada thread menarik username XZX32 ia bilang database sistem provider tersebut bisa diakses secara publik walaupun database dilindungi username dan password. Menarik. Ternyata provider itu meggunakan AWS sebagai provider code mereka. Hmm menarik. Mungkin mereka lupa set database menjadi privat. Cukup banyak artikel yang membahas kesalahan seperti itu," seruku bersemangat. "Salah seorang hacker di forum tersebut pernah membobol data tapi setahun yang lalu. Dan dia menjual datanya."

"Jangan. Tidak relevan lagi, Suri," cegah Freya tak sabar.

"Tapi aku bisa membeli data itu untuk berjaga-jaga." ucapku menawarkan. "Who knows."

"Oke, biar aku saja yang transfer," tawar Manda, lalu ia mengeluarkan ponsel dan mencari aplikasi mobile banking.

"Dia hanya menerima pembayaran lewat bitcoin. Lihat saja screenshotku ini, harganya lima ribu dollar," balasku. "Aku akan coba hubungi via Telegram."

"Mahal. Dan, apa yang akan kau lakukan dengan data setahun yang lalu itu?" Freya ragu, masih mengunyah keripik kentang di mulutnya.

Aku meremas jari-jariku dan tersenyum. "Bagaimana kalau aku bisa membobolnya dengan data kurang relevan itu?"

Manda mencoba menengahi kami. "Sudah kubayar, katakan pada hacker itu, Suri."

Bagus. User dalam forum ini sangat cepat tanggap. Bisnis berjalan lancar, ia dapat uang, dan kami dapat data. "Oke, sabar. Aku akan periksa dulu," kataku memulai pembongkaran data lama. Akhirnya aku dapat informasi juga. Aku cukup kaget melihat peserta yang ikut pada tahun lalu mencapai sekitar lima puluh ribu orang!

"Wow, Suri," Freya melotot menatap layar laptopku. "Itu jumlah yang sangat banyak. Mencari bandar internasional di konser semacam itu bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami."

"Kau benar," ucapku mengangguk. "Tapi biasanya memang di  konser-konser semacam ini lah dibutuhkan obat terlarang itu."

"Aku curiga Mr. Lion akan menemui customernya di sana. Mungkin lebih dari satu," celetuk Manda.

"Oh tidak, username valid, tapi password sudah expired. Aku jadi  bertanya-tanya apakah aku bisa membobol passwordnya? Sistemnya sangat secure," gerutuku kesal. "Baiklah, aku akan coba menjalankan script sederhana untuk menjalankan Brute Force ini. Cukup lima menit untuk membuat scriptnya."

"Jadi bagaimana, Suri?" Freya tampak bingung.

"Ini akan lama," jawabku. "Kalian berdua tolong urus segalanya mengenai keberangkatan kita pada hari H. Termasuk penyamaran dan reservasi."

Dua jam berlalu, akhirnya aku berhasil masuk ke data base. Jalankan beberapa perintah SQL sederhana untuk ambil data penting. Aku tak perlu semua data. Aku cuma butuh data event itu saja.

"Girls, ada hal menarik di sini," gumamku menjentikkan jari. "Di sini ada lima orang yang berasal dari luar negeri. Aku bisa menilainya dari seri pengenal yang agak unik dari penonton lain."

"Tandai dia, Suri," bisik Manda berapi-api.

"Tiga orang wanita dan dua orang pria," kataku menganalisa. "Intuisiku condong pada dua pria ini."

"Aku juga berpikir begitu. Lagipula kemampuan kita terbatas, tidak bisa memata-matai terlalu banyak target," Freya mengiyakan.

"Aku jadi tidak sabar ingin ke sana," ucapku tersenyum. Kena kau, Mr. Lion! 

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status