Share

TURUN RANJANG
TURUN RANJANG
Penulis: naftalenee

Awal

Belum genap satu minggu orang tuanya dimakamkan, Sera sudah harus berhadapan dengan dua laki-laki berjas mahal yang mendatangi rumahnya. Dua orang itu memiliki wajah yang sangar dan tidak ada raut ramah sama sekali. Yang ia tahu mereka adalah suruhan Ardhi Prasetyo, anak dari salah seorang pengusaha terkenal yang memiliki kebun sawit beratus-ratus hektar di Kalimantan.

“Gunawan Idris memiliki total utang 900 juta. Satu hari sebelum kecelakaan itu terjadi, dia seharusnya sudah melunasi utangnya dan membayarnya secara kontan kepada Ardhi Prasetyo. Tetapi Gunawan malah kabur dengan istrinya karena tidak mampu membayar utangnya. Lalu Ardhi Prasetyo memberikan satu pilihan yang harus dipenuhi kalau mau utangnya lunas tanpa pembayaran,” jelas salah satu orang dari dua laki-laki yang duduk di ruang tamu rumah Sera.

Sera dengan harap-harap cemas menunggu kelanjutan ucapan laki-laki itu.

“Di surat ini, yang sudah ditandatangani oleh Gunawan Idris beserta istri dan juga oleh Ardhi Prasetyo disebutkan bahwa Sera Al-Idris, anak semata wayang Gunawan Idris telah dengan suka rela menjadi istri yang dinikahi secara siri oleh Ardhi Prasetyo.” Laki-laki itu lalu menyerahkan sebuah surat dengan tanda tangan basah di atas materai milik ayah dan ibunya. Juga milik seseorang bernama Ardhi Prasetyo yang disebut-sebut laki-laki di depannya sebagai suami sahnya.

Sera langsung panas dingin. Hatinya menjerit tak tertahankan. Bagaimana mungkin orang tuanya tega menyerahkan darah dagingnya sendiri untuk seseorang yang bahkan tidak pernah ia kenal? Sera ingin menangis, tetapi air matanya sudah kering. Sudah ia habiskan untuk menangisi orang tuanya yang ternyata malah mengkhianatinya.

Kenapa dunia begitu kejam padanya?

“Dalam tiga hari terhitung dari hari ini, Anda harus sudah mulai pindah dari rumah ini untuk tinggal di apartemen yang sudah disiapkan untuk Anda,” ucap laki-laki satunya lagi. Laki-laki itu kemudian menyerahkan sebuah kartu akses apartemen dan ponsel baru kepada Sera.

Dalam sekali lihat saja Sera tahu bahwa kartu akses itu hanya dimiliki oleh apartemen high class yang harga sewanya bisa mencapai puluhan juta dalam satu bulan.

“Bagaimana kalau saya menolak?” tanya Sera dengan suara bergetar. Tangannya menggenggam dua benda itu dengan dengar gemetar.

“Berdasarkan isi surat, Anda sudah sah menjadi istri Bapak Ardhi Prasetyo dan sebaiknya Anda menuruti semua yang ada dalam surat ini, kami tidak bisa menjamin hidup Anda akan tenang kalau Anda menolak atau bahkan melarikan diri. Anda juga tidak diperkenankan untuk menyebarkan status Anda sebagai istri dari Bapak Ardhi Prasetyo karena itu akan mempengaruhi citra beliau.”

Dan di sinilah Sera sekarang. Berada di ujung jalan yang akan membawanya ke neraka dunia.

Sera menarik napas dengan kasar. Dadanya sesak sekali. Ia menggeret koper berukuran sedang di tangan kanannya dan menyeberangi jalan dengan isi kepala yang melayang jauh ke memori terakhir bersama orang tuanya. Kenangan saat ia berhasil mendapat gelar sarjana.

Mereka merayakannya dengan makan di sebuah restoran yang cukup mewah. Bercakap-cakap tentang masa kecil Sera yang dulu bandel dan nakal, tentang Sera yang mulai mengenal pacaran saat menginjak sekolah menengah, hingga tentang rencana Sera setelah wisuda.

Semua kenangan itu tampak kabur dan menyesakkan dada.

Tidak sampai sepuluh menit, Sera sudah tiba di depan gedung yang tampak lengang itu. Hanya terlihat satpam yang sedang bercakap dengan seorang laki-laki tua berjas necis, ada juga dua orang wanita yang baru keluar dari gedung itu dengan tampilan yang glamor. Dandanan dari ujung kepala hingga ujung kaki tampak begitu mewah. Sera seperti anak itik buruk rupa yang hilang. Dia hanya mengenakan jeans belel dan kaos putih yang berbalut jaket bomber berwarna hjau lumut. Kakinya hanya dibalut sepatu sport yang sudah lusuh.

Dengan beban berat yang seakan menindih pundaknya, ia berjalan memasuki gedung dan menuju resepsionis.

“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya petugas resepsionis yang bertugas. Petugas itu menampilkan senyum sopan yang terlihat cukup ramah.

“Saya penghuni baru apartemen ini, Mbak,” ucap Sera. Ia mengeluarkan kartu akses dari sling bag yang melingkar di pundak dan menunjukkan ke resepsionis. “Nama saya Sera Al-Idris, penghuni unit 509.”

Sebenarnya Sera tidak perlu melakukan itu. Ia bisa tinggal naik ke atas dengan menggunakan lift, tetapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ia akhirnya tetap bertanya dengan resepsionis untuk memastikan bahwa namanya memang terdaftar sebagi penghuni salah satu unit apartemen di gedung itu, seperti yang dijelaskan laki-laki yang datang ek rumahnya tempo hari.

“Ah, iya benar. Data atas nama Sera Al-Idris sudah terdaftar sebagai penghuni unit nomor 509. Sudah dibayarkan lunas untuk dihuni sampai satu tahun ke depan oleh Bapak Adi Kurniawan.”

Benar. Salah satu dari tiga laki-laki yang datang ada yang bernama Adi Kurniawan. Sera menebak kalau laki-laki itu adalah tangan kanan Ardhi Prasetyo.

“Terima kasih, Mbak,” kata Sera sambil tersenyum tipis.

Ia langsung menuju lift yang berada di sebelah kanan dari pintu depan seperti yang telah diarahkan oleh resepsionis.

Di dalam lift, Sera langsung bersandar lemas. Ia tidak tahu dan tidak bisa membayangkan apa yang menantinya di atas sana.

Unit apartemennya sudah dibayar lunas untuk satu tahun. Apa itu artinya dia harus melayani Ardhi Prasetyo selama itu?

Sera menggeleng keras. Ia adalah perempuan dewasa yang tahu pasti bahwa dijadikan istri siri oleh Ardhi Prasetyo itu artinya dia harus mau dengan suka rela menjadi budak seks laki-laki itu. Ia merasa menjadi wanita simpanan. Bagaimana tidak? Ia dinikahi hanya sebatas karena sebuah perjanjian yang dibuat tanpa sepengetahuan dirinya. Bahkan bertemu dengan laki-laki yang sekarang berstatus sebagai suaminya pun belum pernah.

Sera sampai di lantai lima. Saat lift terbuka ia langsung menyeret kakinya yang memberat dengan perasaan ngeri di dalam hatinya. Begitu sampai di depan unit 509, jantungnya seperti jatuh ke dasar bumi.

“Kamu akan baik-baik saja, Sera,” bisiknya menguatkan diri.

Ia menyentuhkan kartu akses pada sebuah layar di samping pintu hinggga berbunyi ‘tit’ lalu pintu terbuka. Dengan gemetar ia mendorong pintu perlahan. Ia langsung mendapati ruangan gelap gulita.

Tangannya meraba-raba tembok untuk menemukan sakelar lampu. Begitu ketemu, ia langsung menekannya dan lampu menyala terang. Ruangan iru benar-benar memiliki definisi kemewahan yang nyata.

Sera takjub dibuatnya.

Ia memiliki beberapa teman yang cukup kaya yang tinggal di apartemen mewah. Tetapi yang ada di depan matanya ini jelas memiliki level yang jauh lebih mewah.

Sera melangkahkan kaki ke tengah ruangan yang terdapat sofa kulit berwarna cokelat dengan meja kaca lebar di depan sofa. Beberapa meter di dapnnya ada TV LED yang lebar. Di sisi kiri ruangan itu ada dapur dan pantri yang terpisah oleh rak tinggi berisi buku-buku tebal, dan juga bunga-bunga di dalam vas yang tampak segar.

Di sisi kanan terdapat dua ruangan dengan pintu tertutup rapat. Sera berjalan ke arah pintu terdekat dan membukanya.

Lagi-lagi ia dihadapkan pada ruangan yang luas, dan mewah. Di tengah ruangan itu terdapat ranjang berukuran king yang tertutup oleh bed cover berwarna cokelat tua dengan motif garis-garis tipis tak beraturan. Sera membuka pintu lebar-lebar, memasuki ruangan itu lalu matanya tertuju pada pintu di sisi kanan. Seperti yang sera tebak, di dalam sana terdapat banyak pakaian wanita yang membuat Sera syok. Di sana terdapat gaun-gaun yang tidak pernah Sera bayangkan akan melekat di tubuhnya.

Sera dengan sungkan menyentuh gaun-gaun yang semuanya masih ada tag harganya. Sera tidak bisa untuk tidak ternganga melihat harga yang tertera di semua baju itu. Semuanya berkisar di angka jutaan. Di bagian ujung ruangan itu terdapat berderet sepatu, high heels, dan tas-tas branded yang selama ini kebanyakan hanya Sera lihat di toko.

Sera semakin syok saat melihat ada berbagai macam bra dan celana dalam dengan berbagai motif dan model. Dengan hati-hati ia mengecek ukuran bra dan celana dalam itu.

Sial! Batinnya. Semua sesuai dengan ukurannya.

Sera baru memindai kamar mandi yang tidak kalah mewahnya dengan ruangan yang lain saat ponselnya berbunyi nyaring. Ponsel khusus yang harus Sera gunakan.

Kontak dengan nama ‘Adi Kurniawan’ adalah si penelepon.

Dengan berat hati, Sera mengangkat telepon itu.

“Saya sudah mendapat laporan kalau Anda sudah sampai di apartemen,” ucap Adi. Nada suaranya masih sama. Datar dan dingin.

“Ya,” jawab Sera singkat. Ia bahkan sudah tidak kaget kalau ada seseorang di luar sana yang mengawasi gerak-geriknya seperti buronan.

“Jam tujuh malam nanti, Bapak Ardhi akan berkunjung.”

Sera meneguk ludah dengan perasaan yang menggila. Jam tujuh malam, itu artinya hanya tersisa beberapa jam lagi sebelum Sera bertemu dengan laki-laki yang sudah menjadi suaminya. Laki-laki yang bahkan tidak pernah Sera temui secara langsung. Sera hanya beberapa kali melihat wajah Ardhi Prasetyo di TV. Siapa sangka laki-laki itu kini menjadi suaminya? Dunia suka sekali bercanda.

“Tolong Anda mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Gaun, alat make up, dan semua yang Anda perlukan sudah tersedia semua di sana,” sambung Adi. “Bapak Ardhi suka wanita yang anggun, jadi tolong jangan bersikap seperti wanita nakal karena Bapak Ardhi akan sangat membencinya.”

Wanita nakal katanya? Di hadapan mantan pacarnya pun Sera segan, bagaimana mungkin Sera bertingkah seperti wanita nakal di depan seseorang yang asing?

Sera hanya terus mendengarkan intruksi dari Adi tanpa mengatakan apa-apa. Ia terlalu frustrasi untuk berkata-kata.

“Jangan sampai mengecewakan Bapak Ardhi, karena Anda sendirilah yang akan sangat dirugikan nanti.”

Bahkan hingga Adi mengakhiri sambungan, Sera hanya terpaku di sebelah ranjang dengan ponsel yang berada dalam genggaman yang menguat.

to be continued.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Icha
aku kurang paham di bagian "istri siri sah" tp belum pernah ketemu samse. itu konsepnya gimana ya? aslik aku gapaham. nikahnya gimana gitu?
goodnovel comment avatar
Erick
mantap bisa lah cerita nya
goodnovel comment avatar
Surya Bastari
wis lumayan..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status