PULANG KAMPUNG

PULANG KAMPUNG

By:  NawankWulan  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings
89Chapters
87.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Pulang kampung demi merawat ibu yang menua justru dihina miskin hanya karena motor jadul, padahal punya showroom mobil di Jakarta. Bagaimana kisahnya?

View More
PULANG KAMPUNG Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Uchiha Nåmìkaze Shanzec
cerita yang menarik.....banyak hikmah yg didapat
2023-10-25 21:39:36
0
default avatar
Mq243550Tini
bagus , nggak mbulet alur ceritanya
2023-02-16 23:42:28
1
user avatar
Indra Juni
bagus banget
2022-12-05 08:32:46
1
user avatar
Anjar Zey
bagus cerita nya.. tamat in dong..
2022-10-08 22:55:48
2
user avatar
b_lily04
Jalan ceritanya bagus. Banyak pelajaran yg bisa diambil. Sukses terus ya, author.
2022-10-04 23:05:46
1
user avatar
ridut sari
sangat bagus
2022-09-29 16:32:26
1
user avatar
Astika Buana
Ceritanya Mbak Nawang selalu keren!
2022-08-22 19:20:52
1
user avatar
Imah Jinasi
alur cerita awal menarik
2022-07-30 23:05:51
1
default avatar
Kiting26226362
ada lanjutannya kah ???
2022-07-14 07:08:16
1
user avatar
Indrayani Ayu
novel dengan cerita yang sangat bagus...bikin penasaran
2022-07-12 00:16:45
1
user avatar
linda linda
bagaimana cara menambahkan ke pustaka,
2022-07-01 13:18:49
1
user avatar
miss calla
Bibit bibit pelakor udah hadir loh..
2022-06-28 10:50:35
1
user avatar
Fiya Yulia
Di tunggu kelanjutannya
2022-06-23 18:20:18
1
89 Chapters
Blurb
*DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA* Ningrum dan Huda juga kedua anaknya rela meninggalkan Jakarta dengan segala fasilitas hidup mewahnya demi merawat ibu yang sakit-sakitan di kampung. Usaha dan rumah mewah itupun dipercayakan pada tangan kanan Huda. Mereka menetap di kampung dengan fasilitas sederhana. Kehidupan kampung yang mereka pikir akan lebih tenang dan nyaman dengan kesederhanaan, ternyata tak semudah yang mereka bayangkan. Mereka selalu difitnah dan dihina miskin hanya karena pulang kampung dengan motor jadul, padahal punya showroom mobil di Jakarta. Setelah hidup di kampung, terkuak pula masa lalu Ningrum. Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Read more
1 - Rencana Pulang Kampung
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA #1 "Mas, sudah dua hari ibu dirawat di rumah sakit. Mbak Sinta memintaku pulang. Dia minta aku gantian menjaga ibu karena cuma aku yang belum pernah merawat ibu. Bukan karena capek, tapi mereka memang sibuk bekerja, Mas. Aku juga sudah berulang kali bilang sama ibu supaya ikut kita aja di sini, tapi ibu selalu menolak. Ibu nggak mau pindah kota. Hidup dan mati ingin tetap berada di kampung halamannya." Dua kali sudah kuutarakan niat untuk merawat ibu di kampung, apalagi ibu sudah tua. Usianya lebih dari 65 tahun. Selama itu pula aku belum pernah merawatnya, hanya tiap bulan mengirimi uang untuknya saja. Kutitipkan pada Mbak Sinta atau Mila, karena memang mereka yang gantian merawat ibu selama ini. Sementara Mas Angga-- kakak keduaku pun sama sepertiku. Hanya mengirimkan uang saja. Istrinya dan ibu kurang akur, makanya Mas Angga tak ada niat untuk mengajak ibu tinggal bersamanya. Daripada
Read more
2 - Cibiran Tetangga
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA. #2 Dua tetanggaku makin ngoceh saat aku diam saja tak menjawab pertanyaan mereka. Mbak Sinta pun sepertinya tak ada niat untuk membelaku. Entahlah. Mendadak aku punya pikiran buruk padanya kalau begini. "Kasihan ibumu, Rum. Harus pindah-pindah tiap bulan. Kakak sama adikmu juga sibuk kerja, tapi mereka masih berusaha merawat ibumu dengan baik. Meski harus gantian tiap bulan. Sementara kamu? Bukannya ikut andil merawat ibumu malah nggak pulang-pulang. Ingat, Rum. Surga anak itu terletak pada kaki ibunya. Lah kamu, nggak pernah mau mendekati ibumu gimana mau masuk surga?" ucap Budhe Nur sembari melipat tangannya ke dada, menatapku dengan sinisnya. Kuhirup napas panjang lalu menghembuskannya. Baru duduk di kursi kayu di ruang tamu untuk melepas lelah, kembali mendapatkan ceramah mereka. Budhe Narni, Budhe Nur sama Mbak Sri. "Lagian kalau di sana nggak ada kerjaan lebih bagus di sini jaga ib
Read more
3 - Pekerjaan Suami
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA #3 "Mbak, kok mereka bilangnya begitu?" tanyaku pada Mbak Sinta yang sibuk membersihkan kamar ibu. "Bilang begitu maksudmu apa sih, Rum?" "Itu tadi, Mbak. Budhe Narni bilang Mbak Sinta sama Mila sering pinjam duit buat perawatan ibu. Kan tiap bulan aku kasih empat juta buat biaya ibu sehari-hari. Memangnya masih kurang?" Kulihat mimik wajah Mbak Sinta sedikit berubah. Dia pun agak gugup, tapi berusaha menetralkan perasaannya. "Omongan tetangga kok kamu dengerin, Rum. Bikin tensi naik kalau kamu selalu dengerin ocehan mereka. Kalau di kampung begini kamu harus tebal mata sama telinga. Stress kalau selalu mikirin cibiran mereka. Kamu lupa, sejak kita kecil kan mereka memang rajin menghina," balas Mbak Sinta lagi. Aku pun mengiyakan saja. Meski begitu, aku tetap akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi selama aku dalam perantauan. Benarkah uang itu untuk biaya perawatan ibu, atau justru
Read more
4 - Motor Jadul
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA #4 "Mas, kapan kamu nyusul kami ke kampung? Kamu beneran 'kan mau tinggal di sini bareng kami?" tanyaku via telpon saat Mas Huda belum juga menyusulku ke kampung halaman. Padahal urusan pindah sekolah anak-anak sudah beres semua. Mulai hari ini, mereka juga sudah resmi sekolah di kampung sini. Meski mereka masih cukup kaget saat kuminta jalan kaki seperti teman lainnya, tapi Gala dan Gina cukup mengerti. Mereka pun patuh dan menjalankan perintah mamanya dengan senang hati. "Semingguan lagi ya, Sayang. Mas harus mikirkan semuanya sebelum benar-benar pulang. Soal showroom, kontrakan sama usaha online kamu itu. Besok, Mas sewa truk besar buat kirim vespa sama gamis-gamis kamu ya, Sayang. Katanya mau tetap jualan di sana daripada pengangguran?" "Iya, Mas. Jadi besok barang-barangnya sudah datang? Aku mau beresin kamar belakang buat tata gamis-gamisnya. Ohya, raknya kamu bawakan sekalian kan,
Read more
5 - Soal Gamis
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA #5 Aku tak peduli cibiran tetangga. Mereka yang tadinya datang berkerumun, lalu membubarkan diri begitu saja. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Macam jaelangkung. "Jangan dengerin tetangga, Rum. Kaya' nggak tahu mereka aja. Raknya biar dibantu angkut ke dalam Mas Rudy sama Angga. Sebentar lagi Angga juga datang," ucap ibu tiba-tiba berusaha menenangkanku. Tak ingin membuat ibu tambah pikiran, aku pun mengiyakan saja. Dibantu Mbak Sinta dan Mila, aku membawa kardus dan beberapa karung berisi gamis itu ke kamar belakang yang sudah kusiapkan. Tak selang lama, Andi-- suami Mila-- datang dengan Mika. Ibu pun memintanya untuk membantu Mas Rudy untuk membawa rak dari halaman ke kamar. "Mas Angga belum datang, ya?" tanyaku saat semua sudah berkumpul. Mila sekeluarga dan Mbak Sinta sekeluarga. Rencananya aku memang mau mengadakan syukuran kecil-kecilan. Sudah pesan nasi box juga dan siap
Read more
6 - Permintaan Ningrum
DIHINA MISKIN KARENA MOTOR JADUL SAAT PULANG KAMPUNG, PADAHAL PUNYA SHOWROOM MOBIL DI JAKARTA #6 "Mbak, kamu sama Mila memangnya nggak bilang ibu kalau tiap bulan aku transfer empat juta buat kebutuhannya? Kok yang beredar di luaran sana bilang aku anak durhaka yang nggak mau merawat orang tua, nggak ngirimin uang juga. Gimana sih? Buat apa uang yang selama ini kutransfer?" tanyaku kesal saat Mbak Sinta dan Mila membantuku memasukkan snack ke box. Dua saudara kandungku itu pun mendongak seketika. Mereka saling pandang lalu menghentikan aktivitasnya. "Maksudmu gimana sih, Rum? Uang itu jelas buat ibulah, memangnya kamu pikir buat siapa? Selama ini aku sama Mila gantian rawat ibu, kan? Ibu juga terawat dengan baik kok. Kamu kok mendadak curiga begitu?" Mbak Sinta menjawab dengan sedikit gugup. "Bener kata Mbak Sinta, kami merawat ibu dengan baik. Lagipula kalau misal kita pakai sedikit, wajar dong, Mbak. Kami yang rawat ibu sejak dulu, sementara kamu cuma modal uang, kan? Nanti kamu
Read more
7 - Mobil Datang
Suara Gala dan Gina terdengar begitu nyaring. Mereka teriak memanggilku. Aku dan ibu yang masih sibuk di dapur pun setengah berlari menuju halaman. "Ma ... Mama. Papa datang!" Teriak Gina dengan riangnya. Aku pun tersenyum senang. Pasti Mas Huda bawa mobil kesayangan kami itu. Betapa kagetnya aku saat sampai di teras. Beberapa tetangga yang tengah arisan di rumah Mbak Sri pun melihat ke arah mami. Mas Huda yang kupikir pulang membawa alphird justru pulang membawa si putih. Mobil bak terbuka yang biasa disewakan untuk pindahan kontrakan. Astaghfirullah. Benar-benar menyebalkan! "Sayang, aku pulang bawa mobil kita," ucap Mas Huda dengan meringis kecil sambil menatapku. Kucium punggung tangannya dengan kesal. "Kenapa sih cemberut gitu?" "Kenapa bawa dia sih, Mas? Harusnya kan-- "Mobil sendiri apa nyewa, Da?" Teriak Mbak Ambar dari rumah Mbak Sri. Dasar kepo! Mas Huda sedikit kebingungan. Di pun menoleh ke arahku. "Mas yakin kalau kamu nggak pamer-pamer ke mereka soal rumah sama us
Read more
8 - Terbongkar
Bakda ashar, Mas Huda bersihin halaman belakang. Dia bilang mau bikin kolam lele daripada nggak ada kesibukan. Gina dan Gala pun begitu antusias membantu papanya, membakar sampah dedaunan kering dan bekas sayuran dari dapur. Sambil memperhatikan mereka, aku mulai tanya-tanya keseharian ibu di rumah Mbak Santi dan Mila. Selama aku tinggal di sini bersamanya, ibu memang belum pernah cerita apa-apa. Justru seolah menutupi semuanya. "Bu, saat di rumah Mila dan Mbak Sinta sore-sore begini ibu ngapain?" tanyaku mulai mencari informasi tentang kehidupan ibu di rumah dua saudaraku itu. Ibu hanya menghela napas lalu kembali menyeruput teh hangatnya. "Ibu nggak disiksa Mila sama Mbak Sinta, kan?" tanyaku asal. Sengaja agak ekstrim biar ibu mau bercerita. "Huusstt. Kamu ini, masa' ada anak nyiksa ibu kandungnya. Kamu ada-ada saja," jawab ibu cepat. Aku pun hanya nyengir saja. "Lagian ibu nggak mau cerita. Aku juga pengin tahu keseharian ibu bersama mereka, kan?" Lagi-lagi ibu menghela napa
Read more
9 - Rencana Huda
Sejak cerita ibu kemarin, jujur saja aku kesal dengan Mbak Sinta dan Mila. Tega sekali mereka memanfaatkanku dan ibu. Menggunakan uang ibu untuk keperluannya sendiri. "Mas, uang yang kutransfer tiap bulan buat ibu ternyata nggak sampai ke ibu.""Maksudnya gimana itu?" tanya Mas Huda sembari menyeruput madu hangat yang baru kusajikan. Sebelum tidur, Mas Huda memang terbiasa minum madu."Mereka bilang ke ibu cuma kutransfer lima ratus ribu, Mas. Entah sisanya buat apa. Pantes baju-baju ibu juga nggak ada yang baru. Tetangga juga sering menyindirku. Berarti selama ini Mbak Sinta sama Mila memang sengaja menjelek-jelekkanku di depan ibu dan para tetangga. Ngeselin banget mereka." "Memangnya kamu sudah tabayyun? Jangan asal nuduh, Sayang. Nanti jatuhnya fitnah," balas Mas Huda lagi. Dia memang selalu begitu, nggak seru tiap kali kuajak ghibah. Bukan ghibah ini mah memang kenyataan. Ibu sendiri yang cerita. Masa' ibu dusta? Lebih nggak mungkin, kan?"Ibu yang cerita soal ini kok, Mas. Ma
Read more
DMCA.com Protection Status