Share

Bab 3

Setelah Chen meninggalkan toko, Lan Xiang mulai merangkai buket untuk pesanan wanita tadi. Dia merangkai bunga lily of valley, dan beberapa bunga lain disertai beberapa ranting. 

Dia tidak tahu selera Tuan Muda Gao, namun yang pasti dia adalah pria. Jadi Lan Xiang memutuskan merangkainya dengan gaya minimalis dengan sentuhan maskulin namun indah.

Lan Xiang mencurahkan kemampuannya untuk merangkai bunga pesanan Tuan Muda Gao. Entah mengapa dia ingin memberikan perhatian lebih pada buket bunga itu.

Mungkin itu terpengaruh dengan perceraiannya dengan Qi Feng. Dia ingin menghibur dirinya sendiri dengan merangkai bunga yang benar-benar sesuai untuk Tuan Muda Gao. Bukankah pria itu adalah calon kakak ipar mantan suaminya?

Lan Xiang tersenyum, "Qi Feng dan Gao Jingyan, anda belum tahu sisi liarku bukan? Mari kita lihat apakah kalian bisa menghentikan keliaranku?" Ada sekilas dingin di senyuman indahnya.

Setelah merangkainya, Lan Xiang bersiap -siap untuk mengantarkan bunga itu. Dia mengganti pakaiannya dengan blouse berwarna ungu dan rok lebar selutut. Seulas make up natural memoles wajahnya. Sedangkan rambutnya dibiarkan tergerai.

Sebelum meninggalkan toko, Lan Xiang menelepon Bibi Li, pengasuh Rou'er. Dia meminta Bibi Li untuk datang ke toko dan menjaganya seperti biasanya.

Setelah siap, dengan berjalan kaki, Lan Xiang menuju gedung perkantoran Gao grup. Gedung itu tepat di seberang tokonya. Hanya butuh sepuluh menit untuk sampai di sana.

Sesampainya di lobby dia dihentikan resepsionis yang tampak tidak ramah. Resepsionis itu tentunya mengenali Lan Xiang. Selain suaminya adalah salah satu direktur di manajerial, dia dulu juga pemasok bunga untuk semua event grup Gao.

Namun semenjak suaminya terlibat affair dengan Gao Jingyan, semua kontrak kerjanya dibatalkan. Bahkan Gao Jingyan memberi perintah untuk menghalanginya memasuki area grup Gao.

"Maaf Nyonya Lan, anda tidak bisa masuk. Apa pun yang ingin anda sampaikan silakan titipkan di resepsionis," gadis itu menghentikannya dengan kalimat sopan namun matanya memandang dengan remeh pada Lan Xiang.

"Nona Sun, maafkan saya. Saya hanya mengantarkan bunga untuk Tuan Muda Gao. Saya sudah membuat janji dengan Nyonya Chen." Lan xiang bersikap ramah meski tahu dia diremehkan oleh resepsionis itu.

"Nyonya Lan mohon jangan persulit saya, jangan menipu saya dengan menggunakan nama Nyonya Chen apalagi Tuan Muda Gao. Itu tidak ada gunanya, tolong jangan membuat keributan." Resepsionis itu tetap bertahan tidak membiarkan Lan Xiang memasuki gedung.

Mendengar keributan di lobby, beberapa karyawan yang kebetulan lewat mulai berbisik-bisik. Mereka tahu affair antara Qi Feng dan Gao Jingyan.

Melihat banyak orang mulai bergosip, Lan Xiang merasa tidak nyaman. Dia tidak ingin menimbulkan masalah. Jadi dia menelepon Nyonya Chen.

Chen langsung menjawabnya dan memintanya untuk menunggunya. Sementara itu rekan resepsionis itu pun menelepon Gao Jingyan memberitahu tentang kedatangan Lan Xiang.

Karena lokasi ruangan kantor Gao Jingyan lebih dekat, dia datang lebih dahulu di lobi. Dia datang dengan Qi Feng dan asistennya.

"Lan jiejie, kalau ada masalah tolong dibicarakan di dalam. Jangan membuat keributan di sini. Mari kita bicara di ruangan saya."

Gao Jingyan dengan percaya diri menggenggam tangan Lan Xiang. Namun Lan Xiang menolaknya.

"Nona Gao maafkan aku, aku tidak memiliki kepentingan dengan anda. Aku memiliki sesuatu hal dengan Tuan Muda Gao. Tolong jangan halangi aku." Lan xiang menepis tangan Gao Jingyan.

"Xiang'er tolong mengertilah, anda tidak mungkin bisa menemui Tuan Gao, dia sangat sibuk. Mari ikut kami," kali ini Qi Feng yang membujuknya.

Lan Xiang bingung melihat pasangan idiot ini, mengapa mereka bersikeras mengajaknya ke ruangan mereka? Apakah mereka tidak percaya dia memiliki janji dengan Gao Yiyang atau mereka takut dia berbicara banyak pada pria itu yang notabene adalah kakak tiri Gao jingyan dan CEO Gao grup?

Untunglah Chen segera datang. Dia keheranan dengan kerumunan orang di lobi. Dilihatnya Gao Jingyan dan Qi Feng yang tengah berdiri di dekat meja resepsionis.

"Nyonya Lan maaf menunggu lama. Silahkan ikut dengan saya. Tuan Muda Gao sudah menunggu."

Mendengar perkataan Chen para karyawan terkejut ternyata wanita ini benar-benar memiliki janji dengan CEO mereka.

"Nona Sun ingat dengan baik, mulai sekarang tidak ada yang menghalangi Nyonya Lan untuk menemui Tuan Muda Gao, itu perintah langsung darinya!"

Resepsionis itu pucat mendengarnya, dan hanya menganggukkan kepalanya. Tak ada jejak arogansi seperti yang dia pamerkan tadi pada Lan Xiang.

"Nona Gao dan Tuan Qi mari ikut saya menemui Tuan Muda Gao. Mari nyonya Lan." Chen memimpin mereka bertiga menuju ruangan CEO di lantai 45.

Sesampainya di lantai 45, mereka disambut Nona Lin, sekretaris CEO, "Nyonya Chen silakan masuk bersama Nyonya Lan. Nona Gao dan Tuan Qi, silakan tunggu di sini."

Rupanya Gao Yiyang sudah mendengar keributan di lobby tadi. Chen mengangguk dan membawa Lan Xiang masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ruangan, Gao Yiyang tengah berdiri di depan jendela ruangannya. Sosoknya yang tinggi dan tegap itu terlihat dominan dalam ruangan tersebut.

"Tuan Muda Gao, Nyonya Lan ada di sini," Chen melaporkan kedatangannya.

"Nyonya Lan kemarilah. Chen tinggalkan kami berdua." Gao Yiyang menoleh ke arah Lan Xiang dan menyuruh Chen pergi. Chen meninggalkan mereka tanpa suara.

Lan Xiang mendekati pria itu. Dia meletakkan bunganya di atas meja. "Tuan Muda Gao di mana saya harus menaruh bunga ini?"

"Yang'er, panggil aku seperti itu Nyonya Lan." Gao Yiyang berjalan mendekatinya. Namun berhenti di depan lemari besar.

"Di mana pun yang menurut anda cocok. Ada vas di lemari ini," sambungnya lagi, menunjuk lemari di belakangnya.

Lan Xiang mengikuti arah pandangan Gao Yiyang. Ada sedikit celah di antara meja dan Gao Yiyang yang tengah berdiri menyandar di dinding.

"Baiklah, Tuan Muda Gao bisakah anda membiarkan saya lewat untuk mengambilnya?"

Gao Yiyang minggir sedikit dan hanya menyisakan sedikit celah untuk Lan Xiang lewat.

"Silakan Nyonya Lan, saya rasa ini cukup untuk anda lewati. Tubuh anda langsing pasti muat." Gao yiyang tersenyum menggoda.

"Tuan Muda Gao, anda pasti bercanda. Meskipun itu muat, tapi pasti kita akan bertabrakan. Baiklah, sepertinya anda sangat menyayangi vas itu. Saya akan menggunakan sesuatu di atas meja anda sebagai vas."

Tanpa menunggu tanggapan pria itu, dia mulai memutari meja mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai vas. Dia menemukan akuarium mini bulat yang kosong di sudut meja.

Diambilnya akuarium itu, kemudian dia ke kamar mandi di samping kiri ruangan. Di isinya akuarium itu dengan moss yang telah dibasahi dengan air.

Kemudian Lan Xiang mulai merangkai kembali bunga yang dibawanya di akuarium itu. Gao Yiyang memperhatikan semua gerak-geriknya. Wanita itu sangat cantik saat memegang bunga. Melihatnya merangkai bunga seperti melihat peri sedang bermain-main dengan bunga.

Tak butuh waktu lama, Lan Xiang telah menyelesaikan rangkaian bunganya. Sangat indah, meski bunga yang dipilihnya bukan dari jenis yang mahal. Sekarang dia meletakkan buket bunga itu di atas meja kerja Gao Yiyang. Meski simple dan sederhana, buket bunga itu memberi sentuhan segar dalam ruangan yang terkesan mewah namun kaku.

"Tuan Muda, saya sudah merangkainya. Bisakah saya pergi?" Lan Xiang berniat untuk segera pergi. Dia tidak berniat berlama-lama di ruangan yang sama dengan pria yang tengah menatapnya dengan tajam. Dia agak takut dengan pria itu.

"Itu sangat indah, anda sungguh berbakat Nyonya Lan." Gao Yiyang memuji hasil karya Lan Xiang dengan tulus.

"Mari duduk dulu dan berbicara bisnis." Pria itu mendekatinya dan mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang tersedia di depan meja kerjanya. Dia sendiri berdiri menyandar pada meja tersebut. 

Lan Xiang menghela napas, dan menurut duduk di kursi itu. Posisi mereka benar-benar ambigu sekarang. Sejujurnya Lan Xiang merasa tidak nyaman dengan posisi ini. Namun dia teringat pasangan skandal di luar ruangan itu. Dia pun menyamankan diri untuk menyingkirkan kecanggungannya.

"Nyonya Lan, apa rencana anda setelah perceraian anda dengan Tuan Qi Feng?" Gao Yiyang memulai percakapan dengan santai.

"Tuan Muda Gao, apakah ini berkaitan dengan bisnis yang kita bicarakan? Saya rasa kita berbicara mengenai kontrak kemitraan grup Gao dengan toko bunga milik saya yang telah diputuskan adik anda. Atau mungkin saya salah paham?"

Lan Xiang menatap pria itu dengan mata bundarnya yang sebening kolam giok. Tatapan itu terlihat polos, namun Gao Yiyang menangkap sekilas sorotan dingin di mata wanita itu.

"Nyonya Lan, mengenai kemitraan kita akan ditangani asistenku. Aku ingin berbicara mengenai bisnis pribadi dengan anda. Dan panggil aku Yang 'er, Nyonya Lan."

Pria itu membungkukkan badannya hingga dahinya hampir menyentuh puncak kepala Lan Xiang.

Lan Xiang mendongakkan kepalanya dan tersenyum, "Kesepakatan bisnis seperti apa yang anda inginkan?"

"Nyonya Lan, anda sangat langsung dan tanpa basa-basi. Apakah anda selalu begitu di setiap langkah anda?" Gao Yiyang mencubit dagunya dengan lembut.

"Tidak juga, tapi untuk anda yang sangat sibuk, saya tidak berani untuk menghabiskan waktu anda yang sangat berharga. Jadi katakan saja apa yang anda inginkan."

Lan Xiang berusaha melepaskan cubitan di dagunya. Namun Gao Yiyang menangkap tangannya.

"Jadilah wanitaku. Aku akan membantumu mengembalikan toko bungamu seperti dulu. Bahkan lebih." Gao Yiyang menggenggam tangannya dengan erat.

Lan Xiang terperangah sejenak, tak percaya dengan yang baru saja dia dengar. Wanitanya? Apa dia bercanda? Cassanova idaman para wanita, Gao Yiyang, menginginkannya menjadi wanitanya. Apakah dia kehabisan stok wanita di negeri ini untuk dikencani? Berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya.

"Tuan Muda Gao sungguh pandai bercanda. Saya sedang dalam masa tidak nyaman dan anda membuat saya tersanjung dengan tawaran anda ini." Lan Xiang berusaha melepaskan tangannya.

"Aku tidak bercanda. Anda punya waktu untuk memikirkannya. Tidak ada ruginya menjadi wanitaku, Nyonya Lan. Bukankah kau ingin membalas perbuatan wanita itu?" bisik Gao Yiyang di telinganya.

Pria itu membungkukkan tubuhnya begitu dekat dengan wajahnya. Lan Xiang bisa merasakan desah napasnya yang panas di tengkuknya.

"Saya berterima kasih atas tawaran anda. Beri saya waktu untuk memikirkannya. Sekarang saya harus pergi. Sepertinya adik anda sudah menunggu terlalu lama."

Lan Xiang mendorong pria itu untuk menjauh darinya. Dia harus segera meninggalkan ruangan dan pria berbahaya ini.

"Baiklah. Dua hari lagi beri aku jawaban Nyonya Lan." Lan Xiang berdiri dan Gao Yiyang mencium tangannya dengan lembut. Lan Xiang hanya tersenyum dan melepaskan tangannya. Dia pun meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status