"Betul."Semua orang tahu jelas dengan kekuatan Pelita. Hanya kantor pusat di Provinsi Andaru saja memiliki modal dan kemampuan yang cukup untuk mengakuisisi media video pendek paling top saat itu.Jika menambahkan modal dan kekuatan kantor pusat luar negeri, jangankan di dalam negeri, di tingkat global juga tidak ada beberapa perusahaan berkuasa yang bisa dibandingkan dengan Pelita. Linda punya keyakinan yang besar untuk mengatakan hal ini.Namun, sebelum selesai mengatakan ini, Linda melanjutkan, "Peringatkan tokoh besar dan kecil di media personal itu. Jika mereka berani mengunggah satu kata saja tentang Pelita, Pelita akan membuat mereka menghilang secara permanen dari dunia maya.""Baik.""Departemen Informasi.""Hadir." Pemimpin departemen informasi memberi respons.Linda berkata dengan nada dingin, "Segera sewa sejumlah besar spammer dan susun artikel untuk bersiap menghadapi opini yang mungkin muncul. Begitu menyadari satu saja komentar negatif tentang Pelita dan Bos, segera ha
Setelah terdiam beberapa saat, Sendi berkata, "Tampaknya kamu nggak akan mengaku.""Aku nggak melakukan apa pun, kenapa harus mengaku?" tanya Surya.Sendi melanjutkan, "Kesaksian kalian sama sekali bertolak belakang, pasti salah satu dari kalian berbohong. Kalau berani bohong di sini akibatnya sangat parah.""Aku tahu parah, tapi siapa yang bicara jujur bukankah adalah hal yang harus kalian verifikasi?" tanya Surya.Sendi pun menjawab sambil tersenyum sinis, "Tentu saja kami akan memverifikasinya, tapi kamu juga harus tanggung jawab atas kata-katamu sendiri.""Tentu saja. Aku juga percaya kamu adalah penanggung jawab yang adil," timpal Surya sambil tersenyum.Sendi terdiam. Pada umumnya, wanita nggak akan bohong tentang hal seperti ini, jadi mereka lebih condong pada pengakuan Monita.Akan tetapi, Surya begitu tenang dan sangat percaya diri.Jika dia bukan seorang gila yang punya etika baik, berarti dia berkata jujur.Hal ini kelihatannya agak rumit, dan mereka perlu menggunakan bebera
"Pak Sendi, apa maksud kata-kata Anda?" tanya Linda dengan wajah bingung.Sendi mendengus, lalu berkata, "Bahkan sampai membuat Pak Dito datang. Pelita memang hebat, ya.""Mana ada? Kami hanya kebetulan bertemu saja, Anda jangan berpikir terlalu banyak," jawab Linda sambil tersenyum.Sendi sangat kesal. Dalam hatinya berpikir Linda sedang membohonginya.Apa mungkin bisa kebetulan begitu?Kebetulan Pak Dito memeriksa kantor mereka, kebetulan Pak Dito dan Linda bertemu di pintu gerbang, bahkan Pak Dito berinisiatif menjabat tangan Linda. Jika ini bukan sengaja diperlihatkan padanya, berarti dia sungguh bodoh.Linda melangkah maju dan berkata, "Pak Sendi, saya datang untuk mengurus pembebasan Surya dengan jaminan. Mohon bantuan Anda.""Sekarang dia masih belum boleh pergi," jawab Sendi dengan nada dingin.Linda berkata lagi sambil mengerutkan keningnya, "Pak Sendi, Bapak tahu apa julukan bagi departemen hukum Pelita, 'kan?""Julukan apa?" tanya Sendi.Linda menjawab sambil tersenyum, "Ora
Surya tersenyum tipis, lalu mengatakan, "Sendi adalah polisi yang baik. Aku yakin dia bisa menyelidiki kebenaran masalah ini."Linda tercengang. Dia masih marah dengan Sendi, tetapi Surya malah mengatakan kalau Sendi adalah polisi yang baik.Jika dipikir-pikir lagi, Sendi juga tidak salah. Dia hanya melakukan tugasnya. Selain itu, dia juga tidak tertarik dengan tindakannya yang memindahkan Dito. Kalau dilihat dari segi profesional, dia memang orang yang baik dalam pekerjaannya.Surya berkata pada Linda, "Sudahlah, kamu kerja dulu. Aku sudah katakan sejak awal, mau itu benar atau salah akan ada yang mengadili dan kebohongan itu nggak akan terbukti."Linda mengangguk mengerti. Dia segera pergi ke Konsorsium Pelita. Sampai sekarang ada banyak orang termasuk dirinya belum sempat istirahat. Dia masih perlu mengurus pekerjaan selanjutnya. Sekarang bukan waktunya untuk bermalas-malasan.…Gedung Perusahaan Lintang Harapan.Maya duduk di kantornya dan merasa sangat lelah.Dalam dua hari ini, b
Dinda ketakutan, tetapi masih terus menyangkal tuduhan Maya, "Emangnya kenapa? Dia yang melanggar hukum, tapi kamu malah menyalahkan orang lain?"Maya menatap ibunya. Dia menggeleng sambil menjawab, "Mungkin sekarang kamu masih belum tahu seberapa besar kekuatan yang dia miliki. Kalau memang kamu yang melakukannya, lebih baik minta maaf sekarang juga. Dengan begitu, Keluarga Lintang bisa diselamatkan dari kehancuran.""Masalah ini nggak ada hubungannya denganku." Selesai berbicara, Dinda langsung pergi.Saat ini, Maya yakin kalau masalah ini memang ada hubungannya dengan ibunya.Namun, dia juga tahu jelas seperti apa sifat ibunya. Ingin dia mengaku salah, mungkin jauh lebih sulit daripada memetik bintang di langit malam.Maya menghela napas panjang, lalu dia bersandar lemas di kursi. Sepertinya Keluarga Lintang tidak bisa diselamatkan lagi.…Surya mengesampingkan masalah yang merepotkan ini. Dia mengendarai mobilnya menuju pasar pagi yang berjarak beberapa kilometer dari rumah.Saat i
Surya tersenyum pada Linda, lalu pergi dengan mobilnya.Sedangkan Linda, dia melihat hidangan makanan di meja, wajahnya terlihat cemas. Biasanya dia selalu makan dengan lahap, tapi saat ini dia merasa tidak berselera.Tidak lama kemudian, Surya sudah sampai di Pulau Aora.Pulau Aora milik Keluarga Hatani, mereka menghabiskan 200 miliar untuk membangun pulau ini.Awalnya wilayah ini hanya berupa danau bisa, kemudian orang-orang mendirikan pulau di sini, ditambah dengan berbagai tumbuhan, dekorasi alam yang indah dan berbagai akomodasi, pulau ini pun menjadi cukup terkenal di Kota Juwana.Surya menghentikan mobilnya di luar, lalu dia berjalan ke jembatan.Saat ini, di tengah taman Pulau Aora, sudah ada belasan orang yang duduk di sana.Di bangku bagian tengah, terdapat pria tua berumur kurang lebih enam puluh tahun, matanya samar-samar memancarkan sinar.Orang itu adalah Aksan dari Keluarga Hatani. Di belakangnya terdapat kedua putranya, Jose dan Hilmi.Di kedua sisinya, ada anggota Kelu
Surya melirik ke sekeliling, dia melihat semua orang menatapnya dengan menghina, seakan-akan dirinya sudah pasti akan mati hari ini.Kemudian, tatapan matanya jatuh pada Hilmi, dia berkata dengan perlahan, "Sudah bisa mengeluarkan energi sejati, dalam seni bela diri, bisa dibilang kamu berhasil mendapatkan pencapaian kecil.""Sombong sekali." Seketika Jorzy berdiri dengan kesal, dia menunjuk Surya sambil berkata, "Kamu bilang bisa melepaskan energi sejati hanya pencapaian kecil, memangnya kekuatanmu sudah sampai tingkat mana?""Aku?" Surya menggelengkan kepalanya. "Aku juga kurang tahu."Saat ini Brian berkata, "Bermulut besar saja. Hilmi, kamu nggak perlu bertele-tele dengannya, langsung saja bunuh dia."Hilmi mendengus, dia berjalan ke arah Surya dengan perlahan.Surya berkata sambil mengerutkan kening, "Hilmi, dengarkan saranku, jangan cari mati.""Kurang ajar," kata Hilmi dengan kesal, yang lainnya juga sudah merasa sangat marah.Dalam keadaan seperti ini, Surya masih berani bersik
Sebagai dibandingkan, Aksan jauh lebih kuat daripada putranya yang bernama Hilmi. Dalam hal tekanan kekuatan saja, Hilmi tidak bisa menyamainya.Saat melihat kekuatan Aksan yang menakutkan, orang-orang dari tiga keluarga besar tidak bisa menahan diri untuk bersorak kembali.Ekspresi Surya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dia tetap diam dan hanya memperhatikan Aksan dengan tenang.Sorot mata Aksan penuh dengan amarah. Setelah mengambil beberapa langkah panjang, dia melompat dan menerjang ke arah Surya seperti seekor burung elang raksasa.Saat mendekati Surya, bayangan tinju yang tak terhitung jumlahnya menyerang dari udara.Seketika itu juga, angin kencang menderu dan debu beterbangan ke mana-mana.Tangan kiri Surya berada di belakang punggungnya, sedangkan tangan kanannya memotong, menyapu, menebas dan memantul di udara sehingga membuat serangan Aksan menjadi tidak terlihat.Aksan tampak sangat marah. Dia mendarat di tanah dan melancarkan serangan sengit lainnya. Tinju dan tendanga