Share

Memuai Apa yang Ditanam

Aku memang penjahat yang sewaktu-waktu bisa menyakitimu.

Terima kasih sudah mencoba mengerti diriku.

~ Astro Climton~

***

Btw, ada yang ingin aku tanyakan lagi. Kenapa kamu terlihat tampan? Aku tidak mendeskripsikanku secara detail, kecuali ciri-ciri umum. Seperti ini, 'kulit putih bak Dewa yang selembut awan, dan kontras warna rambut layaknya tinta pada kertas'.”

'Apa benar hanya membayangkannya, maka terjadi sesuatu di dunia ini?' Tiara memejamkan matanya dan mulai berimajinasi, apa yang akan menjadi pemicu dari awal cerita barunya.

'Mungkin akan menarik jika cerita berawal dari hilangnya Astro dari penjara Dewa, karena diculik Dewi Pencipta. Perjalanan awal Astro membuktikan keadilan, kebenaran di mata Suku Iblis tidak sepenuhnya salah, ini akan menjadi premis yang bagus.  Maka, tubuh Astro seharusnya sudah berada di sebelahku sekarang!'

Inilah yang biasanya Tiara lakukan sebelum menulis, membayangkan sebuah situasi dan keadaan seperti apa yang akan ia kembangkan dalam tulisan. Seperti menonton theater di dalam pikirannya sendiri, dan Tiara adalah sutradara yang mengarahkan semuanya, akan disetting seperti apa ceritanya agar menarik.

Perlahan Tiara membuka matanya seperti sedang make a wish ulang tahun. Ia langsung dihadapi wajah Astro yang tampak terkejut, saat menoleh senyumnya terbit melihat Astro ada dua saat ini.

“Sudah!” pekiknya. “Aku tidak percaya jika semudah ini. Sekarang kamu kembalilah ke tubuhmu,” perintah Tiara agar jiwa Astro di depannya memasuki tubuh Astro di sampingnya.

Tiara melihat dengan mata kepala sendiri semua prosesnya, jiwa Astro yang semakin memudar, lalu tubuh Astro bergetar dengan hebat. “Apa sudah bereaksi?”

Tiara terkejut bukan main. Ia melihat langsung jiwa Astro yang mengilang, lalu tubuh Astro berhenti bergetar dan lunglai jatuh dari duduknya. Seketika ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tiara tidak tahu apa yang Astro alami ini hal baik atau hal buruk. Yang pasti gadis itu panik!

“Omili! Omili! Tolong ... Astro pingsang!” teriaknya berlari dari ruang makan mencari pertolongan.

***

Sudah tiga hari berlalu, Astro masih tak sadarkan diri setelah jiwanya bergabung dengan tubuhnya. Sedangkan Tiara yang mau- tidak mau di waktu senggangnya mempelajari hal-hal Suku Iblis. Itu hanya pelajaran biasa yang ia dapat dari celotehan Omili, tapi semakin Tiara mengetahui banyak hal, semakin membuatnya merasa ada yang mengganjal dengan dunia novel ini.

Ada fakta mengejutkan yang baru Tiara ketahui karena Omili yang cerewet itu sudah keceplosan menceritakan hal yang menyakitkan. Salah satu alasan Astro meninggalkan tubuhnya yang berada di penjara, karena tidak sanggup lagi selalu merasa kematian yang terus berulang. Banyak orang yang mendoakan kematian Astro, tidak hanya para Dewa, tapi manusia, tidak lain para pembaca dari novel Tiara.

Dengan ending dimana Astro harus disucikan dari kejahatannya, malah justru menyiksa Astro melebihi mati dan masuk ke dalam neraka.

“Nona tahu akibat dari pensucian dan mendapat doa kematian? Maka Tuan Astro terus merasakan disedotnya energi iblis yang sama saja dicabut nyawanya berkali-kali. Dan itu tidak akan ada selesainya karena Tuan Astro memiliki darah Iblis sejak lahir.” Itulah yang dikatakan Omili.

Kegiatan Tiara saat ini hanya berjalan-jalan di taman istana Astro yang sedang dalam tahap perbaikan. Setiap melihat usaha keras Suku Iblis untuk membangun kembali dunianya, membuat Tiara merenung. Jika Suku Iblis adalah pemeran antagonis untuk Suku Dewa, maka ia sebagai Dewi Pencipta juga pemeran antagonis untuk Suku Iblis.

“NONA! NONA TIARA ...,” teriak Omili yang terbang tergesah-gesah ke arah Tiara.

Tiara yang menghindari di tabrak makhluk yang tidak memiliki rem itu jadi menangkap tubuh Omili seperti nemangkap bola dalam genggamannya, “Uups ... Oke, sekarang tenang dulu. Katakan pelan-pelan ada apa?” Tiara menengkan Omili yang tersengal-sengal tapi berusaha untuk mengatakan sesuatu.

“Tuan Astro- Tuan sudah sadar, dan sekarang dia murka!”

***

Di dunia Suku Dewa. Istana Dewa Agung, ruangan singgasana.

“Hormat saya Yang Mulia Dewa Agung Ammon, tubuh iblis Astro menghilang. Dan disusul dengan cahaya misterius dari inti bumi, letak Suku Iblis berada,” lapor Dewa Epopti, selaku Dewa Pengawas.

“Belakangan ini aku juga mencium kehadiran energi cahaya yang asing di sana, tapi aura yang transparan seperti manusia. Apa jangan-jangan ... Dewi Pencipta Tiran?” Dewa Hati Gefsi terkejut dengan analisanya sendiri. Dia yang sensitif dengan segala energi dan aura tidak mungkin salah merasanya. “Aku pikir ada penciptaan baru di dunia Suku Iblis yang telah hancur, tapi dengan hilangnya tubuh Astro, mungkin ada hubungannya dengan ini.”

Setelah jiwa Astro menghilang, Suku Dewa melakukan pencarian besar-besaran. Hampir 1 tahun pencarian itu tidak membuahkan hasil, seakan jiwa Dewa Kematian lenyap begitu saja. Jika tiba-tiba tubuh Astro sekarang menghilang tanpa sejak dengan energi Dewi Pencipta tercium hingga dunia Suku Dewa, apa yang Dewa Gefsi katakan sangat masuk akal.

“Ya ... aku juga mencium energi cahaya walau samar-samar. Jika benar itu adalah Dewi Pencipta Tiran, tidak baik manusia berada di Suku Murni. Dan sepertinya Dewi Tiran tidak tahu dampak apa yang terjadi jika ia terlalu lama di sana. Lebih baik kita bersiap untuk ke dunia Suku Iblis. Mungkin kakakku akan membuat ulah lagi. Ingat, usahakan untuk tidak menyerang lebih dulu Dewa Astro, jika itu bukan kehendak Dewi Tiran atau pembelaan diri. Karena hanya Dewi Tiran yang berhak menentukan apa yang akan terjadi pada Dewa Astro,” jelas Dewa Ammon dengan sangat tegas.

Ruang singga menjadi riuh, Para Dewa berbisik-bisik mengukapkan rasa kekhawatiran mereka dengan apa yang akan terjadi jika Astro benar-benar diselamatkan langsung oleh Dewi Pencipta.

Dewa Agung Ammon yang terngelam dalam pemikirannya sendiri, membalikkan badannya membelakangi para Dewa itu. ‘Apa season kedua sudah dimulai?’ Sudut bibir Dewa Ammon berkedut merasakan sesuatu yang menarik akan datang. ‘Aku sangat menantikannya.’

***

“Ayo kita kesana!”

Tiara yang menarik tangan goni Omili, tiba-tiba merasa kesulitan. Ternyata Omili menahan tubuhnya untuk tidak ikut bersamanya.

“Tidak, Nona. Saya bisa jadi abu menghadapi Tuan yang sedang murka, jadi Nona sendiri tak apa, kan?”

“Ya udah, kamu tunggu di sini. Atau langsung kabur kalau terjadi apa-apa. Ok!” Tiara sudah terbiasa dengan kebiasaan Omili yang pecicilan, terbang dengan ringannya seperti sedang dikejar-kejar sesuatu.

Tanpa pikir panjang Tiara pergi ke kamar Astro, tapi saat dekat dengan kamar itu pintu tiba-tiba terbuka lebar dengan kebulan asap keluar dari sana. Pelayan yang melayani Astro lari keluar dari kamar tak kalah tergesa-gesa seperti Omili yang ketakutan tadi.

Sekatika Tiara jadi ragu untuk masuk kamar Astro, bagaimanapun lembutnya lelaki itu, dia adalah Raja Iblis. Walaupun Tiara adalah Dewi Penciptanya, ia tidak bisa langsung menggunakan kekuatan imajinasinya itu, pasti otaknya langsung membeku karena ketakutan.

Dengan penuh banyak pertimbangan, tanpa sadar langkah kakinya sudah berada di pinggir pintu kamar Astro. Mencoba mengintip, ia melihat sosok tinggi besar dengan kulit yang hitam pekat. Itu sosok iblis Astro yang membawanya ke dunia novel.

“Keluarlah, Nona.”

Tiara yang sudah ketahuan tidak bisa mengambil langkah mundur. Ketakutannya sama seperti saat Tiara pertama kali bertemu dengan Astro dengan sosok yang sama. Jantung berdegup sangat kencang, bulu halus di lehernya meremang, dan udara dingin seakan tengah menyelimutinya.

“A-astro, apa sudah baikan?” Tiara menguatkan kakinya yang sudah lemas agar tidak jatuh dan tetap berjalan mendekati Astro.

“Bukankah kita harus bicara?” tanya Astro lalu menjentikkan jarinya.

Kamar yang semula berantakan, menjadi rapi. Pintu kamar tertutup rapat yang mungkin sudah dikunci juga oleh Astro.

“Nona sangat bodoh! Menggunakan kekuatan Dewi Pencipta dengan gegabah, itu sama saja memancing para Dewa kemari! Saya membawa Nona menuntut keadilan, tapi Nona malah menghancuran semuanya!”

Sepertinya Tiara sudah terlalu dijamu dengan baik oleh Astro salama ia berada di dunia Suku Iblis. Bahkan semua orang Suku Iblis pun menghormatinya dan memperlakukannya dengan baik. Saat melihat Astro marah, membuat Tiara ketakutan dan juga kecewa.

“Bukannya kamu yang minta sendiri? Aku kasih kesempatan buat kamu, kok malah nyolot sih!” Tiara jadi ikutan marah karena tidak terima dihakimi seperti ini. Padahal niatnya sudah cukup baik, meski ia tidak mau terlibat dalam masalah dunia novel yang sudah tamat ini.

“Iya, tapi tidak gegabah seperti ini. Nona bahkan tidak tahu apapun tentang dunia yang Nona tulis sendiri, lalu dengan bodohnya sudah memihak para Dewa sialan itu! Kesempatan apa yang Nona berikan? Kemanang kedua kalinya untuk para Dewa?” Tatapan mata Astro berubah menjadi sendu seakan tidak memiliki harapan.

“Saya memang kejam, licik, jahat, penghancur, dan mengantar kematian. Saya memang salah telah menghancurkan setengah Suku Dewa dengan kekuatan penghancur saat masih kecil, dan saat remaja saya membunuh para Dewa tanpa alasan. Lalu tiba-tiba saudara sedarah saya dianggap benar dengan menghancurkan saya beralasan menyelamatkan dunia? Nona pikir apa alasan saya melakukan kejahatan seperti itu? Dendam? Ya, saya dendam kepada para Dewa. Karena apa? Mereka yang berkuasa atas langit dan bumi, tapi mereka menjadikan Suku Iblis seperti injakan kaki mereka dengan begitu rendah.”

“Bahkan aku yang terlahir sebagai Dewa, dianggap kutukan, selalu dibedakan, dan diperlakukan dengan buruk. Apa salah jika saya seorang Dewa memiliki darah dari Raja Iblis yang didapat dari kutukan Dewa Agung terdahulu? Apa saya menginginkan takdir seperti itu? Jadi salah jika saya menuntut keadilan dengan memberikan sedikit saja kelimpahan yang dimiliki Suku Dewa kepada Suku Iblis?” Astro tersenyum getir mengingat semuanya. “Pada akhirnya yang jahatlah yang kalah dan harus bertanggung jawab. Itu terjadi jika Nona membuat sudut pandang hanya dari yang inginkan saja.”

Mendengar itu, hati Tiara seperti tertusuk benda tumpul. Air matanya menetes hanya dengan mendengar semua penuturan itu padahal ia belum merenunginya.  Karena yang ia dengar adalah kesakitan yang selama ini Astro alami.

Perasaan Tiara bercampur aduk. Setelah banyak kesalahan yang ia tulis sebagai takdir mereka, hanya permintaan diberikan kesempatan yang ia dengar. Terlintas dipikiran Tiara untuk membantu, dengan cepat kesadarannya menepis itu semua.

Menyadari dirinya sudah kehilangan akal, Tiara memukul-mukul dadanya menghilangkan rasa sesak yang telah membuatnya lupa untuk bernapas. Tiara berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Bagaimanapun hingga tercipta dunia novel itu tidaklah masuk akal.

Tiara merasa bersalah, tapi tetap ingin kembali pulang. Ia tidak ingin terlibat hal aneh seperti ini. Jika ini hanya dunia novel, semua ini bukanlah kehidupannya yang sesungguhnya, mungkin saat ini ia sedang bermimpi?

“Astro, setiap peran itu penting. Tidak ada warna jika semuanya berperan baik.” Tiara menegarkan dirinya agar tidak terhanyut ke dalam perasaanya. “Para pembaca mengharapkan happy ending pemeran utamanya, dan itu adalah Ammon. Tentu saja harus ada pemeran yang menjadi batu loncatan untuk pengembangan karakter. Pemeran yang memiliki tujuan hidupnya bertolak belakang dengan tokoh utama, yaitu kamu.”

“Aku hanya mengikuti pepatah. ‘kita akan menuai apa yang kita tanam’. Kesalahanmu adalah dendam, rasa iri, dan amarah. Kau terlalu banyak memupuk banyak kesalahan dalam bertindak kepada para Dewa. Kamu juga Dewa, Dewa kematian. Dan untuk menyempurnakan karakter antagonismu dendam yang sangat besar membangkitkan jiwa Iblis dalam dirimu. Bukankah itu cukup masuk akal? Aku tidak salah membuatmu menjadi jahat!” jelas Tiara, berargumen dengan tegas.

Astro menggeram tidak terima dirinya disebut sebagai penjahat. Kenyataan jika dirinya memang jahat dilihat dari perilakunya yang mudah marah dan bermain kasar, bahkan sampai bisa membunuh masih ia terima. Tapi sampai dirinya dicap jahat karena membela sesuatu yang menurutnya benar, itu sama saja orang-orang yang ia bela pun ikut disalahkan.

Astro yang tumbuhan di masa remaja penuh dengan hinaan. Para Dewa yang mengucilkan dan menjulukinya Iblis, ingatan itu masih melekat pada dirinya. Sampai akhirnya Astro menemukan lingkungan yang dapat menerima dirinya, sebuah jalan yang menghargai keberadaanya. Terlepas dari kenyataan dendam dan sikap buruk lain, Astro membela Suku Iblis yang memiliki stigma yang sama dengannya dan selalu menjadi kambing hitam untuk disalahkan.

Bukankah Tiara keterlaluan hanya melihat dendam yang Astro miliki untuk pengembangan karakter pemeran utama?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status