“Nggak lagi deh gue ngikutin perintah lo, Sid.”
Athena dan Sidney sedang berada di kantin sekolah mereka. Kejadian semalam seakan masih menghantui Athena dan ia terus saja menyalahkan Sidney atas semua yang terjadi. Gadis berponi itu hanya bisa cekikikan selama perjalanan pulang mereka kemarin malam, tidak lupa mengelus-elus kepala Athena seperti anak kucing.
“Eh, tapi lo nggak bakal masukin video itu ke konten prank lo, kan?” Athena menatap Sidney tajam penuh selidik. Sahabat satu-satunya itu menampilkan deretan gigi putihnya yang dibehel, membuat bola mata Athena membelo seketika, “LO GILA, SID?!”
“Udah gue edit, babe. Kalau nggak pake yang itu, emang lo mau bikin konten lain? Gue kira lo masih trauma sama yang semalem.” Sidney dengan antengnya melahap potongan besar bakso sebagai makan siangnya.
“Kan yang semalem itu gagal. Terus lo edit kayak gimana?” Athena masih bernada kesal, seakan siomai yang ada di hadapannya tidak menarik lagi, “Jangan bilang lo bikin evil editing ya buat gue?!”
“Ya nggak mungkin lah, babe. Lo tenang aja, gue cuma bikin judulnya terdengar sedikit mendrama dan lebay gitu supaya orang penasaran.” Sidney mengacungkan jempolnya sambil memotong baksonya lagi dan melahapnya cepat.
“Kapan bakal lo update?”
“Udah gue update kok semalem.”
“WHAT?!” Athena dengan cepat membuka aplikasi merah itu di iPhonenya dan mencari video terbaru di channel Sidney, “Sid…” lalu ketika melihat judul video tersebut, Athena hanya bisa membeku, tidak, sebenarnya bukan judul “NIAT NGEPRANK, TEMEN GUE MALAH GALI KUBURAN SENDIRI!” itu yang membuatnya bergeming, melainkan ketika ia membaca komentar di sana.
Ponifan Bukannya itu Ares Adiwangsa?
Anggun1212 Itu Ares Adiwangsa kan? Yang terkenal di kalangan anak pentolan SMA di Bandung? Wah, dia dulu pindah-pindah sekolah terus sampai hampir semua anak SMA di Bandung kenal dia.
Lala01 Ini Ares yang itu? Serius? Ternyata cakep ya kayak rumor yang beredar.
Vita Kirana Ares cakep, tapi kenapa sih dia harus pindah sekolah terus?
Jklmn111 Mbanya kok bisa ketemu Ares?
Bibelabel Itu di Café mana, Pon? Gue mau ke sana ah, siapa tahu ketemu Ares.
BMW Jangan sampe deh dia ada di Jakarta. Kalau iya, gue males banget ketemu sama dia lagi.
Fredi A masuk konten orang lo, Res?
Xavier C if I tell abt this to God of war, I wonder… what will he do to u, guys
“Kenapa sih lo? Muka lo pucet kayak nahan berak deh.”
Athena menatap Sidney tajam. Ia tidak bisa berkata-kata lagi terhadap apa yang dia lihat sekarang. Gadis dengan rambut yang dicepol itu hanya bisa menutup wajahnya dan berteriak kencang, sampai membuat hampir seluruh siswa yang ada di kantin menoleh padanya.
“Na, serius lo kenapa?” Sidney mengambil iPhone Athena yang tadi ia lempar pelan ke meja, “Wow, gue baru lihat ini, Na, sumpah. Abis gue update ini tadi malem, gue langsung tidur. Gue nggak tahu kalau ternyata… KONTEN GUE MASUK DI TRENDING 15!!” Sidney melompat kegirangan. Siswa lain yang memang sudah hapal kelakuan Sidney hanya bisa menggeleng. Ya, kebanyakan dari mereka tahu bahwa Sidney seorang youtuber, walau tidak terlalu terkenal pada awalnya.
“Bukan itu, Sid.” Athena menampilkan wajah memelasnya, “Lo harus baca komentarnya. Ternyata dia itu anak yang terkenal. Video lo trending karena di situ ada si Ares-Ares apalah itu.”
“Hah?” Sidney langsung membuka kolom komentar, dan matanya membelo seketika. Tanganya refleks membuang iPhone Athena, dan menutup mulutnya terkejut.
“SIDNEY BEGO! HP GUE KENAPA LO LEMPAR?!” Athena langsung bangun dari duduknya, dan mengambil iPhonenya yang mungkin sekarang layarnya sudah retak.
“Na… si Ares itu komen di situ.”
“Apa?” Athena bukan tidak mendengar, ia hanya memastikan apa yang didengarnya memang benar. Sidney hanya bisa mengangguk cepat, Athena kembali melihat kolom komentar.
Ares Adiwangsa Oh, jadi yang semalem itu temen lo bukan setengah sadar, kambuh, atau apalah itu. lo ngerjain gue buat konten ini? Awas lo, bakal gue cari sampai ke ujung dunia sekalipun!
“Na, gimana dong? Kayaknya si Ares itu punya kuasa deh. Kalau dia beneran ngedatengin kita gimana?” sekarang wajah Sidney yang memelas. Ia terduduk lemas di kursi kantin, dan menenggelamkan wajah pada lipatan tangan.
“Tenang. Katanya dia sekolah di Bandung kan… eh tapi kalau semalem kita ketemu dia di Café, artinya dia ada di Bogor dong?!” belum sempat Athena merasa lebih panik lagi, bel masuk sudah berbunyi, “Sid, masuk kelas dulu lah. Nanti pikirin lagi masalah ini balik sekolah aja.” Athena berusaha mengendalikan kepanikannya, dan menyeret Sidney masuk ke kelas.
###
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tanda berakhir sudah hari pertama sekolah di kelas 12. Athena dan Sidney menghela napas lega ketika Pak Dandi keluar dari kelas mereka. Guru Ekonomi yang kerjaannya hanya ceramah di kelas, tentang jadi manusia yang harus hemat dan rajin menabung agar masa depan cerah dengan logat bicara lambat dan pelan membuat hampir seluruh siswa ketiduran mendengar ceramahnya.
“Hah gila. Guru Ekonomi rasanya udah kayak Guru Agama, nada bicaranya ngebosenin kayak Guru Sejarah.” keluh Sidney.
“Heh, Guru Sejarah nggak ngebosenin ya. Elo aja yang emang udah dendam kesumat sama sejarah.”
“Heh, kayaknya cuma lo doang yang melek melotot tiap pelajarah Sejarah. Sisanya hampir tidur semua karena mereka nggak suka sejarah.”
“Kalau gitu siapapun gurunya nggak bakal ngaruh karena lo emang udah nggak suka duluan sama pelajarannya, kan.” balas Athena tidak mau kalah.
“iya-iya, emang cuma lo doang lah yang cinta sama sejarah.” ucap Sidney mengakhiri perdebatan mereka. “Btw, kita nggak bakal beneran dicariin sama si Ares itu, kan?”
“Enggak lah, yakali itu orang beneran nyari kita. Niat banget, dikira Bogor kecil kali ya?”
“Emang Bogor tuh kecil, kan?”
“Tahu ah!”
Mereka jalan beriringan keluar kelas. Tangan Athena sibuk membawa tas laptopnya dan tangan Sidney sibuk menjelajahi sesuatu di ponsel pintarnya. Athena biasanya akan memesan ojek online di depan gerbang sambil menemani Sidney menunggu jemputannya datang. Langkah kaki yang tadinya riang seketika berhenti. Baik Sidney yang tetap menatap layar HPnya, atau Athena yang matanya terpaku pada satu objek di sana.
“Sid,”
“Na,”
Panggil mereka bersamaan. Sidney menoleh pada Athena di sampingnya, sedangkan gadis yang rambutnya dicepol itu masih menatap objek 10 meter di depannya.
“Na?” karena Athena tidak bereaksi, Sidney ikut melihat ke arah pandangan Athena, dan seketika itu pula Sidney menutup mulutnya terkejut, dan spontan bersembunyi di balik punggung Athena. “Na, dia nulis di komen, kalau dia udah ada di depan gerbang sekolah. Gue kira dia bercanda…” Sidney berbisik dari belakang Athena, tangannya mencengkeram seragam Athena kuat-kuat sambil matanya sesekali mengintip dari balik punggung sahabatnya yang masih membatu.
“Sid… kayaknya HP gue ketinggalan di kelas. Gue mau ambil dulu.” gumam Athena hampir tidak terdengar oleh Sidney. Dengan cepat ia balik kanan dan hendak berlari masuk ke kelasnya sebelum tasnya ditarik dari belakang oleh tangan besar seseorang.
“Mau kemana, lo?” wajah Ares terlihat sangat menyeramkan menurut Athena. Seperti malaikat yang siap mencabut nyawanya kapan saja. Dan entah sejak kapan Sidney sudah tidak ada di dekatnya. Athena mengedarkan pandangan, dan melihat Sidney sudah bersiap masuk ke dalam mobil jemputannya.
“Sid, parah lo! Tungguin!” Athena berusaha kabur. Ia menepis pegangan Ares pada tasnya dan sekuat tenaga lari masuk ke dalam mobil jemputan Sidney. Mereka lantas berteriak menyuruh sopirnya untuk segera menancapkan gas sebelum Ares menjegat mereka lagi.
Sedangkan lelaki itu dibuat melongo dengan aksi mereka. Ia hanya bisa menggeleng kepala sambil tersenyum seperti iblis. Tangannya ia masukan ke dalam kantong celana dan matanya menatap mobil hitam itu menjauh, “Oh jadi pilihan lo itu kabur. Okey, kalau gitu gue aja yang pindah ke sini supaya lo nggak bisa kabur lagi.”
###
Satu minggu berlalu sejak kejadian di gerbang itu. Satu minggu juga Athena dan Sidney selalu berhati-hati setiap keluar gerbang sekolah. Walau Ares tidak menampakkan diri lagi selama satu minggu itu, entah kenapa Sidney merasa selalu was-was. Athena sudah mulai tenang, walau setelahnya ia menjadi gelisah karena mendadak kehilangan ide untuk membuat topik podcastnya selama seminggu itu.
“Ini semua karena cowok itu. Kalau aja lo nggak panik terus karena takut dia dateng lagi, pasti gue udah bisa bikin beberapa topik buat podcast gue.” keluh Athena pagi itu sebelum pelajaran di mulai.
“Alesan lo aja itu. Lo bisa kan bikin topik di rumah lo.”
“Nggak bisa, Sid. Lo kan tahu sendiri adik kembar gue itu, kalau nggak bawa pasukan yang bisanya ngerusuh di rumah, ya dia bakal ngegangguin gue terus.” Athena menutup seluruh wajahnya, ciri khas ketika dia sedang kesal.
Sidney hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya, ikut prihatin. Karena ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar dia tidak gelisah lagi, “Kayaknya si Ares itu emang punya semacam kutukan nggak sih menurut lo?”
“Maksud lo?”
“Maksud gue, kutukan kayak di Jujutsu Kaisen gitu.”
“Bercanda kan lo?” Athena mulai kesal, Sidney hanya bisa menyengir tanpa bersalah, sesekali jiwa wibu-nya itu keluar.
“Eh, gue denger ada murid baru di kelas 11 yang cakep banget gitu kayak artis Hollywood.”
“Tapi rumornya, harusnya dia kelas 12.”
“Dia mirip sama yang ada di video konten terbaru youtubenya si Sidney.”
Athena dan Sidney yang mendengar percakapan teman sekelasnya itu seketika menoleh ke arah mereka, “Apa? Orang yang ada di konten gue? Cowok?” Sidney memastikan.
“Iya, Sid, mirip banget. Atau emang itu, ya?”
Athena dan Sidney menegang seketika. Saling tatap, seperti mengerti arti tatapan masing-masing tanpa harus berkata apapun. Telepati mereka terinterupsi karena suara bel masuk. Untuk beberapa detik, mereka menghela napas lega karena kemungkinan Ares mendatangi kelas mereka sangat kecil saat ini. Tapi kemudian, mereka berpikir bahwa jam istirahat nanti bisa saja Ares mendatangi kelas mereka dan segera mencabut nyawa mereka.
“Siapa nama lo?”“Oh, nggak usah dijawab, dari name tag udah kelihatan… Athena Amerta.” Ares tersenyum seperti iblis bagi Athena, “Athena Dewi Kebijakan kan? Yang gue tahu, Athena juga Dewi Perang. Lo Dewi Perang, gue Dewa Perang. Lo tahu kan kalau Ares juga nama Dewa Yunani? Kita sama-sama anak Zeus, tapi dari ibu yang berbeda. Tapi lambang kita sama, burung hantu.”Athena hanya bisa melongo melihat Ares yang mengoceh tentang Dewa-Dewi Yunani, ia sama sekali tidak bisa tenang saat Ares duduk di hadapannya. Sidney, sahabat gilanya itu entah kabur ke mana sebelum Ares menerobos masuk ke dalam kelas mereka saat dua detik setelah bel istirahat berbunyi.“Temen lo gue suruh beliin roti dan susu kotak buat gue. Hukuman buat dia sebagai pemilik channel.” Ares menjelaskan seakan bisa membaca apa yang Athena pikirkan ketika gadis dengan rambut dicepol itu melirik ke sekitar seperti mencari seseoran
Dua hari yang lalu, setelah keributan yang dibuat Ares di kantin itu selesai, Athena tidak masuk sekolah selama dua hari itu. Ia tidak bisa menghadapi orang yang menatapinya dengan berbagai macam pandangan. Belum lagi harus bertemu Ares, si iblis dari neraka itu—panggilan Athena pada Ares. Sebagai gantinya Sidney yang mendapat berbagai pertanyaan dari teman sekelas mereka, tapi gadis itu tidak bisa menjelaskan apa-apa. Dia hanya berkata bahwa Athena bukan gadis seperti itu. Sidney juga berusaha berbicara dengan para guru, menjelaskan bahwa saat itu Athena bukan tidak sadar karena mabuk, tapi ia hanya asal bicara dan Ares memanfaatkan itu untuk menjebak Athena. Sebagai ganti agar guru-guru percaya, dua hari lalu Athena menjalani tes alkohol dan NAPZA di Rumah Sakit milik kerabat Sidney. Dan hasil mengatakan bahwa Athena negatif dari alkohol dan NAPZA. Walau setelah itu guru-guru kebingungan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi karena Sidney membawa bukti dan Ares tidak b
Pagi-pagi sekali Athena sudah bersiap ke sekolah. Ia sengaja membuat bekal lebih banyak. Kebiasaannya adalah membawa makanan ringan untuk dimakan di istirahat pertama yang singkat, ia malas pergi ke kantin yang hanya akan membuatnya berdesakan. Biasanya Athena akan makan ke kantin pada jam istirahat kedua. Tapi karena ia menyadari bahwa telah hadir seorang iblis yang akan mengganggunya di sekolah, maka Athena sengaja membuat bekal lebih banyak agar tidak perlu pergi ke kantin dan bertemu dengan Ares. Tapi semua harapannya pupus. Sia-sia saja ia membawa bekal lebih banyak kalau pagi ini saja ia sudah melihat Ares berdiri di samping mobilnya yang entah sejak kapan terparkir di depan rumah Athena. Gadis itu hanya bisa menghela napas, ia melirik iPhonenya yang menampilkan maps pada aplikasi ojol. Abang ojol yang sebentar lagi tiba mungkin bisa ia jadikan alasan untuk menghindari Ares pagi itu. “Selamat pagi, Ana.” “Nggak usah sok baik. Abang ojol gue udah deket.”
Mobil Ares sudah berjalan selama kurang lebih setengah jam, selama itu pula hanya ada keheningan di antara mereka—Athena dan Ares. Gadis yang rambutnya selalu dicepol itu tidak memiliki tenaga lagi untuk menghadapi Ares. Ia hanya akan diam sampai nanti tiba di rumahnya. Sedangkan lelaki yang memiliki mata coklat itu juga hanya bisa berdebat dengan batinnya. “Gue nggak tahu kalau lo tahan diem setengah jam kayak gitu.” Ares akhirnya membuka suara. Athena hanya melirik sekilas ke arahnya, kemudian kembali membuang wajahnya ke luar jendela. “Untuk ukuran yang baru kenal, lo berani juga naik ke mobil gue,” Ares menampilkan senyum liciknya, “Cuma karena kotak makan itu?” dagunya menunjuk pada kotak makan yang sudah ada di pangkuan Athena. “Wah, lo keras kepala ya.” Ares mulai melajukan mobilnya lebih cepat, “Nggak apa-apa. Kita lihat seberapa tahan lo untuk nggak buka suara.” Lalu seketika mobil yang dikendarai Ares melaju begitu cepat, membuat Athena haru
Hari sebelum rencana Ares pindah ke Bogor dan jauh sebelum Ares bertemu Athena dan bersikap kejam pada gadis itu, Ares Adiwangsa adalah seorang lelaki yang baik hati dan penurut. Ada satu kejadian yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Satu fakta yang hampir tidak diketahui siapapun kecuali kerabat dekat dan sahabat-sahabatnya.Ares Adiwangsa memiliki seorang saudara kembar bernama Ariel Adiwangsa. Kembar identik dan hampir tidak bisa dibedakan kecuali dari sifat mereka yang bertolak belakang. Sifat yang berbeda membawa pendapat yang berbeda pula untuk mereka berdua. Dari mulai hal-hal kecil sampai hal besar.“Gue mau jadi pembalap.”Saat itu usia Ares dan Ariel masih 14 tahun, mereka sudah mulai merencanakan cita-cita masing-masing sebelum masuk ke bangku SMA. Dan Ares mengungkapkan cita-citanya sebagai pembalap.“Nggak, lo nggak boleh jadi pembalap.”“Kenapa? Suka-suka gue dong.”“Lo udah gagal
Ares dan Ariel berpikir, mungkin Papanya hanya menggancam saat mengatakan bahwa ia akan menghapus nama Ariel dari daftar keluarga. Tapi mereka berdua salah. Saat Ariel memasuki kelas 2 SMA dan Ares berhasil masuk ke SMA berbasis Internasional, Papanya benar-benar membuang nama Adiwangsa atas Ariel dan menghapusnya dari Kartu Keluarga. Nama Ariel juga tidak ada lagi di dalam daftar wasiat keluarganya lagi.Saat itu, Mamanya—Hera Bahari sangat terkejut karena tidak mengetahui hal itu. pertengkaran di antara Adikara dan Hera pun berlangsung selama satu minggu setiap mereka menyantap makan malam bersama. Ares dan Ariel yang ada di sana, tidak bisa ikut campur jika Mamanya sudah turun tangan. Hera merasa Ariel diperlakukan tidak adil hanya karena ia mengatakan apa yang diinginkannya. Bagaimanapun, Ariel juga adalah darah dagingnya. Lantas kenapa Adikara bisa dengan mudahnya membuang Ariel begitu saja? Pikirnya.“Saya tidak membuang Ariel. Buktinya dia masih ting
-Kembali ke masa kini- “NANA!!” Senin pagi yang tenang milik Athena dibuka dengan suara teriakan Sidney. Athena hanya mengangkat alis sebagai bentuk tanyanya. “Tiga hari lalu, hari Jumat, nyokap lo nelepon gue. Katanya kenapa lo pulang telat.” Sidney meletakan tas di atas meja, “Bukanya waktu itu lo bilang abang ojolnya lo udah di depan? Kok bisa balik telat?” “Lo bilang apa ke nyokap gue?” bukannya menjawab, Athena malah balik bertanya. “Gue bilang aja lo ada kerja kelompok. Abis gue bingung. Lo diteleponin juga nggak bisa, bikin khawatir tahu nggak!” “Thank you, babe. And sorry.” “Jangan menghindar. Kemana dulu lo pas Jumat? Gue sengaja nahan pertanyaan ini waktu nelepon lo weekend kemarin, supaya bisa nanya langsung.” Athena berdeham pelan, “Ah itu, hm… tiba-tiba si iblis nyuruh gue naik ke mobilnya.” “APA? Kok lo mau-mau aja sih?” Sidney menggebrak meja kesa
“Arghhh… nggak tahu lagi deh gue.” Athena menepuk-nepuk kepalanya dengan kotak pensil di hadapannya. Sidney yang melihat hanya bisa ikut geleng kepala,“Masih masalah yang sama?” Sidney memangku kepalanya dengan tangan yang ia letakkan di atas meja. Athena menghela napas dan mengangguk pelan.Dua hari sudah berlalu sejak terakhir Ares memesan pizza ke sekolah bukan hanya untuk Athena, tapi juga untuk teman sekelasnya—memang pencari perhatian, menurut Athena. Dua hari Athena tidak diganggu oleh keberadaan Ares, karena ternyata lelaki itu absen selama dua hari, begitu yang Athena dengar dari gosip yang entah kenapa bisa dengan cepat sampai ke telinganya.Masalah yang sedang Athena hadapi sekarang adalah tentang dirinya yang tidak bisa menentukan tema atau topik untuk konten podcastnya. Selain karena ia merasa harus lebih baik, Athena juga belum menemukan orang yang bisa diajak untuk berbincang di podcastnya.“Menur