Sekian lama menunggu, hujan tak kunjung reda. Awan masih tampak tebal menggulung di atas langit istana Welirang. Bisa dipastikan hujan masih akan berlangsung lama. Putri Sekar Ayu dan Damar menunggu di dalam ruangan itu tanpa bersuara. Keduanya sama-sama canggung untuk membuka percakapan. Terjebak hujan di satu ruangan bersama Damar, putri tak tahan jika terus seperti itu. Ia juga khawatir orang lain akan salah paham jika melihat mereka berdua dalam satu ruangan yang sama. Putri segera berdiri dari tempat duduknya lalu keluar memeriksa keadaan.
"Bagaimana ini ? hujannya deras sekali," keluh putri di depan ruang berlatih. Dinginnya angin hujan membuat bulu kuduknya berdiri, ia segera menutupi tubuhnya dengan selendang agar tak menggigil kedinginan. Ia angkat sedikit jarik yang ia kenakan agar tak basah terkena air hujan. Damar langsung memalingkan wajahnya saat tak sengaja melihat betis indah putri.
"Tunggu disini sebentar, Gusti." Damar berlari menembus derasnya
Setiap tahun Kerajaan Welirang mengadakan perburuan yang diikuti oleh para pangeran dan bangsawan kerajaan. Acara itu digunakan sebagai ajang unjuk kemampuan para pangeran dalam berburu. Dan yang paling utama untuk mempererat hubungan antara Kerajaan Welirang dan para sekutunya. Itulah sebabnya para pangeran dari kerajaan sahabat juga akan turut serta dalam acara itu. Setiap tahun putri ingin sekali mengikuti ajang ini namun tak bisa karena ia seorang perempuan. Anehnya dalam acara kali ini putri lah yang ditunjuk secara khusus bersama Pangeran Wiguna. Sedangkan Pangeran Respati yang setiap tahun selalu hadir malah ditugaskan ke salah satu kadipaten untuk suatu urusan. Ini membuat Damar merasa janggal, ia curiga ada maksud lain dibalik acara itu. Sebenarnya putri pun merasakan hal yang sama seperti yang Damar khawatirkan, namun ia memutuskan untuk tetap pergi. Putri tak ingin menyiakan kesempatan, setelah beberapa tahun menunggu akhirnya ia dapat mengikuti acara perburuan itu. Putri
Puncak acara perburuan pun tiba. Walau cuaca sedikit tak bersahabat, namun itu tak menghalangi semangat para peserta. Sebelum acara perburuan dimulai, pertama-tama Putri Sekar Ayu diperkenalkan pada para peserta sebagai calon ratu Kerajaan Welirang."Sambutlah adikku tercinta Putri Sekar Ayu, calon ratu Kerajaan Welirang," kata Pangeran Wiguna. Para bangsawan dari kerajaan lain sampai terkagum-kagum menatap kecantikan putri. Mereka juga terkejut karena selama ini menganggap Pangeran Wiguna lah calon penerus tahta Kerajaan Welirang."Cantik, tapi seorang wanita bisa apa ?" bisik beberapa orang."Bersolek. Hahaha ...""Apakah kerajaan kita akan tunduk pada seorang wanita ?""Lihat saja, Welirang akan kehilangan dukungan dari banyak kerajaan."Mereka terus bergunjing. Tak sedikit dari mereka yang meremehkan putri karena ia seorang wanita, namun dalam sekejap keraguan itu berubah menjadi decak kagum saat putri menunjukkan kemampuanny
Kuda itu semakin mendekat, wajah penunggangnya pun semakin jelas terlihat. Putri hanya berdiri terpaku dengan genangan air mata yang mulai terjatuh di pipinya."Putri ..." teriak Damar saat melihat putri berdiri di balik pepohonan. Damar memacu kudanya lebih cepat, ia tak mau putri menunggu lebih lama lagi."Akhirnya aku menemukanmu, Putri," gumamnya dari atas kudanya. Sementara itu air mata putri mulai mengalir deras bersama air hujan yang membasahi wajahnya. Damar turun dari kudanya lalu segera berlari menghampiri putri yang bersimbah darah. Putri sudah tak sanggup lagi berdiri ia jatuh di pelukan Damar."Gusti ..." Damar dengan cepat menangkap tubuh putri."Aku tahu kau pasti datang," kata putri."Maafkan hamba, Gusti." Damar merasa sangat bersalah satelah melihat keadaan putri. Ia merasa telah gagal memenuhi janjinya untuk selalu melindungi putri."Kukira aku akan mati sendirian di sini," kata putri lagi sambil menangis sesenggukan di pe
Utari berdiri di depan rumahnya menatap jalan setapak yang biasa dilewati oleh warga berlalu lalang. Sudah beberapa hari ini ia selalu melakukan hal yang sama untuk melihat barangkali Damar muncul dari ujung jalan sana. Atau setidaknya ada sepucuk surat yang Damar titipkan untuknya melalui kerabatnya yang juga bekerja di istana. Sudah satu bulan lebih sejak Damar berangkat ke istana namun belum juga kembali untuk menengok Utari. Terakhir kali Utari hanya menerima sepucuk surat yang memberinya kabar bahwa Damar telah diterima sebagai prajurit khusus. Utari selalu khawatir kalau-kalau suaminya itu sampai kepincut dengan dayang-dayang cantik di istana."Utari, masuklah, tidak baik berdiri di luar seperti itu," tegur Mpu Geger yang mulai khawatir dengan keadaan putrinya."Sebentar, Bopo.""Nanti juga Damar akan pulang. Ayo masuk cah ayu."Utari kembali masuk ke dalam rumah dengan raut wajah kecewa. Ia benar-benar merindukan suaminya.Sementara itu di a
Untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya Utari dapat merasakan kembali kehangatan keluarga yang utuh di meja makan. Malam itu Utari sengaja memasak banyak makanan untuk menyambut kedatangan suaminya. Damar pun tampak lahap menyantap makanan yang Utari masak untuknya, raut bahagia nampak jelas di wajah Utari. Setelah makan malam usai, Utari segera menarik lengan Damar ke kamarnya. Ia tak sabar ingin segera bermanja dengan suami yang sudah sangat ia rindukan."Kakang aku sangat merindukanmu," kata Utari sambil bermanja di pelukan Damar."Benarkah ?" Damar sedikit tak nyaman saat Utari bermanja seperti itu."Iya, sangat rindu. Apa kau tak merindukanku ?""Tentu ... tentu rindu," jawab Damar berusaha membuat Utari senang."Apa kita hanya akan berpelukan seperti ini ?" Utari menatap Damar dengan penuh harap. Untuk sesaat Damar memandangi wajah itu, wajah seorang istri yang harusnya ia cintai dengan sepenuh hati. Damar sangat muak d
Putri masih terbaring di ranjangnya. Luka sayat di perutnya lumayan dalam sehingga membutuhkan waktu lebih untuk penyembuhan. Hari itu Damar telah kembali ke istana setelah sehari sebelumnya pulang ke desa. Ia buru-buru menghadap untuk mengetahui keadaan putri serta memberitahukan hasil penyelidikannya."Bagaimana keadaan Gusti saat ini ?" tanya Damar."Aku semakin membaik. Galuh bilang kau pulang ke desa ?""Benar Gusti. Sebenarnya hamba sedang mengejar salah satu pengawal yang menghilang setelah kejadian itu.""Pengawalku ?""Benar, Gusti."Sehari setelah kejadian naas yang putri alami, salah satu prajurit putri tiba-tiba menghilang. Damar menaruh curiga pada orang itu. Jika ia terbunuh, jasadnya pasti telah ditemukan, namun tak ada laporan kematian yang ia terima dari prajurit yang betugas. Tak ada yang tahu pasti dimana ia berada. Damar telah mendatangi keluarga, kerabat dan orang-orang terdekatnya, namun tak membuahkan hasil. Hing
Setelah beberapa hari keadaan putri berangsur membaik. Untuk membunuh kebosanan karena terus berbaring di atas ranjang, pagi itu putri ingin menghabiskan waktu di taman sambil menekuni kembali hobi melukisnya. Putri melukis setangkai bunga anggrek bulan yang sangat indah."Ampun, Gusti. Putri Nari ada di luar ingin bertemu," kata penjaga melapor."Persilahkan masuk.""Baik, Gusti."Putri Nari tiba di taman belakang istana kediaman Putri Sekar Ayu. Putri Nari adalah sepupu Putri Sekar Ayu, anak dari salah satu adik kandung Raja Widharma. Ia sebenarnya baik, namun sikap manja dan kekanak-kanakannya terkadang membuat repot seisi istana."Bagaimana keadaanmu, Putri ?" sapa Putri Nari sambil tersenyum manis."Semakin membaik, Putri. Terimakasih telah menyempatkan waktu berkunjung kemari.""Wah, lukisan ini sangat indah. Aku iri padamu, sebenarnya apa yang tak bisa kau lakukan, Putri ?""Kau terlalu memujiku, Putri Nari.""Per
Malam semakin larut. Damar masih terjaga di sekitar kediaman putri memantau situasi. Sejak kejadian di hutan Rawan, pengawalan di kediaman putri semakin diperketat guna mencegah penyusup yang bisa saja sewaktu-waktu melukai putri. Selama pelaku percobaan pembunuhan putri belum tertangkap mereka tak akan bisa bernafas dengan tenang. Apalagi putri tinggal sekandang dengan srigala yang bisa menerkamnya kapan saja.“Aaaa …” tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar putri. Damar dan beberapa pengawal segera berlari menuju kamar putri. Saat itu putri duduk di tepian ranjang dengan nafas yang memburu. Damar segera menghampiri putri untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Gusti ?”“Mimpi itu muncul lagi,” jawab putri ketakutan.Damar sedikit bernafas lega ternyata putri tidak sedang dalam bahaya, ia hanya bermimpi buruk saja. Memang setelah kejadian penyerangan di hutan, putri jadi sering bermimpi