Share

BAB 06

Tetangga Meresahkan

BAB 06

Sore hari Mas Andi pulang dan langsung memasang penutup kran belakang.

"Dek, Bener nich Mas harus tutup,"tanyanya ragu.

"Bener Mas, karena adek gak pernah nyuci baju dibelakang."ucapku meyakinkan. pemasangan penutup-pun selesei.

Mas Andi langusung masuk dan mandi. Sedangkan aku menyiapkan teh hangat untuknya.

πŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

Aku terbangun tengah malam karena tenggorokan kering, Lalu aku berjalan kedapur untuk mengambil air minum. Ketika sedang minum, telingaku mendengar suara berisik dibelakang rumah.

Awalnya aku sangat takut jika itu maling, Ku coba beranikan diri untuk mengintip melalui sela pintu.

Mataku terbelalak ketika melihat dua orang sedang sibuk mengakali kraan air yang Kami tutup tadi sore.

Tanpa pikir panjang langsung Ku buka pintu belakang dan mereka berdua tampak sangat terkejut.

"Maling!"teriakku, tapi tidak terlalu keras banget.

"He.. Diam! Jaga mulutmu!"ucap Bu Darmi.

"Lha... Kan benar maling, ngapain tengah malam dirumah Saya."ucapku ketus.

Bu Darmi dan Pak Dodi terlihat pucat. Mereka diam tak berucap sepatah katah pun.

"Sudah sana pulang ini tengah malam."ucapku Ketus kepada mereka.

"Halah. wong Kami tadi cuma lewat mau kedepan, ee kaki menginjak kotoran ayam jadi mau numpang cuci kaki saja kok pelit amat. "kilah Bu Darmi.

"Heleh juga Bu, Masak ada tengah malam lewat sini, Kayak jalan cuma ini saja."ucapku ketus.

Pak Dodi hanya diam dan menunduk tak berani Dia menatapku.

"He!! Bu Sara jadi tetangga itu jangan terlalu pelit, Bu Sara itu pasti butuh sama tetangga, Ingat Bu air gak dibawa mati."ucap Bu Darmi dengan nada sedikit tinggi.

"Lha! Suka -suka Saya donk Bu! Air Saya juga dan gak rugiin Ibu jugakan? jadi ngapain Ibu yang repot, atau selama ini Ibu ya yang nyuri air. "ucapku dengan sedikit tinggi.

"He!! Bu Sara jaga mulutmu ya! Enak saja nuduh tanpa bukti."ucapnya sambil menunjuk wajahku.

"Ya udah ayok pulang Pak."ajak Bu Darmi menarik tangan suaminya.

"Lho, Gak jadi jalan kedepan Bu?"ucapku mengejek. tak ada jawaban dari mereka.

Aku terkikik masuk kedalam rumah, Rasain bathinku.

Subuh, seperti biasa kami melaksanakan kewajiban dua rakaat berjamaah.

setelah sarapan Mas Andi berangkat bekerja.

Karena Mas Andi sudah berangkat jadi tinggal aku dan Dimas, Ketika hendak mau beranjak nonton televisi, ada teriakan tukang sayur keliling.

Aku segera memanggilnya untuk belanja, Untuk persiapan masak nanti sore. Biasanya belanja diwarung sayur, tapi hari ini sedikit malas untuk jalan kaki kesana.

Ketika aku panggil tukang sayur keliling ternyata Bu Sulis dan Bu Dina juga ikut belanja.

"Pak ada ayam?"Tanyaku.

"Ada Bu, Mau berapa kilo?"Belum juga mulut ini menjawab.

"Paling juga empat ons."sela Bu Sulis sambil tersenyum kearah Bu Dina.

"Dua kilo Pak."ucapku tanpa menggubris omongan Bu Sulis. mereka terkejut mendengarku meminta dua kilo ayam.

"Yang bener Bu Sara? Yakin mampu bayar? "ucapnya mencibir, Aku tidak menanggapi omongan Bu Sulis hanya membalasnya dengan senyuman.

ketika Kami sedang memilih sayur, Si orang kaya datang. siapa lagi kalau bukan Bu Darmi.

"Pak ikan tongkol sekilo berpa?"tanyannya tanpa menyapa Kami.

"Tiga puluh lima Bu."jawab Pak sayur.

"Ayam berapa sekilo?"tanyanya lagi.

"Ayam empat puluh lima Bu."jawabnya.

"kalau bawang merah sama putih berapa sekilo "tanyanya lagi.

"Bawang merah tiga puluh ribu dan bawang putih dua puluh lima ribu, Bu."Jawab Pak sayur.

"Wah, sepertinya mau makan besar nich Bu Darmi."Celetuk Bu Dina.

"Keluarga Saya mah sudah biasa makan enak begitu Bu Dina! Memangnya Bu Sara palingan beli cuma tahu tempe."ucapnya mencibirku.

Lalu Bu Dina dan Bu Sulis pulang duluan karena mereka sudah selesei belanja.

Tinggallah Kami berdua.

"Ibu tadi mau belanja apa saja lupa Saya"ucap Pak sayur kepadaku.

"OH. silahkan layani Bu Darmi duluan Pak, Saya masih memilih sayur."jawabku. lalu Pak sayur bertanya kepada Bu Darmi.

"Ibu mau belanja apa?"tanya Pak sayur sopan.

"Ikan tongkol satu biji saja sama ini kangkung satu ikat."ucapnya membuat Kami menganga.

"Jangan pikir Saya tidak bisa beli ayam dan ikan yang banyak, Tapi ikan itu untuk kucing, Keluarga Saya tidak doyan ikan!"ucapnya ketus kepada Kami.

Aku hanya tertawa dalam hati melihat tingkah Bu Darmi.

Setelah menyodorkan uang lalu Bu Darmi pun pulang.

Setelah belanjaan yang aku butuhkan cukup, Aku-pun membayarnya dan segera masuk kedalam rumah.

Aku memang sengaja belanja banyak karena mau buat nasi kotak untuk dibagikan ketetangga, syukuran kecil untuk kesembuhan Mas Andi.

πŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

keesokkan harinya seperti biasa, Selesei kewajiban dua rakaat, Aku pasti langsung memasak, namum, Kali ini menunya beda karena memang mau dibagiin ketetangga.

Pagi ini aku memasak nasi kuning plus bali ayam, telur dan tahu tempe, ada juga oseng mie kuning.

setelah berkutat didapur kurang lebih dua jam akhirnya selesei sudah masakkanku, Segera Ku hidangkan untuk Mas And dan Dimas.

Setelah menyiapkan untuk Mas Andi dan selsei menyuapi Dimas, Aku bergegas untuk memasukkan makanan itu kekotak nasi untuk para tetangga.

Mas Andi langsung berangkat bekerja, Dan aku langsung membagikan beberapa kotak nasi kepada tetangga terdekat saja.

Mereka sangat senang menerima kotak nasi dariku, Ya walaupun ada sedikit cibiran dari Bu Sulis tapi gak aku gubris.

Kini tiba waktunya aku kerumah Bu Darmi untuk mengantar kotak nasi ini.

"Assallamuakaikum Bu."Sapaku.

"Walaikum sallam."jawabnya.

"Ini Bu, Saya lagi syukuran kecil-kecilan untuk kesembuhan Mas Andi."Sambil Ku sodorkan dua kotak nasi kepadanya, dan secepat kilat Dia langsung mneyambarnya.

"Isinya apa ini? Jangan ngomong hanya tahu tempe lauknya, Miskin aja pake segala syukuran."ucapnya sambil membuka salah satu kotak nasi dan matanya terebelalak melihat isinya.

"Sini Bu! Kotakannya kalau gak suka lebih baik Saya kasih keorang yang bisa menghargai orang lain."ucapku ketus.

"Bu Sara ini gimana sich. kotakkan sudah dikasihkan Saya kok diminta lagi."ucapnya tak kalah ketus.

"Jadi mau nich ceritanya nerima kotakkan dari orang miskin?"ucapku sambil menyindir.

Bu Darmi tidak menjawab, Tapi langsung masuk kedalam rumah dan menutup pintunya.

πŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

Satu bulan kemudian para Ibu-ibu digang sedang heboh membicarakan air mereka yang tiba-tiba sering habis, Tanpa ada kebocoran pipa, Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Bu Sara, tidak pernah kehabisan air?"tanyanya penasaran, karena sedari tadi aku memang hanya menyimak.

"Pernah Bu, Setelah keran air belakang Saya tutup, Alhamdulillah sekarang tidak lagi. "Jawabku santai.

"Lho... berarti air Kami ini bukan tiba-tiba habis dong? Berarti ada yang mencuri air."ucap Bu Sulis bersungut -sungut.

"Lho! Bu, Saya gak ngomong gitu lho."Jawabku karena malas nanti aku lagi yang dijadikan tameng.

"Bu! sepertinya Kita harus cari tahu bagaimana bisa air kita tiba-tiba habis."ucap Bu Dina.

Lalu mereka menyusun rencana untuk menangkap basah siapa biang kerok permasalahan air, Walaupun sebagian Ibu -Ibu itu sudah mencurigai Bu Darmi tapi mereka harus punya bukti yang kuat.

Aku memberikan ide kepada mereka.

"Gini saja Bu, Coba setiap jam sebelas malam atau jam dua belas malam Ibu cek keran dibelakang Ibu siapa tahu nanti dapat petunjuk. "ucapku kepada mereka, Dan mereka mendengarkan dengan serius sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Habis magrib terdengar suara tangisan yang sangat keras, Kami langsung berlari keluar mencari sumber dari suara tangisan itu.

Ketika Kami membuka pintu terlihat beberapa warga berlari, Lalu Kami bertanya kepada salah satu warga ada masalah apa kok berbondong-bondong lari kearah rumah Bu Dina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status